Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, matcha, teh hijau bubuk asal Jepang, telah menempati posisi istimewa di hati banyak orang. Minuman ini populer karena kandungan antioksidannya yang tinggi serta kemampuannya untuk meningkatkan energi dan fokus. Matcha sering dianggap sebagai alternatif kopi yang lebih sehat, sehingga banyak yang mengonsumsinya tanpa batasan.
Matcha dibuat dari seluruh daun teh yang digiling halus, sehingga nutrisi di dalamnya terserap optimal oleh tubuh. Proses penanaman khusus ini menjadikan matcha kaya akan asam amino, kafein, dan antioksidan. Namun, di balik berbagai manfaatnya, konsumsi matcha berlebihan justru dapat menimbulkan serangkaian efek buruk yang perlu diwaspadai.
Meskipun matcha menawarkan segudang kebaikan, penting bagi kita untuk memahami bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak selalu baik. Artikel ini akan mengupas tuntas berbagai efek samping yang mungkin timbul jika Sahabat Fimela terlalu banyak mengonsumsi matcha, agar kita dapat menikmati minuman ini dengan bijak dan aman.
Gangguan Sistem Saraf dan Pencernaan Akibat Matcha
Salah satu efek buruk terlalu banyak konsumsi matcha adalah potensi gangguan pada sistem saraf dan pencernaan. Matcha mengandung kafein yang cukup tinggi, bahkan bisa lebih banyak dibandingkan teh hijau biasa. Kafein ini, jika dikonsumsi berlebihan atau menjelang waktu tidur, dapat menyebabkan sulit tidur, jantung berdebar, serta rasa cemas dan gelisah, terutama pada individu yang sensitif terhadap kafein.
Selain itu, asupan kafein berlebih juga bisa memicu overstimulasi sistem saraf, yang berujung pada gejala seperti gelisah dan detak jantung lebih cepat. Bagi Sahabat Fimela yang sensitif terhadap kafein, efek ini akan lebih terasa jika minum matcha beberapa kali dalam sehari.
Matcha juga dapat menimbulkan masalah pencernaan. Minum matcha dalam jumlah besar, apalagi saat perut kosong, berpotensi menyebabkan mual, kembung, atau rasa tidak nyaman di lambung. Kandungan kafein dan senyawa asam dalam matcha dapat mengiritasi saluran pencernaan.
Kandungan polifenol yang tinggi dalam matcha juga dapat mengganggu sistem pencernaan jika dikonsumsi berlebihan, memicu mual, diare, muntah, hingga memperburuk gejala irritable bowel syndrome (IBS). Kafein dalam matcha juga memiliki efek pencahar ringan, yang dapat memperburuk dan memicu diare jika dikonsumsi berlebihan.
Dampak pada Penyerapan Nutrisi dan Organ Vital
Efek buruk terlalu banyak konsumsi matcha selanjutnya berkaitan dengan penyerapan nutrisi penting. Matcha mengandung tanin dan katekin yang dapat mengikat zat besi dalam saluran pencernaan, sehingga menghambat penyerapannya oleh tubuh.
Bagi penderita anemia atau orang dengan kadar zat besi rendah, konsumsi matcha sebaiknya dibatasi dan tidak diminum bersamaan dengan waktu makan. Kondisi ini bisa memicu kelelahan, melemahnya imun, serta gangguan kepadatan tulang akibat defisiensi kalsium dalam jangka panjang.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi ekstrak teh hijau dosis tinggi, termasuk katekin dalam jumlah berlebihan, dapat memberi tekanan pada fungsi hati dan ginjal. Konsumsi katekin yang terlalu banyak dapat memicu mual dan, pada kasus tertentu, berdampak pada fungsi hati atau ginjal.
Batas asupan EGCG harian yang direkomendasikan adalah di bawah 800 mg. Mengingat satu cangkir matcha dapat mengandung sekitar 100-200 mg EGCG, menjaga konsumsi tetap di bawah 4 cangkir umumnya masih dalam batas aman untuk kesehatan hati.
Potensi Risiko Lain yang Perlu Diwaspadai
Matcha, karena dibuat dari seluruh daun teh yang digiling menjadi bubuk, berpotensi menimbulkan paparan kontaminan. Beberapa tanaman teh bisa menyerap logam berat seperti timbal, arsenik, dan fluoride dari tanah. Pada matcha yang menggunakan seluruh daun, paparan zat beracun ini bisa lebih tinggi jika kualitasnya tidak terkontrol.
Kandungan kafein dan senyawa lain dalam matcha juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Interaksi ini bisa memengaruhi efektivitas obat atau meningkatkan risiko efek samping, terutama pada obat pengencer darah dan obat tekanan darah tinggi. Jika Sahabat Fimela sedang menjalani pengobatan rutin, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga medis sebelum mengonsumsi matcha secara rutin.
Meskipun jarang, beberapa orang dapat mengalami reaksi alergi terhadap teh hijau, termasuk matcha. Gejalanya meliputi ruam, gatal, atau iritasi kulit setelah konsumsi. Reaksi alergi parah bisa berupa kesulitan bernapas, gatal-gatal, dan ruam.
Satu sumber juga menyebutkan bahwa konsumsi matcha secara berlebih dapat meningkatkan risiko kanker esofagus, yaitu saluran yang menghubungkan tenggorokan ke lambung. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan mengonsumsi minuman panas pada suhu terlalu tinggi yang dapat merusak lapisan kerongkongan.
Untuk mendapatkan manfaat optimal tanpa mengalami efek samping, konsumsi matcha sebaiknya dibatasi. Anjuran umum adalah tidak lebih dari 2 gelas ukuran 474 ml atau 2 sendok teh bubuk matcha per hari. Beberapa ahli menyarankan maksimal satu hingga dua cangkir per hari, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu.
Penting untuk selalu mendengarkan tubuh dan berkonsultasi dengan tenaga medis jika Sahabat Fimela mengalami gejala yang tidak biasa setelah mengonsumsi matcha. Hal ini sangat penting, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu atau yang sedang dalam pengobatan.