Riset Membuktikan Rumus Matematika Cinta 5:1 Menyelamatkan Keharmonisan Rumah Tangga, Apakah Itu?

Novi Nadya diperbarui 13 Jun 2022, 10:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Siapa yang tidak ingin mempertahankan rumah tangga hingga mau memisahkan? Namun dalam perjalanannya ternyata tak semudah itu menjalani dan mempertahankan. Eits, jangan patah semangat, apakah kamu sudah menerapkan rumus matematika cinta 5:1? Yang dipercaya dapat menyelamatkan rumah tangga dan menjaga keharmonisannya.

Rumus tersebut didapatkan dari riset psikolog John dan Julie Gottman yang dilakukan di laboratorium cinta mereka. Penelitian dilakukan pada puluhan ribu pasangan suami istri yang sudah dilakukan selama 30 tahun.

Caranya adalah, mereka memantau melalui CCTV yang terpasang untuk mengamati tentang kegiatan dan topik apa saja yang dibahas pasutri. Menurut mereka, pasutri yang dapat menerapkan rumus tersebut dalam kehidupan rumah tangganya, bisa bertahan. 

“Jika ingin menjadi pasangan yang bahagia sampai akhir dan menginginkan hanya maut saja yang memisahkan, wajib menggunakan rumus matematika cinta 5:1 ini. Maksudnya di kala  kita  melakukan 1 hal negative kepada pasangan, maka buru-burulah menghapusnya dengan 5 hal positif, maka hal ini yang akan membuat keluarga Anda utuh,” ungkap Rani Hasyim , Communication for  Health dari Tempa Trainers Guild (TTG)  pada saat acara sharing session gerakan#akuberdaya bertajuk ‘Building Communication between You & Husband’, baru-baru ini.

#akuberdaya merupakan sebuah  gerakan  yang bertujuan melejitkan keberdayaan 1 juta kaum perempuan. Digagas oleh desainer Nina Septiana, founder Nina Nugroho, sebuah brand  busana kerja untuk para professional muslimah.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Komunikasi adalah Fondasi

Penelitian dua psikolog, John dan Julie Gottman menyimpulkan rumus matematika cinta 5:1 (lima banding satu) untuk menjaga dan menyelamatkan keharmonisan rumah tangga, apakah itu?

Rani Hasyim menyampaikan dalam sebuah hubungan, komunikasi mempunyai peran sangat penting. Apakah komunikasi dalam bentuk verbal atau non verbal, semua tergantung masing-masing pasangan.

“Dari sebuah komunikasi pesan, ide atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain akan tersampaikan. Caranya verbal atau non verbal itu juga tergantung kebiasaannya saja. Contoh secara verbalnya begini, suami  menyapa dengan kata-kata, ‘sayang ambilin abang minum ya’  tentu akan berbeda kalau dengan kalimat, ‘eh ambilin donk minumnya. Energi yang keluar dari kedua kalimat ini berbeda bukan? Makanya Rasulullah mengingatkan ‘laki-laki yang  baik itu adalah seperti aku, yang sayang kepada keluarganya. Bahkan Rasulullah saja punya panggilan sayang untuk istrinya Aisyah. Beliau kerap memanggil dengan nama Humairah,” papar Rani.

Kemudian komunikasi secara non verbal, contohnya; seseorang ngobrol dengan pasangan sambil nonton televisi atau smartphone. Tidak ada saling menatap penuh kasih sayang, memberi perlindungan. 

“Atau bahkan yang lebih parah, ngobrol dengan pasangan sambil berdecak. Sayang, ayo kita ke pasar yuk. Lalu dijawab dengan sambil berdecak dengan mengeluarkan suara penolakan. Nah ini menjadi 1 point negatif yang diterima oleh pasangan anda,” lanjut Rani.

 

3 dari 4 halaman

Filosofi Cermin

Di saat kedua belah pihak tidak menyadari hal tersebut, maka pernikahan hanya tinggal menunggu waktu, 7-9 bulan. Kalaupun tidak terjadi perceraian, maka rumah tangga akan berubah seperti neraka. Pertimbangan untuk mempertahankan tidak lebih demi menjaga perasaan anak-anak.

Padahal apabila kedua orang tua sudah tidak harmonis, anak-anak akan tetap mengetahuinya. Lalu perasaan siapa yang sedang dijaga oleh kedua orang tua mereka.

Berpegang pada prinsip ini, tengok kembali pada filosofi cermin yang hanya akan merefleksikan apa yang ada. Adakah cermin yang berbohong? Tidak. Cermin itu jujur, dia akan menyampaikan apa yang ada di depannya.

Seperti pepatah ‘buruk muka, cermin dibelah. Kalaulah kita lihat cermin yang kusam. Ketika kita bercermin disitu maka wajah kita akan ikut kusam. 

“Dikala kita berkomunikasi dengan lawan bicara, apakah itu pasangan, anak, atau orang di sekeliling kita. Mari kita berusaha menjadi cermin yang bersih. Sehingga lawan bicara kita melihat dirinya dengan wajahnya yang cerah saat berbicara dengan kita, karena biasanya dari apa yang dia lihat reaksi yang kita terima juga baik,” tutur Rani.

 

4 dari 4 halaman

Langkah Komunikasi Baik pada Pasangan

Inginkah kita menjadi cermin yang jernih buat pasangan? Dimana pasangan yang kita pilih adalah orang yang terbaik bagi hidup kita. Rani memberi beberapa langkah untuk mencapai komunikasi yang baik dengan pasangan, yaitu:

1.     Jadilah pendengar bagi pasangan Anda. 

2.     Acceptance (menerima apa adanya)

3.     Jangan lupa selalu bersyukur

4.     Loving kindness

“Jadilah pasangan yang mendengarkan. Seperti diungkapkan Steven Covery, cara paling powerful untuk mempengaruhi orang lain adalah dengan mendengarkan. Banyak mengatakan bahwa dia sedang mendengarkan, tetapi sesungguhnya dia tidak mendengarkan. Lalu acceptance atau terimalah pasangan apa adanya, bukan ada apanya. Apa itu acceptance yaitu menerima peristiwa negatif dan perasaan negatif yang muncul dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan. Jangan lupa selalu bersyukur dan Loving kindness, yaitu pandang pasanganmu dengan penuh cinta, berbuat kebaikan kepada pasangan denga tulus, bukan modus,” pungkas Rani.

#WomenForWomen