Kenali 5 Strategi Mengajarkan Anak Jadi Pendengar Baik Sejak Usia Dini

Siti Nur ArishaDiterbitkan 26 September 2025, 11:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, membesarkan anak tidak hanya soal memberi kasih sayang, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan hidup yang penting. Salah satunya adalah kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik. Bagi sebagian orang tua, mengajarkan anak untuk mendengarkan terasa seperti tantangan besar, apalagi ketika si kecil sedang asyik bermain atau berada di luar rutinitas biasanya.

Mungkin kamu sering mendapati dirimu harus mengulang perintah berkali-kali atau bahkan menaikkan nada suara agar anak mau memperhatikan. Namun, membentuk anak menjadi pendengar yang baik bukan sekadar membuat mereka patuh, melainkan membantu mereka memahami, memproses informasi, dan berkomunikasi lebih efektif sejak dini.

Dilansir dari Total Education Solutions, salah satu cara yang bisa diterapkan adalah dengan memanfaatkan pendekatan Applied Behavior Analysis (ABA). Metode ini terbukti secara ilmiah mampu membantu anak mengembangkan keterampilan mendengarkan aktif dengan strategi yang sederhana, namun efektif. Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan orang tua untuk mengajarkan anak jadi pendengar yang baik sejak usia dini.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Gunakan Instruksi yang Jelas dan Singkat

Anak kecil sering kali kesulitan memahami perintah yang panjang atau terlalu kompleks. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menyampaikan instruksi secara sederhana, satu per satu, dan sesuai usia anak. (foto/dok: freepik)

Anak kecil sering kali kesulitan memahami perintah yang panjang atau terlalu kompleks. Karena itu, penting bagi orang tua untuk menyampaikan instruksi secara sederhana, satu per satu, dan sesuai usia anak. Misalnya, daripada berkata, “Rapikan kamar kamu,” lebih baik pecah instruksi menjadi langkah kecil, seperti, “Masukkan mainan ke kotak,” lalu lanjutkan dengan, “Taruh buku di rak.” Dengan begitu, anak lebih mudah memahami dan tidak merasa kewalahan.

2. Sampaikan dengan Tegas dan Langsung

Hindari menyampaikan perintah dalam bentuk pertanyaan yang memberi peluang anak menolak, seperti “Mau matikan TV, nggak?” Lebih baik gunakan kalimat yang tegas namun tetap sopan, contohnya, “Matikan TV sekarang, ya.” Selain itu, alihkan kalimat larangan menjadi arahan positif. Jika anak melompat di sofa, katakan, “Kaki tetap di lantai, ya. Kalau mau lompat, bisa di trampoline.” Dengan begitu, anak tetap merasa punya pilihan tanpa merasa dikekang.

3. Pastikan Anak Siap Mendengarkan

Sebelum memberi arahan, pastikan anak sudah benar-benar memperhatikan. Beberapa anak menunjukkan fokus dengan kontak mata, berhenti sejenak dari aktivitasnya, atau hanya dengan menoleh ke arah orang tua. Untuk membantu, coba posisikan tubuh sejajar dengan anak, bukan berdiri menjulang di atas mereka. Hal ini membuat komunikasi terasa lebih hangat sekaligus memastikan pesan benar-benar diterima.

4. Terapkan Sistem Penguatan Positif

Tidak semua anak termotivasi untuk langsung mengikuti instruksi. Karena itu, orang tua bisa menggunakan sistem penghargaan sederhana, seperti pujian, stiker, atau token yang bisa ditukar dengan aktivitas kesukaan mereka. Prinsipnya, semakin sering anak merasa mendapatkan apresiasi ketika mendengarkan, semakin besar kemungkinan mereka mengulang perilaku tersebut di masa depan.

3 dari 3 halaman

5. Beri Umpan Balik dan Bimbingan Tambahan

Teknik ini dikenal sebagai prompting, yaitu memberi bantuan tambahan seperti contoh gerakan, isyarat tangan, atau gambar. (foto/dok: freepik)

Saat anak berhasil mengikuti arahan, berikan pujian secara langsung, misalnya, “Hebat, kamu cepat banget beresin mainannya.” Namun, jika anak belum mengikuti instruksi, berikan umpan balik dengan tenang tanpa marah, sambil menunjukkan cara yang benar. Teknik ini dikenal sebagai prompting, yaitu memberi bantuan tambahan seperti contoh gerakan, isyarat tangan, atau gambar. Seiring waktu, bantuan ini bisa dikurangi agar anak lebih mandiri dan tidak bergantung pada arahan penuh.

Sahabat Fimela, mengajarkan anak menjadi pendengar yang baik memang membutuhkan kesabaran ekstra. Namun, setiap langkah kecil yang dilakukan orang tua akan memberikan hasil besar bagi perkembangan komunikasi dan hubungan dengan anak. Ingat, perubahan perilaku anak sering kali berawal dari perubahan cara orang tua menyampaikan pesan. Dengan strategi yang tepat, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih kooperatif, penuh perhatian, dan siap menerima arahan dengan lebih baik.

Penulis: Siti Nur Arisha