Bahaya Terlalu Larut dalam Patah Hati, Bisa Menyebabkan Kematian

Mimi Rohmitriasih diperbarui 29 Apr 2022, 11:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Patah hati merupakan momen yang sangat menyakitkan. Patah hati adalah momen yang hampir semua orang pernah merasakannya. Patah hati tidak jarang membuat seseorang sangat terpuruk dan menganggap bahwa dunia tak lagi berarti. Apalagi, jika patah hati ini disebabkan oleh pasangan yang dicintai dengan sangat tulus. 

Meski begitu, saat patah hati seseorang dilarang untuk larut dalam kesedihan terlalu dalam dan lama. Penelitian menemukan jika terlalu larut dalam patah hati bisa meningkatkan risiko stres, depresi bahkan kematian. Benarkah patah hati menyebabkan kematian?

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Patah Hati Berpengaruh pada Kesehatan Jantung

Ilustrasi/copyright unsplash.com/Anthony Tran

Melansir dari laman womens health, sindrom patah hati atau Broken heart syndrome juga dikenal sebagai Takotsubo cardiomyopathy, pertama kali ditemukan oleh seorang peneliti yang berasal dari Jepang sekitar lebih dari 20 tahun lalu. Peneliti menemukan jika sindrom ini  berpengaruh besar pada kinerja jantung seseorang.

David Greuner, M.D., direktur NYC Surgical Associates mengungkapkan jika sindrom patah hati bisa membuat jantung tidak bisa bekerja dengan normal. Gejala yang ditimbulkan adalah nafas pendek dan nyeri dada. Meski sindrom ini biasanya berlangsung dalam waktu singkat, ini bisa saja membuat kesehatan dan performa jantung menurun. Akibatnya, seseorang lebih rentan terkena serangan jantung atau masalah jantung lainnya. Jika jantung sudah bermasalah, tentunya ini bisa meningkatkan risiko kematian.

3 dari 3 halaman

Orang yang Rentan Terhadap Sindrom Patah Hati

Ilustrasi/copyright unsplash.com/Thirteen J

Kita mungkin akan berpikir bahwa remaja adalah orang-orang yang rentan terhadap patah hati. Namun Sahabat Fimela, penelitian menemukan jika perempuan yang telah menopause adalah kalangan yang sangat rentan terhadap sindrom ini. Belum diketahui pasti kenapa perempuan dengan usia di atas paruh baya yang justru lebih berisiko terhadap sindrom patah hati. 

Para ahli mengungkapkan jika emosi yang tidak stabil, kesedihan mendalam dan stres bahkan depresi selepas kepergian orang tercinta akibat patah hati menjadi penyebab utama menurunnya kesehatan jantung. Sementara itu, perempuan yang telah berusia paruh baya dan menopause, mereka dikatakan sangat rentan terhadap rasa sedih mendalam ketika ditinggal oleh pasangannya baik ketika ditinggal karena pengkhianatan atau ditinggal karena kematian. 

Semoga informasi ini bermanfaat dan pastikan untuk sedih sewajarnya saja saat patah hati. 

#WomenForWomen