Review Buku Panduan Lima Jari

Endah WijayantiDiterbitkan 21 Desember 2025, 16:45 WIB

Fimela.com, Jakarta - Berjumpa dengan sebuah buku yang bisa menjadi sahabat baru dan memberi pelukan hangat dan harapan baru merupakan pengalaman yang berharga. Panduan Lima Jari adalah salah satu buku yang menghadirkan pengalaman tersebut.

Buku ini hadir bagaikan teman perjalanan, yang menyapa kita dengan refleksi-refleksi sederhana, jujur, dan dekat dengan keseharian, seolah mengajak kita berhenti sejenak, menarik napas, lalu menata ulang arah langkah hidup dengan lebih sadar.

 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Konsep Lima Jari

Blurb Buku Panduan Lima Jari./Copyright doc. Endah

Buku ini berisi kumpulan tulisan inspiratif dan reflektif yang dikelompokkan ke dalam lima bagian, terinspirasi dari lima jari tangan. Jari-jari yang selama ini kita anggap remeh, justru dijadikan metafora yang kuat untuk menuntun pembaca memahami nilai-nilai hidup. Setiap jari memiliki peran, kekuatan, dan maknanya sendiri, seperti manusia dengan segala keunikan dan perjalanannya.

Pada bagian jari jempol, kita diajak untuk selalu memberikan yang terbaik. Bukan dalam pengertian perfeksionis yang melelahkan, melainkan komitmen untuk hadir sepenuh hati dalam apa pun yang sedang dijalani.

Tulisan-tulisannya mengingatkan bahwa melakukan yang terbaik adalah bentuk penghargaan pada diri sendiri. Upaya yang tulus, sekecil apa pun, memiliki nilai. Jempol menjadi simbol persetujuan dan afirmasi bahwa usaha kita layak diapresiasi.

Jari telunjuk kemudian berbicara tentang pertumbuhan. Telunjuk yang biasa digunakan untuk menunjuk arah, dihadirkan sebagai pengingat bahwa hidup adalah proses belajar tanpa akhir.

Buku ini tidak memaksa kita untuk selalu “lebih” dari orang lain, tetapi mengajak untuk bertumbuh dibandingkan versi diri kita di masa lalu. Ada kehangatan dalam cara penulis merangkai kalimat, seolah berkata bahwa bertumbuh boleh pelan, asal konsisten.

Bagian jari tengah menjadi salah satu yang paling reflektif. Jari ini dimaknai sebagai ajakan untuk bersyukur atas diri kita yang berbeda.

Di tengah dunia yang gemar membandingkan, terutama melalui media sosial, bab ini terasa relevan dan menenangkan. Kita akan diajak untuk berdamai dengan keunikan diri, dengan jalan hidup yang mungkin tidak selalu sejalan dengan ekspektasi orang lain. Perbedaan bukan kekurangan, melainkan kekayaan yang membentuk identitas kita.

Masuk ke jari manis, kita akan dibawa pada refleksi tentang membangun hubungan-hubungan yang dalam. Jari yang identik dengan komitmen ini mengingatkan bahwa relasi bukan soal kuantitas, melainkan kualitas.

Kita kembali diajak untuk merawat hubungan dengan lebih sadar, yang lebih mendengarkan, hadir, dan memberi ruang. Hubungan yang sehat digambarkan sebagai fondasi penting untuk menjalani hidup yang utuh dan bermakna.

Sementara itu, jari kelingking menjadi penutup yang lembut sekaligus kuat. Bagian ini berbicara tentang menanam benih di kehidupan orang lain.

Kelingking yang kecil justru menyimpan pesan besar: bahwa dampak tidak selalu datang dari tindakan yang megah. Kebaikan kecil yang dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih, dapat tumbuh menjadi sesuatu yang berarti. Secara pribadi, bagian inilah yang terasa paling membekas, sebuah pengingat untuk menjadi manusia yang lebih baik dengan memberi, bukan untuk dilihat, tetapi untuk menumbuhkan harapan.

Menariknya, buku ini tidak pernah memberi tahu pembaca tentang tujuan hidup secara gamblang, serta tidak mendikte ke mana kita harus pergi.

Buku ini membantu mengarahkan perjalanan. Tulisan-tulisan di dalamnya merupakan karya yang sebelumnya telah diterbitkan di kanal-kanal penulis sendiri, lalu dikurasi dan dikelompokkan berdasarkan nilai-nilai yang diwakili oleh masing-masing jari.

Pendekatan ini membuat buku terasa organik dan personal, seolah kita diajak menyusuri catatan perjalanan seseorang yang juga sedang belajar memahami hidup.

Salah satu kekuatan utama buku ini adalah nadanya yang tidak menggurui. Panduan Lima Jari bukan hanya ditujukan bagi mereka yang masih mencari jati diri, tetapi juga bagi mereka yang sedang menjalani hidup berdasarkan pilihan-pilihan yang telah dibuat.

Ada empati yang terasa nyata di setiap halaman. Buku ini menjadi pengingat lembut bahwa hidup tidak selalu ideal dan tidak selalu berjalan lancar dan mulus sesuai keinginan, tetapi selalu bisa dimaknai dengan lebih bijak.

Dari segi bahasa, buku ini sangat ringan dan mengalir. Tidak banyak kata-kata atau istilah yang terlalu rumit, dan justru di situlah kekuatannya.

Setiap bab memiliki ide yang jelas dan inspiratif, disampaikan dengan gaya bercerita yang bersahaja. Metafora jari-jari tangan digunakan secara konsisten untuk memperkuat pesan, membuat pembaca mudah mengingat dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.

Buku ini membuktikan bahwa penceritaan yang sederhana pun bisa menjadi sangat mendalam.

Di tengah derasnya pengaruh media sosial yang kerap membuat kita merasa tertinggal atau kurang, buku ini hadir sebagai penyeimbang. Kita seakan mendapat lentera dengan cahaya hangat untuk membuka perspektif tentang memaknai usaha-usaha yang sedang diperjuangkan saat ini. Tidak semua proses harus dipamerkan, dan tidak semua hasil harus instan. Nilai-nilai baik yang dipertahankan, meski hanya disimpan sendiri tetap memiliki arti.

Untuk Sahabat Fimela yang sedang mencari bacaan reflektif, menenangkan, dan menguatkan, Panduan Lima Jari bisa menjadi teman baru. Buku ini seperti percakapan hangat yang tidak menghakimi, tidak memaksa, tetapi mengajak berpikir dan merasa.

Kumpulan tulisan dalam buku ini menguatkan kita yang ingin tetap berpegang pada nilai-nilai baik di tengah situasi dan kehidupan yang sering kali membingungkan.

Buku ini bukan tentang menjadi seseorang yang sempurna. Membaca halaman demi halaman buku ini kembali mengingatkan kita untuk hidup sebagai manusia yang sadar, bertumbuh, bersyukur, terhubung, dan memberi.

Dengan pembahasan topik-topik yang sangat dekat dengan keseharian, Panduan Lima Jari mengingatkan bahwa hidup bisa dijalani dengan lebih lembut, tapi tetap bermakna. Sebuah rekomendasi hangat untuk Sahabat Fimela yang ingin menata ulang langkah di tengah kehidupan yang mungkin menghadirkan banyak tekanan atau tuntutan.