WHO Tetapkan Kasus Darurat, IDI Minta Semua Dokter Mulai Mewaspadai Gejala Cacar Monyet pada Pasien

Vinsensia Dianawanti diperbarui 27 Jul 2022, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Badan Kesehatan Dunia WHO menetapkan kasus cacar monyet sebagai status darurat pada pekan ini. Meski belum terdeteksi di Indonesia, namun kasus cacar monyet atau Monkey Pox sudah ditemukan di Singapura.

Seiring dengan berkembangnya kasus cacar monyet di sejumlah negara, Ikatan Dokter Indonesia atau IDI meminta para dokter untuk lebih waspada terhadap gejala cacar monyet yang terjadi pada pasien.

Dalam siaran tertulis, Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI meminta tenaga kesehatan yang menemukan gejala cacar monyet pada pasien untuk segera melakukan tindak lanjut. Seperti melakukan tes PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi adanya DNA virus pada pasien dan segera melaporkan ke Dinas Kesehatan setempat.

"Pemahaman yang baik terhadap infeksi Cacar Monyet dan kewaspadaan dini terhadap Kejadian Luar Biasa atau outbreak, menjadi modal utama dalam aspek pencegahan. Upaya untuk menghindari kontak dengan pasien yang diduga terinfeksi merupakan kunci pencegahan yang dinilai paling efektif pada saat outbreak, diiringi dengan upaya surveilans dan deteksi dini kasus aktif guna melakukan karantina untuk mencegah penyebaran yang lebih luas," kata Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K) dalam siaran pers.

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Proteksi vaksin cacar

Ilustrasi konsultasi ke dokter. (Sumber foto: Pexels.com).

Hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik untuk mengatasi cacar monyet. Meski demikian, vaksinasi cacar pada 1980 dikatakan dapat memberikan efektivitas proteksi hingga 85%.

Ditemukannya kasus Cacar Monyet di Singapura, maka masyarakat juga perlu mewaspadai terhadap kemungkinan masuknya virus ini di Indonesia. Dan hal ini menjadi lebih penting terutama pada populasi khusus oleh karena risiko fatalitas Cacar Monyet ini dikatakan lebih tinggi pada kelompok anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang dengan imunitas rendah (imunosupresi).

Cacar monyet sendiri menjadi penyakit infeksi virus bersifat zoonosis dan jarang terjadi. Sejumlah kasus infeksi pada manusia yang pernah dilaporkan terjadi secara sporadis di Afrika Tengah dan Barat, umumnya pada lokasi ang berdekatan dengan daerah hutan hujan tropis.

Cacar monyet ini tergolong ke dalam orthopoxvirus. Berdasarkan data dari WHO, Penyakit Cacar Monyet pada awalnya teridentifikasi pada tahun 1970 di Zaire dan sejak itu dilaporkan secara sporadis di 10 negara di Afrika Tengah dan Barat.

 

3 dari 4 halaman

Penyebaran monkeypox di dunia

Pada tahun 2017, Nigeria mengalami outbreak terbesar yang pernah dilaporkan, dengan perkiraan jumlah kasus yang terkonfirmasi sekitar 40 kasus. Sejak Mei 2022, Monkeypox menjadi penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat global, karena dilaporkan dari negara non endemis.

13 Mei 2022, WHO menerima laporan kasus Monkeypox sudah terdeteksi di sejumlah negara dan meluas secara global hingga 75 negara. Per 25 Juli 2022, terdapat lebih dari 18ribu kasus terkonfirmasi Monkeypox di seluruh dunia. 17ribu kasus di antaranya terjadi di negara tanpa riwayat kasus konfirmasi.

dr. Adityo Susilo, SpPD, KPTI, FINASIM dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menyebut penyakit cacar monyet dapat ditularkan melalui kontak manusia dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada mukosa maupun kulit hewan yang terinfeksi.

 

4 dari 4 halaman

Cara penularan dan gejala

“Adapun penularan antar manusia, diduga dapat terjadi sebagai akibat dari kontak erat dengan pasien yang terinfeksi secara langsung (direct close contact) melalui paparan terhadap sekresi saluran napas yang terinfeksi, kontak dengan lesi kulit pasien secara langsung, maupun berkontak dengan objek yang telah tercemar oleh cairan tubuh pasien. Selain itu, transmisi secara vertikal dari ibu ke janin melalui plasental (infeksi Cacar Monyet kongenital) juga dimungkinkan,” kata dr. Adityo Susilo.

Periode inkubasi Cacar Monyet berkisar antara 5-21 hari dengan rata-rata 6-16 hari. Setelah melewati fase inkubasi, pasien akan mengalami gejala klinis berupa demam tinggi dengan nyeri kepala hebat, limfadenopati, nyeri punggung, nyeri otot dan rasa lemah yang prominen.

Dalam 1-3 hari setelah demam muncul, pasien akan mendapati bercak-bercak pada kulit, dimulai dari wajah dan menyebar ke seluruh tubuh. Bercak tersebut terutama akan ditemukan pada wajah, telapak tangan dan telapak kaki. Seiring waktu bercak akan berubah menjadi lesi kulit makulopapuler, vesikel dan pustule yang dalam 10 hari akan berubah menjadi koreng.