Mengungkap Silent Treatment: Strategi Menenangkan Diri atau Manipulasi Emosional dalam Hubungan?

Hilda IrachDiterbitkan 16 Desember 2025, 15:21 WIB

ringkasan

  • Silent treatment adalah praktik menahan komunikasi selama konflik yang bisa menjadi mekanisme koping tidak disengaja atau bentuk manipulasi emosional, tergantung pada niat dan dampaknya.
  • Sebagai manipulasi, silent treatment digunakan untuk menghukum, mengendalikan, atau menghindari emosi sulit, seringkali menyebabkan kerusakan parah pada hubungan dan kesehatan mental penerima.
  • Penting untuk membedakan silent treatment dengan jeda sehat untuk menenangkan diri, di mana jeda tersebut dikomunikasikan secara jujur dan memiliki tujuan konstruktif, bukan untuk menyakiti.

Fimela.com, Jakarta - Dalam setiap hubungan, konflik adalah hal yang tak terhindarkan. Namun, bagaimana cara kita menghadapinya seringkali menentukan arah dan kualitas hubungan itu sendiri. Salah satu respons yang kerap muncul adalah silent treatment, yaitu tindakan menahan komunikasi dari seseorang selama perselisihan. Perilaku ini bisa jadi merupakan strategi untuk menenangkan diri, namun tak jarang juga menjadi bentuk manipulasi emosional yang merusak.

Perilaku silent treatment ini dapat terjadi kapan saja, terutama saat ketegangan memuncak dalam sebuah interaksi. Pelakunya bisa siapa saja, dari pasangan, teman, hingga anggota keluarga, yang memilih untuk menarik diri dari percakapan atau interaksi. Tujuannya bisa beragam, mulai dari kebutuhan untuk meredakan emosi pribadi hingga upaya untuk mengendalikan situasi.

Dampak dari silent treatment sangat bervariasi, mulai dari sekadar jeda yang diperlukan hingga luka emosional yang mendalam. Pertanyaan besarnya adalah, apakah tindakan ini selalu negatif? Atau adakah konteks di mana silent treatment bisa dimaklumi? Mari kita selami lebih dalam untuk memahami nuansa di balik perilaku kompleks ini.

2 dari 5 halaman

Memahami Definisi Silent Treatment yang Sebenarnya

Menurut para ahli, silent treatment adalah praktik menahan komunikasi dari seseorang selama konflik. Kia-Rai Prewitt, PhD, dari Cleveland Clinic, menjelaskan bahwa ini adalah penolakan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang mencoba berinteraksi. Situs PositivePsychology.com juga mendefinisikannya sebagai berbagai perilaku yang digunakan untuk mengabaikan seseorang dan menghindari komunikasi.

Bentuk-bentuk silent treatment bisa sangat beragam dan seringkali tidak langsung. Ini bisa mencakup tindakan seperti mengabaikan pesan dan panggilan telepon, menolak kontak mata saat diajak bicara, tidak menanggapi pertanyaan langsung, atau bahkan berbicara dengan orang lain di depan target tetapi tidak dengan target itu sendiri. Ini adalah penolakan untuk terlibat dalam dialog, yang seringkali memancing respons dari pihak yang diabaikan.

Secara esensial, silent treatment adalah penolakan untuk berkomunikasi dengan seseorang yang berusaha untuk berkomunikasi dan memancing respons. Ini bukan sekadar keheningan, melainkan keheningan yang disengaja dengan tujuan tertentu, baik itu untuk menenangkan diri atau untuk memanipulasi.

3 dari 5 halaman

Silent Treatment: Mekanisme Koping atau Alat Manipulasi?

Dalam beberapa kasus, silent treatment dapat menjadi mekanisme koping yang tidak disengaja. Kia-Rai Prewitt, PhD, menjelaskan bahwa bagi sebagian orang, ini adalah cara untuk mengatasi tekanan emosional yang luar biasa, sering disebut sebagai 'banjir emosional'. Mereka mungkin merasa sangat tertekan sehingga secara fisiologis mati rasa dan tidak mampu merespons secara verbal. Selain itu, perilaku ini juga bisa menjadi sesuatu yang dipelajari atau dimodelkan dari lingkungan sekitar, seperti dari orang tua, sehingga dianggap sebagai cara normal untuk mengelola konflik.

Jika tidak ada niat untuk menyakiti atau mengendalikan, perilaku ini mungkin tidak termasuk dalam kategori pelecehan. Namun, ini bisa menjadi tanda bahwa seseorang perlu meningkatkan keterampilan komunikasi, kewalahan secara emosional, atau perlu menghilangkan kebiasaan perilaku hubungan yang mereka alami saat tumbuh dewasa.

Namun, para ahli secara luas sepakat bahwa silent treatment seringkali merupakan bentuk manipulasi dan pelecehan emosional. Individu dengan kecenderungan kasar terkadang menggunakannya sebagai alat untuk mempermalukan, menghukum, atau memanipulasi. Ini adalah taktik relasional yang digunakan untuk menghukum, menarik diri, atau menghindari emosi yang sulit, seringkali berasal dari ketidakdewasaan emosional atau keinginan untuk mempertahankan kendali.

Menurut Psikolog Klinis Kripanidh Kaur, silent treatment lebih dari sekadar keheningan; ini adalah taktik manipulatif untuk memancing keterlibatan melalui penggunaan keheningan. Niatnya adalah untuk menyakiti orang lain, menjadikannya perilaku kontrol yang koersif dan bentuk pelecehan emosional. Kipling Williams, seorang Profesor Psikologi di Purdue University, juga menekankan bahwa mengucilkan dan mengabaikan orang digunakan untuk menghukum atau memanipulasi.

4 dari 5 halaman

Dampak Merusak Silent Treatment pada Hubungan dan Individu

Dampak silent treatment sangat merusak, baik bagi penerima maupun hubungan secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa tindakan mengabaikan atau mengucilkan dapat mengaktifkan area otak yang sama yang diaktifkan oleh rasa sakit fisik. Paul Schrodt, PhD, Profesor Studi Komunikasi, meninjau 74 studi dan menemukan bahwa silent treatment 'sangat' merusak hubungan, menurunkan kepuasan, mengurangi keintiman, dan kapasitas komunikasi yang sehat.

Penggunaan silent treatment berulang kali sebagai cara untuk bereaksi atau memanipulasi merusak kesehatan hubungan karena kurangnya komunikasi dan resolusi. Ini menciptakan jarak emosional serta mengikis kepercayaan dan keamanan, menyebabkan ketidakseimbangan kekuatan.

Bagi penerima, dampak psikologisnya sangat signifikan. Mereka sering merasa cemas, mempertanyakan apa yang mereka lakukan salah, dan bagaimana cara memperbaiki situasi. Silent treatment dapat membuat seseorang merasa tidak dicintai dan tidak berharga, serta terputus dan terisolasi. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan masalah psikologis seperti depresi, gangguan kecemasan, dan masalah keterikatan.

5 dari 5 halaman

Batasan Jelas: Silent Treatment vs. Mengambil Jeda Sehat

Penting bagi Sahabat Fimela untuk membedakan antara silent treatment dan mengambil jeda yang sehat untuk menenangkan diri. Mengambil jeda singkat untuk menenangkan diri adalah hal yang normal dan bahkan dianjurkan, asalkan disertai dengan komunikasi yang jujur. Misalnya, dengan mengatakan, "Saya butuh waktu untuk berpikir. Saya akan berbicara dengan Anda nanti." Ini mengubah keheningan dari senjata menjadi alat untuk kejelasan dan resolusi.

Kripanidh Kaur menjelaskan bahwa mengambil ruang melibatkan komunikasi langsung dan sedikit waktu istirahat yang diperlukan. Namun, dalam silent treatment, niatnya adalah untuk menyakiti orang lain dengan keheningan mereka, bukan untuk mengambil jeda yang konstruktif.

Pada intinya, silent treatment adalah tindakan yang disengaja untuk menarik diri dari koneksi, seringkali dengan konsekuensi yang merugikan bagi hubungan. Ini mencerminkan keterampilan komunikasi, resolusi konflik, dan regulasi emosi yang buruk. Memahami perbedaan ini krusial untuk membangun hubungan yang lebih sehat dan saling menghargai.