5 Alasan Anak Laki-Laki Perlu Diajarkan Mengekspresikan Emosi Sejak Dini

Siti Nur ArishaDiterbitkan 06 September 2025, 22:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Anak laki-laki kerap mendapat pandangan bahwa menangis atau menunjukkan perasaan adalah tanda kelemahan. Hal ini membuat mereka menekan emosi dan sulit mengungkapkan apa yang dirasakan. Padahal, kemampuan mengekspresikan emosi adalah keterampilan penting untuk tumbuh sehat secara mental dan sosial.

Remaja laki-laki di berbagai negara menghadapi krisis kesehatan mental. Mereka jarang mencari bantuan, lebih sering menutup diri, dan berisiko mengalami stres berat hingga depresi. Mengajarkan mereka mengenali dan mengungkapkan emosi sejak dini dapat menjadi langkah pencegahan yang efektif.

Orangtua berperan besar dalam membentuk cara anak mengelola perasaan. Memberi teladan dan ruang aman untuk mengekspresikan emosi akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang empatik dan tangguh. Dilansir dari Nipperbout, berikut lima alasan pentingnya mengajarkan anak laki-laki mengekspresikan emosi sejak dini.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Membantu Anak Mengenali Perasaan

Banyak anak laki-laki kesulitan mengidentifikasi apa yang mereka rasakan. Orang tua dapat membantu dengan mengamati bahasa tubuh dan perilakunya, lalu mengaitkannya dengan emosi tertentu. (foto/dok: freepik)

Banyak anak laki-laki kesulitan mengidentifikasi apa yang mereka rasakan. Orang tua dapat membantu dengan mengamati bahasa tubuh dan perilakunya, lalu mengaitkannya dengan emosi tertentu. Misalnya dengan mengatakan, “Kamu terlihat kesal, apakah mau cerita?” Cara ini melatih anak mengenali, memberi nama, dan memahami emosi yang dialaminya. Semakin dini mereka terbiasa melakukannya, semakin mudah bagi mereka untuk mengelola perasaan di masa depan.

2. Memberikan Ruang Aman untuk Berbicara

Ketika anak mau terbuka, penting untuk benar-benar mendengarkan tanpa menghakimi, memotong pembicaraan, atau langsung memberi solusi. Tunjukkan bahwa rumah adalah tempat aman untuk bercerita, di mana setiap perasaan akan dihargai. Kebiasaan ini membuat anak lebih nyaman membagikan perasaan, bahkan saat menghadapi masalah yang sulit.

3. Memvalidasi Emosi Anak

Mengabaikan atau meremehkan perasaan hanya akan membuat anak enggan berbagi lagi. Sebaliknya, akui bahwa emosi mereka wajar dirasakan. Misalnya saat mainannya diambil teman, katakan bahwa wajar merasa kesal, lalu bantu mencari solusi seperti bergiliran bermain. Dengan begitu, anak belajar bahwa perasaannya penting dan layak diperhatikan.

3 dari 3 halaman

4. Mengajarkan Nilai Emosi dalam Kehidupan

Anak belajar banyak dari melihat perilaku orang tua. Tunjukkan bagaimana mengekspresikan perasaan secara sehat, misalnya saat merasa lelah atau tertekan, jelaskan penyebabnya dan sampaikan dengan cara yang tenang. (foto/dok: freepik)

Emosi adalah sinyal penting dari tubuh yang membantu kita merespons situasi. Dengan memahami bahwa marah, sedih, atau takut adalah bagian normal dari hidup, anak akan belajar mengelolanya tanpa rasa malu atau bersalah. Kesadaran ini juga membantu mereka membangun keseimbangan mental, karena tidak lagi memandang emosi sebagai sesuatu yang harus ditekan.

5. Memberi Teladan yang Baik

Anak belajar banyak dari melihat perilaku orang tua. Tunjukkan bagaimana mengekspresikan perasaan secara sehat, misalnya saat merasa lelah atau tertekan, jelaskan penyebabnya dan sampaikan dengan cara yang tenang. Hal ini membantu anak memahami bahwa emosi dapat diungkapkan dengan cara yang konstruktif, tanpa melukai diri sendiri maupun orang lain.

Penulis: Siti Nur Arisha