Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu merasa dilema saat harus berkata “tidak” kepada anak? Di satu sisi, kamu ingin melindungi dan mendidik mereka dengan baik. Namun di sisi lain, ada rasa takut kalau nantinya akan membuat mereka marah, takut membuat mereka merasa tidak disayang, atau bahkan takut hubungan antara orangtua dan anak menjadi menjauh.
Padahal, batasan atau boundaries justru adalah hadiah berharga yang kita berikan untuk membantu anak merasa aman, belajar disiplin, dan memahami dunia dengan lebih baik.
Mengapa Boundaries Itu Penting?
Boundaries bukan sekadar larangan. Mereka adalah bentuk bimbingan penuh cinta. Dengan batasan yang jelas, anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dunia yang jelas batasannya membuat mereka merasa aman, karena mereka bisa memprediksi apa yang akan terjadi.
Psikolog anak menyebut boundaries sebagai “rangka tak terlihat” yang menopang proses tumbuh kembang. Anak yang terbiasa dengan batasan yang sehat cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik, lebih percaya diri, dan mampu membuat keputusan yang bijak di masa depan.
Mereka tahu bahwa aturan bukan sekadar untuk menghukum, tetapi untuk menjaga mereka tetap aman dan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Dilansir dari nurturedfirst, berikut ini adalah tips menerapkan boudaries pada anak tanpa membuat mereka menjadi takut.
Tips Menerapkan Boundaries Tanpa Bikin Anak Takut
1. Tetapkan Aturan dari Hati yang Tenang
Anak dapat merasakan energi kita. Jika kita marah atau frustrasi, mereka dapat merasakan ketegangan itu. Maka sebelum menetapkan aturan, tarik napas dalam, lalu sampaikan dengan nada lembut dan bahasa tubuh yang tenang.
Apabia kita berbicara dengan nada yang tegas, namun tidak mengancam. Hal ini dapat membuat anak menjadi lebih mudah untuk menerima aturan tanpa mereasa takut
2. Gunakan Bahasa yang Penuh Empati
Alih-alih hanya berkata “tidak boleh,” coba akui perasaan anak terlebih dahulu. Ini membantu anak merasa dipahami, walau harus mengikuti aturan.Contoh:
“Aku tahu kamu ingin terus nonton TV, itu seru ya? Tapi sekarang waktunya tidur supaya besok kamu bisa bangun segar.”“Mandi memang menyenangkan, tapi kita tidak bisa minum air mandi. Ayo kita mainkan kapal-kapalanmu di air.” Dengan cara ini, anak merasa “didengar,” bukan “disalahkan.”
3. Konsisten adalah Kunci
Batasan hanya efektif jika konsisten. Jika hari ini anak dilarang makan permen sebelum makan malam, maka aturan itu harus berlaku juga besok dan seterusnya, meski pada saat itu kita sedang lelah.
Konsistensi membuat anak paham bahwa aturan bukan ancaman sementara, tetapi bagian dari rutinitas yang bisa mereka percayai. Selain itu pilihlah batasan yang benar-benar penting agar kamu bisa konsisten menjaganya.
4. Ajarkan “Ya” yang Kreatif
Batasan bukan hanya tentang melarang. Beri anak alternatif yang membangun.Contohnya seperti,
“Kamu tidak boleh tarik ekor kucing. Yuk, kita usap kucing dengan lembut supaya dia senang.”“Mainan ini tidak bisa dibawa ke sekolah, tapi kamu boleh pilih satu boneka kecil untuk menemanimu.” Dengan memberi pilihan, anak merasa punya kendali dan lebih mudah mengikuti aturan.
5. Dampingi Emosi Anak
Wajar jika anak menangis atau marah saat batasan ditegakkan. Jangan langsung memadamkan emosinya. Duduklah bersama mereka, beri pelukan jika mereka mau, dan katakan bahwa kamu akan selalu berada disisinya sampai mereka merasa tenang.
Dengan begitu, anak belajar bahwa perasaan mereka diterima, dan batasan bukanlah tanda penolakan, melainkan bentuk cinta.