Pola Asuh yang Tepat agar Anak Lebih Bebas Mengekspresikan Emosinya

Zahara Marsellina PutriDiterbitkan 27 September 2025, 09:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Kemampuan mengenali dan memahami emosi sejak kecil sangat penting untuk tumbuh kembang anak. Anak yang terbiasa mengelola perasaan akan lebih mudah beradaptasi, berempati, dan membangun hubungan sehat dengan orang lain. Orang tua memiliki peran besar dalam membimbing anak untuk mengenali apa yang mereka rasakan.

Dilansir dari Psychology Today (9/9), berikut lima cara yang bisa dilakukan untuk mengajarkan anak kesadaran emosi:

What's On Fimela
2 dari 6 halaman

1. Ajarkan Hubungan Sebab dan Akibat

Ajarkan anak konsep sebab dan akibat dalam mengekspresikan emosi/copyright pexels/Josh Willink

Anak perlu memahami bahwa emosi muncul karena suatu hal, bukan tanpa alasan. Misalnya, “Kamu merasa kecewa karena kita batal pergi ke pantai, ya?” atau “Aku lihat kamu tersenyum, apakah kamu merasa bangga dengan gambarmu?” Dengan cara ini, anak belajar menghubungkan peristiwa dengan perasaan yang muncul.

3 dari 6 halaman

2. Validasi Emosi Anak

Terima dan validasi perasaan dan emosi anak/copyright pexels/Vidal Balielo Jr.

Setiap emosi anak perlu diterima, bukan diabaikan. Saat mereka kesal karena mainannya rusak, orang tua bisa berkata, “Wajar kalau kamu merasa frustrasi, itu memang menjengkelkan.” Validasi seperti ini membuat anak merasa dipahami sekaligus belajar bahwa semua emosi adalah bagian normal dari kehidupan.

4 dari 6 halaman

3. Gunakan Kalimat “Aku Merasa…”

Libatkan kata-kata yang menunjukan pengekspresian emosi/copyright pexels/Berendey_Ivanov / Andrey_Kobysnyn

Biasakan menggunakan kalimat “Aku merasa…” atau “Kamu merasa…” agar anak terbiasa mengidentifikasi perasaan. Misalnya, “Aku merasa lelah hari ini” atau “Apakah kamu merasa sedih karena temanmu tidak jadi datang?” Hal ini membantu anak melihat bahwa perasaan bisa datang dan pergi, bukan sesuatu yang permanen.

5 dari 6 halaman

4. Perluas Kosakata Emosi

Perluas kosakata emosi agar mereka mudah mengekspresikan apa yang mereka rasakan/copyright pexels/Atlantic Ambience

Jangan hanya berhenti pada kata “senang”, “sedih”, atau “marah”. Ajak anak mengenal kosakata emosi yang lebih luas, seperti “bangga”, “frustrasi”, “kesepian”, atau “bersyukur”. Semakin kaya bahasa yang mereka miliki, semakin mudah mereka mengekspresikan apa yang dirasakan.

6 dari 6 halaman

5. Ciptakan Lingkungan yang Ramah Emosi

Ciptakan lingkungan yang ramah mengekspresikan emosi/copyright pexels/Josh Willink

Rumah yang ramah emosi adalah tempat di mana anak merasa aman untuk mengungkapkan perasaan. Hindari kalimat seperti “Ah, itu bukan masalah besar” karena bisa membuat anak merasa diabaikan. Sebaliknya, tunjukkan bahwa setiap emosi layak didengarkan, dan tawarkan dukungan tanpa terburu-buru mencari solusi.

Mengajarkan kesadaran emosi pada anak bukanlah proses instan, melainkan perjalanan panjang yang penuh latihan. Dengan bimbingan yang konsisten, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, empatik, dan mampu mengelola perasaan dengan sehat.