Parenting Tanpa Teriak: Tips Membangun Disiplin Anak dengan Tenang

Nikki AletaDiterbitkan 20 Oktober 2025, 08:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi orang tua, rasanya banyak tantangan tak terduga yang harus dihadapi. Bayangkan momen ketika anak menolak mandi, berteriak karena tidak mau makan, atau menangis karena hal sepele. Terkadang, tanpa sadar, orang tua otomatis merespons anak dengan suara tinggi dan teriakan. Bukan karena orang tua benci, tapi karena lelah. 

Di balik teriakan itu, seringkali orang tua justru merasa bersalah setelahnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana caranya mendidik anak dengan efektif tanpa teriakan? Banyak orang tua masih menganggap bahwa tanpa adanya amarah atau teriakan, anak tidak akan sadar akan kesalahannya. Padahal, teriakan hanya membuat anak menurut sesaat, tapi dalam jangka panjang mereka justru takut, bukan memahami. 

Parenting tanpa teriak bukan berarti membiarkan anak berbuat sesuka hati dan orang tua tidak boleh marah, melainkan membangun komunikasi yang tegas tapi lembut, agar anak belajar untuk bertanggung jawab dengan rasa aman. Yuk, simak cara membangun disiplin anak dengan tenang!

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Kendalikan Diri Sebelum Mengendalikan Anak

kendalikan emosi diri./copyright. pexels/

Anak seringkali meniru cara orang tua bereaksi dalam menghadapi masalah. Jadi, sebelum memarahi mereka, pastikan untuk mengambil napas dalam dan beri diri waktu sebentar. Ketika orang tua mengendalikan emosi dengan baik, anak juga akan lebih mudah tenang. Selain itu, memberi diri waktu sejenak akan menghindari risiko orang tua mengucapkan kata-kata yang menyakitkan kepada anak. 

3 dari 5 halaman

Pandang Perilaku Anak Sebagai Bentuk Komunikasi

kenali makna di balik perilakiu anak./copyright. pexels/

Anak-anak seringkali melakukan suatu perilaku karena ada yang ingin mereka sampaikan atau ekspresikan. Bagi mereka, perilaku tersebut hanya merupakan tanda kebutuhan fisik yang belum dapat mereka ekspresikan dengan baik. Alih-alih menganggap perilaku anak sebagai aksi buruk, coba kenali makna sebenarnya di balik perilaku tersebut. Ajak anak untuk duduk dan tanyakan, apakah anak sedih atau marah karena sesuatu?

4 dari 5 halaman

Tetapkan Ekspektasi yang Jelas

ekspektasi dan harapan yang jelas./copyright. pexels/

Memberi tahu anak apa yang orang tua inginkan jauh lebih efektif daripada memberi tahu apa yang tidak boleh mereka lakukan. Ketika orang tua berharap anak tidak mengotori rumah, orang tua bisa menginstruksikan anak untuk memasukan semua mainan ke dalam kotak dengan rapi. Orang tua juga dapat mengajak anak berdiskusi tentang aturan-aturan di rumah. 

5 dari 5 halaman

Gunakan Konsekuensi yang Tenang

konsekuensi yang realistis dan relevan./copyright. pexels/

Bagian dari tumbuh kembang anak adalah belajar bahwa jika melakukan sesuatu, akan terjadi sesuatu sebagai hasilnya. Memberitahukan hal ini kepada anak setelah mereka berbuat sesuatu dapat mendorong perilaku yang lebih baik dan mengajarkan mereka tentang tanggung jawab. Oleh karena itu, alih-alih berteriak dan emosi, berikan konsekuensi yang realistis kepada anak. Jika mereka menaati konsekuensi dan berhenti melakukan perilaku tersebut, beri mereka banyak pujian.

Parenting tanpa teriak bukan berarti mudah dan cepat, butuh kesabaran dan latihan secara terus-menerus. Tapi, setiap kali orang tua memilih tenang daripada berteriak, orang tua berhasil memberikan contoh luar biasa kepada anak. Jadi, ketika hari terasa berat dan sabar mulai menipis, ingatlah untuk tetap menghadapinya dengan lembut.