Waspada! Kasus Pneumonia Meningkat pada Anak

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 03 November 2025, 21:13 WIB

ringkasan

  • Kasus pneumonia yang disebabkan Mycoplasma pneumoniae menunjukkan peningkatan signifikan pada anak-anak di Amerika Serikat, terutama usia balita, setelah siklus normal terganggu pandemi.
  • Meskipun gejalanya ringan seperti flu, pneumonia berjalan dapat memburuk dan memerlukan perhatian medis jika tidak kunjung membaik atau disertai tanda bahaya seperti kesulitan bernapas.
  • Pencegahan infeksi dilakukan melalui praktik kebersihan yang baik seperti mencuci tangan, menutup batuk, dan tetap di rumah saat sakit, sementara pengobatan melibatkan antibiotik jika disebabkan bakteri.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, akhir-akhir ini terdapat peningkatan kasus infeksi paru-paru yang dikenal sebagai pneumonia, terutama di kalangan anak-anak. Kondisi ini, yang juga disebut pneumonia atipikal, disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae dan menunjukkan gejala yang lebih ringan dibandingkan pneumonia klasik.

Peningkatan kasus ini menjadi perhatian serius karena secara historis, infeksi Mycoplasma pneumoniae lebih sering menyerang anak usia sekolah dan remaja. Namun, data terbaru menunjukkan lonjakan signifikan pada kelompok usia yang lebih muda, termasuk balita, memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan tenaga medis.

Pneumonia berjalan kerap membuat penderitanya masih bisa beraktivitas seperti biasa, sehingga seringkali terlambat terdeteksi. Penting bagi Sahabat Fimela untuk memahami apa itu pneumonia, gejala yang perlu diwaspadai, serta langkah-langkah pencegahan dan pengobatan yang tepat demi kesehatan buah hati.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Mengenal Pneumonia dan Penyebabnya

Pneumonia atipikal adalah infeksi paru-paru yang gejalanya cenderung lebih ringan, sehingga penderitanya seringkali masih mampu beraktivitas normal. Ini berbeda dengan pneumonia "klasik" yang biasanya menyebabkan gejala lebih parah dan membuat penderitanya harus beristirahat total. Penyebab paling umum dari kondisi ini adalah bakteri Mycoplasma pneumoniae, meskipun virus atau jamur juga bisa menjadi pemicu.

Bakteri Mycoplasma pneumoniae ini memiliki karakteristik unik karena menyerang lapisan tenggorokan, batang tenggorokan, dan paru-paru. Bakteri ini tidak merespons antibiotik standar seperti penisilin, yang merupakan salah satu alasan mengapa diagnosis dan pengobatan yang tepat sangat penting. Masa inkubasinya pun cukup panjang, berkisar antara satu hingga empat minggu, membuat penelusuran kontak menjadi lebih sulit.

Penularan bakteri penyebab pneumonia terjadi dengan sangat mudah melalui tetesan pernapasan. Ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, tetesan kecil yang mengandung bakteri dapat menyebar di udara dan terhirup oleh orang lain. Lingkungan yang ramai seperti sekolah, panti asuhan, atau tempat penitipan anak menjadi lokasi ideal untuk penyebaran infeksi ini, menjelaskan mengapa anak-anak menjadi kelompok yang rentan.

Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menunjukkan lonjakan kasus M. pneumoniae yang tidak biasa pada anak-anak. Persentase kunjungan gawat darurat terkait pneumonia yang melibatkan bakteri ini meningkat dari 1% menjadi 7,2% pada anak usia 2 hingga 4 tahun, dan dari 3,6% menjadi 7,4% pada anak usia 5-17 tahun antara Maret dan Oktober. Peningkatan ini mencapai puncaknya pada akhir Agustus, mengindikasikan adanya siklus alami yang mungkin terganggu selama pandemi COVID-19, sehingga lebih banyak individu yang kini rentan.

3 dari 4 halaman

Gejala dan Tanda Bahaya yang Wajib Diketahui Orang Tua

Gejala pneumonia seringkali menyerupai pilek atau flu biasa, namun cenderung bertahan lebih lama atau memburuk setelah sekitar satu minggu. Ini yang membuat diagnosis awal menjadi tantangan. Penting bagi Sahabat Fimela untuk tidak mengabaikan gejala yang berkepanjangan pada anak.

Gejala umum yang bisa muncul meliputi:

  • Batuk yang berkepanjangan dan sering, bahkan bisa berlangsung berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.
  • Demam, seringkali demam ringan (di bawah 38,5°C atau 101°F).
  • Kelelahan ekstrem (fatigue) dan perasaan tidak nyaman (malaise).
  • Sakit kepala dan nyeri tenggorokan.
  • Pilek atau hidung tersumbat serta bersin.
  • Nyeri dada atau ketidaknyamanan.
  • Ruam kulit atau nyeri sendi.

Pada anak kecil, gejala pneumonia bisa sedikit berbeda dan lebih spesifik, sehingga perlu perhatian ekstra:

  • Diare, muntah, atau mengi.
  • Ruam di sekitar mulut yang terlihat seperti benjolan kecil.
  • Ruam di sekitar mata, kadang menyerupai mata merah.
  • Kesulitan makan atau minum.
  • Pernapasan cepat atau pernapasan dengan suara mendengus atau mengi.
  • Retraksi, yaitu kulit di sekitar tulang rusuk, di antara tulang rusuk, dan di leher tertarik ke dalam setiap kali mencoba menarik napas, menunjukkan kesulitan bernapas yang serius.

Sahabat Fimela disarankan untuk segera membawa anak ke dokter jika gejala tidak membaik atau justru memburuk setelah 5 hingga 7 hari. Beberapa tanda bahaya yang memerlukan pertolongan medis segera meliputi:

  • Batuk yang dalam yang tidak membaik atau memburuk setelah 5 hingga 7 hari.
  • Demam selama lebih dari 5 hari atau demam tinggi (di atas 38,9°C atau 102°F).
  • Kesulitan makan atau minum karena batuk parah, atau tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering.
  • Kesulitan bernapas yang parah, bibir, kuku, atau kulit berwarna biru atau abu-abu, atau adanya retraksi.
  • Energi jauh lebih sedikit dari biasanya, kebingungan, atau kelesuan.
  • Muntah atau diare yang terus-menerus.
4 dari 4 halaman

Diagnosis, Pengobatan, dan Pencegahan Efektif

Diagnosis pneumonia biasanya dimulai dengan pemeriksaan fisik oleh dokter, yang akan memeriksa pernapasan anak dan mendengarkan suara retakan di paru-paru. Jika diperlukan, dokter mungkin akan merekomendasikan rontgen dada atau tes sampel lendir dari tenggorokan atau hidung untuk mengkonfirmasi diagnosis. Tes usap hidung dapat mendeteksi Mycoplasma pneumoniae dalam hitungan jam, sementara tes darah juga bisa dilakukan meskipun seringkali tidak esensial.

Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae, antibiotik adalah pilihan pengobatan yang efektif. Antibiotik makrolida, seperti azitromisin (Zithromax®), umumnya direkomendasikan. Sangat penting bagi Sahabat Fimela untuk memastikan anak menyelesaikan seluruh rangkaian antibiotik sesuai anjuran dokter, bahkan jika mereka sudah merasa lebih baik. Hal ini untuk mencegah infeksi kembali dan mengurangi risiko resistensi antibiotik. Perlu diingat, antibiotik standar seperti penisilin tidak akan efektif melawan jenis bakteri ini.

Selain antibiotik, banyak anak akan sembuh dengan pengobatan simtomatik yang berfokus pada meredakan gejala. Pastikan anak minum banyak cairan sepanjang hari, terutama jika demam, untuk mencegah dehidrasi dan membantu mengencerkan lendir. Istirahat yang cukup juga krusial untuk membantu tubuh melawan infeksi. Obat pereda nyeri atau demam seperti asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin) dapat diberikan, namun hindari aspirin pada anak-anak. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat batuk, karena menekan batuk dapat menghambat paru-paru membersihkan lendir.

Karena belum ada vaksin untuk Mycoplasma pneumoniae, pencegahan pneumonia berfokus pada praktik kebersihan yang baik. Sahabat Fimela dapat menerapkan langkah-langkah berikut untuk melindungi si kecil:

  • Kebersihan Tangan: Ajarkan anak untuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air selama minimal 20 detik. Gunakan pembersih tangan berbasis alkohol jika sabun tidak tersedia.
  • Menutup Batuk dan Bersin: Selalu tutup hidung dan mulut dengan tisu saat batuk atau bersin. Jika tisu tidak ada, gunakan siku atau lengan atas, bukan tangan. Buang tisu bekas ke tempat sampah segera.
  • Tetap di Rumah Saat Sakit: Hindari mengirim anak ke sekolah atau tempat umum jika mereka memiliki gejala, terutama sampai demamnya reda tanpa bantuan obat.
  • Penggunaan Masker: Jika anak batuk terus-menerus, pertimbangkan untuk meminta mereka memakai masker di sekolah atau tempat ramai untuk melindungi orang lain.
  • Hindari Berbagi: Jangan biarkan anak berbagi gelas minum, peralatan makan, handuk, atau sikat gigi.
  • Vaksinasi Rutin: Pastikan anak mendapatkan vaksinasi rutin lainnya untuk membantu melindungi mereka dari infeksi pernapasan lainnya.