Fimela.com, Malang Makanan Jepang sering dipandang sebagai salah satu yang paling sehat di dunia, terutama ketika dikaitkan dengan pola makan tradisional yang kaya sayuran, ikan, dan porsi moderat. Namun, kenyataannya tidak semua makanan Jepang tergolong rendah kalori atau ramah tubuh, terutama jika Anda sering menyantap menu populer seperti tempura, katsudon, atau ramen. Banyak dari hidangan tersebut memiliki kalori yang jauh lebih tinggi dari dugaan, sehingga makan di luar dapat menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang ingin menjaga berat badan.
Fenomena ini semakin terasa ketika seseorang di sekitar kita mengalami perubahan gaya hidup akibat kondisi kesehatan, seperti diabetes atau hipertensi. Pengalaman tersebut menyadarkan bahwa memahami kandungan nutrisi dalam makanan Jepang sangatlah penting. Meski pilihan kuliner di Jepang begitu beragam dan mudah diakses, tidak semuanya mendukung pola hidup sehat apabila dikonsumsi tanpa kontrol.
Dengan mempertimbangkan berbagai pertimbangan nutrisi serta wawasan dari ahli gizi dan chef, terdapat beberapa aturan sederhana yang dapat membantu Anda tetap menikmati hidangan Jepang sambil menjaga kesehatan. Lima prinsip berikut menjadi panduan utama untuk makan lebih cermat, tetap puas, dan tidak kehilangan esensi kenikmatan kuliner Jepang.
Terapkan Prinsip “Hara-Hachibu”
Prinsip hara-hachibu mengajarkan untuk makan hingga 80% kenyang, bukan sampai benar-benar penuh. Porsi makan di Jepang cenderung lebih kecil daripada negara lain, dan hal ini membantu tubuh mengenali rasa kenyang tanpa berlebihan.
Menghentikan makan sebelum suapan terakhir sering kali cukup untuk menjaga kenyamanan pencernaan. Prinsip ini juga membantu membangun kebiasaan mindful eating, yaitu menyadari sinyal tubuh sebelum benar-benar kekenyangan. Jika Anda merasa cukup, menahan diri dari porsi tambahan merupakan langkah kecil yang berdampak besar.
Hindari Makanan Siap Saji
Makanan siap saji di bagian deli supermarket memang menggoda, terutama saat pulang kerja dan tubuh sudah kelelahan. Namun, makanan tersebut biasanya mengandung lebih banyak minyak, natrium, dan bahan tambahan daripada yang terlihat. Konsumsi rutin dapat menyebabkan kembung, penambahan berat badan, dan risiko kesehatan jangka panjang.
Belanja saat lapar juga meningkatkan kemungkinan membeli hidangan goreng atau karbohidrat tinggi hanya karena diskon. Menyiapkan bahan masakan sejak pagi dapat menjadi solusi praktis agar memasak malam hari hanya memakan beberapa menit.
Waspadai Karbohidrat, Natrium, dan Gula
Tiga komponen ini menjadi tantangan utama dalam makanan Jepang modern. Banyak hidangan mengandung soy sauce atau miso yang tinggi natrium, bahkan dalam jumlah kecil.
Meskipun terlihat ringan, menu seperti ramen atau karaage sering mengandung gula untuk menyeimbangkan rasa. Bahkan soba pun tidak selalu murni buckwheat, karena banyak produk menggunakan tepung terigu hingga 60%. Memilih produk rendah natrium dan mengganti mie dengan shirataki atau soba segar dapat membantu menurunkan asupan tak terlihat ini dalam keseharian.
Jangan Mudah Percaya “Makanan Ajaib”
Tren makanan superfood sering muncul bergantian dan menjanjikan manfaat instan. Namun, para ahli tidak pernah menyarankan mengandalkan satu jenis makanan saja, meski terdengar sehat. Produk seperti pisang, natto, kimchi, atau umeboshi memang memiliki manfaat, tetapi tidak cukup jika dikonsumsi tanpa keseimbangan hidangan lain.
Konsumsi berlebihan justru dapat mengabaikan kebutuhan nutrisi lain yang sama pentingnya. Pola makan seimbang tetap menjadi dasar kuat untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Variasi adalah Kunci
Pola makan tradisional Jepang menerapkan prinsip ichijyu-sansai, satu sup, tiga hidangan pelengkap, ditambah nasi dan ikan dalam porsi kecil. Sistem ini menciptakan variasi bahan, mulai dari sayuran, kacang-kacangan, makanan laut, hingga fermentasi sehat.
Dengan lebih dari 15 jenis makanan berbeda dalam satu sajian, kebutuhan nutrisi harian terpenuhi tanpa porsi berlebih. Pendekatan ini tidak hanya mendukung kesehatan, tetapi juga meningkatkan kesadaran terhadap kualitas dan keberagaman makanan. Mengisi piring dengan variasi kecil setiap waktu adalah salah satu kunci makan sehat yang paling efektif.
Makan sehat di Jepang bukan berarti harus menghindari semua makanan favorit, tetapi memahami cara mengatur porsi, memilih bahan yang lebih ringan, serta menjaga keragaman nutrisi. Dengan menerapkan lima aturan sederhana ini, Anda dapat menikmati kekayaan kuliner Jepang tanpa mengorbankan kesehatan. Pendekatan yang lebih seimbang, sadar, dan variatif akan membantu tubuh tetap bertenaga sekaligus menjaga hubungan Anda dengan makanan tetap menyenangkan.