Seperti Apa Suasana Ramadan Saat Pandemi di Hong Kong?

Anisha Saktian Putri diperbarui 10 Mei 2021, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Seperti halnya umat muslim di seluruh dunia, sebanyak 300.000 umat muslim di Hong Kong juga ikut merayakan bulan suci Ramadan. Sebagai kota yang menghargai keragaman, Hong Kong memiliki banyak pilihan tempat makan dan toko halal bagi para wisatawan dan umat muslim lokal.

Hong Kong juga memiliki lima masjid besar yaitu Masjid Kowloon, Masjid Al Ammar, Masjid Jamie, Masjid Chai Wan dan Masjid Stanley; dan sejumlah musholla di berbagai tempat.

Umumnya, selama bulan Ramadan ini, seluruh aktivitas akan terpusat di masjid, mulai dari berbuka puasa, shalat berjamaah hingga saling berbagi kebutuhan di antara masyarakat setempat. Merunut pada Imam Besar Hong Kong, Muhammad Arshad, situasi Ramadan di Hong Kong terasa berbeda sejak Pandemi COVID-19 melanda tahun lalu. Tahun 2020 lalu, masjid ditutup sekitar setengah bulan Ramadan.

Setelahnya, masjid dibuka namun dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, di mana para jamaah diwajibkan menjaga jarak, dan mengenakan masker selama shalat di masjid.

“Ramadan tahun lalu dan tahun ini memang sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat ini, kami masih melaksanakan shalat Tarawih di dalam masjid, dengan protokol kesehatan yang ketat termasuk menjaga jarak. Kami pun tidak lagi melakukan berbuka puasa di masjid di mana para jamaah akan membawa makanan dan minuman bukan hanya untuk berbuka puasa namun juga untuk dibagikan ke warga setempat," ujar Imam Besar Hong Kong, Muhammad Arshad dalam siaran pers yang diterima Fimela.com

Sebelum pandemi melanda, di Masjid Raya Kowloon, setiap malamnya, shalat tarawih biasanya akan diikuti sekitar 1.500 sampai 2.000 jamaah. Namun saat ini, hanya melaksanakannya bersama staff masjid.

Pandemi juga memengaruhi restoran halal di Hong Kong dan mengubah strategi bisnis restoran selama Ramadan. Ma's Restaurant adalah restoran Cina halal yang populer di kalangan Muslim, baik lokal maupun turis. Para pengunjung akan dimanjakan lidahnya dengan penganan khas masakan Cina halal, mulai dari mie daging sapi ala Shanghai, Sup Goulash Daging Sapi Muda, dan berbagai pilihan dimsum.

Sebelum pandemi melanda, para pelanggan harus melakukan reservasi tempat terlebuh dahulu sekaligus memesan makanan untuk berbuka puasa.

“Saat ini, dikarenakan adanya pembatasan pergerakan dan terkait dengan penerapan protokol kesehatan, kebanyakan orang merasa lebih aman untuk bersantap di rumah. Saat ini, kami mulai lebih fokus pada pengiriman menggunakan operator dan juga pengambilan sendiri oleh pelanggan, karena mereka merasa lebih nyaman saat makan di rumah mereka sendiri, ” ujar Mr. Ma, pemilik Ma's Restaurant.

What's On Fimela
Mr. Ma, pemilik dari of Ma’s Restaurant, salah satu restoran masakan Cina halal di Hong Kong/dok. Hong Kong Tourism Board
2 dari 2 halaman

Warga negara Indonesia Menjalankan Ramadan di Hong Kong

Imam Baihaqi dan keluarga - WNI yang bermukim di Hong Kong/dok. Hong Kong Tourism Board

Imam Baihaqi, seorang warga negara Indonesia yang bekerja di Dompet Dhuafa Hong Kong. Menurut Imam, banyak cerita menarik terjadi selama puasa Hong Kong.

“Sebelum pandemi COVID-19, salah satu tradisi kami adalah mengadakan program kampanye untuk berbagi dengan komunitas non-Muslim tentang Ramadan dan praktik puasa. Kami akan menggelar acara buka puasa dan tarawih di mana kami mengundang beberapa ustad dan ustadzah dari Indonesia untuk memberikan ceramah di aula yang kami sewa dan satu ritual besar lainnya, shalat Idul Fitri di taman-taman besar yang ada di Hong Kong, Namun karena pandemi, banyak dari aktivitas fisik ini telah dipindahkan ke platform online," ujar Imam Baihaqi.

Imam Baihaqi telah tinggal di Hong Kong selama lebih dari dua tahun. Dalam penugasannya, ia membawa istri dan ketiga anaknya ke Hong Kong dan mulai mengelola Dompet Dhuafa Hong Kong pada Januari 2019. Bagi Imam, kepindahannya ke Hong Kong merupakan kesempatan baginya untuk melihat dunia dan menjangkau sesama Muslim Indonesia yang bermukim di Hong Kong. Bagi Imam, Hong Kong bagaikan sebuah bejana, di mana Ia bisa melihat dan merasakan budaya yang berbeda.

Ia juga melihat bahwa masyarakat Hong Kong sangat terbuka akan agama dan budaya lain. Tak hanya itu, ia sangat mengapresiasi betapa dinamisnya sekolah di Hong Kong. Anak perempuan tertuanya yang sudah masuk SD juga berbagi hal yang sama, dimana dia diberi kebebasan untuk shalat di sekolah oleh para guru.

”Beberapa teman sekolahnya penasaran dengan doanya. Dia kemudian memberikan penjelasan dan mereka memahami serta menghormati rutinitasnya,” jelasnya.

Bagi Imam Baihaqi, puasa di luar negeri merupakan ujian sekaligus pengalaman belajar, terutama di kota yang mayoritasnya tidak berpuasa. Ia juga berbagai bagaimana merindunya akan kampung halaman di Indonesia, terutama disaat Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Baginya, Pandemi ini telah memengaruhi kehidupan setiap orang, termasuk kebiasaan di bulan Ramadan ini. Namun, untuk beribadah, tidak bergantung apakah kita berjamaah atau sendiri, karena tujuan dasar berpuasa Ramadan tetap sama.

 

Muhammad Arshad, Imam besar Hong Kong di Masjid Raya Kowloon/dok. Hong Kong Tourism Board

#elevate women