Mengenal Metode Unik Membiarkan Anak Belajar dari Kesalahan

Adinda Tri WardhaniDiterbitkan 29 Desember 2025, 21:31 WIB

ringkasan

  • Membiarkan anak mengalami kegagalan dan belajar darinya adalah fondasi penting untuk membangun ketahanan diri serta mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang krusial.
  • Metode "Fail And Figure Out" sejalan dengan pola pikir bertumbuh, di mana kesalahan dianggap sebagai pengalaman belajar yang meningkatkan motivasi dan kemampuan pemecahan masalah.
  • Orang tua dan pendidik dapat menerapkan berbagai strategi, seperti mencontohkan ketahanan, menormalisasi kemunduran, dan fokus pada proses belajar, untuk mendukung anak dalam menghadapi dan belajar dari kesalahan.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, membiarkan anak belajar dari kesalahan adalah fondasi krusial bagi perkembangan mereka. Pendekatan ini, yang sering disebut sebagai metode parenting unik yang membiarkan anak belajar dari kesalahan, membantu membangun ketahanan diri yang sangat penting. Dengan kesempatan untuk berjuang dan terkadang gagal, anak-anak dapat mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang vital untuk masa depan mereka.

Peran kita sebagai orang tua dan pendidik bukanlah untuk melindungi mereka dari setiap kegagalan, melainkan untuk mendukung dan membimbing. Kita harus mendorong mereka untuk menemukan solusi sendiri, bukan melakukan hal-hal yang seharusnya mereka pelajari sendiri. Konsep ini memungkinkan anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, cakap, bahagia, dan sukses.

Sayangnya, banyak anak tumbuh dalam lingkungan yang menekan mereka untuk selalu sempurna, seperti meraih nilai tertinggi atau diterima di universitas terbaik. Jika anak-anak tidak belajar bagaimana mentoleransi kegagalan, hal itu dapat membuat mereka rentan terhadap kecemasan dan stres, bahkan dapat menyebabkan mereka menyerah sama sekali.

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Mengapa Anak Perlu Belajar dari Kesalahan?

Belajar dari kesalahan dan kekeliruan adalah bagian alami dari perkembangan anak dan remaja. Orang dewasa sering memahami konsep ini, tetapi terkadang gagal mengajarkan kepada anak-anak bahwa ada sisi positif dari melakukan kesalahan. (Foto: CDC/Unsplash)

Belajar dari kesalahan dan kekeliruan adalah bagian alami dari perkembangan anak dan remaja. Orang dewasa sering memahami konsep ini, tetapi terkadang gagal mengajarkan kepada anak-anak bahwa ada sisi positif dari melakukan kesalahan.

Kegagalan, meskipun terasa tidak nyaman, sebenarnya merupakan salah satu cara tercepat untuk belajar dan mengembangkan diri. Jika anak-anak diajarkan sejak dini untuk mengubah pembicaraan diri yang negatif menjadi kasih sayang, dunia mereka akan dipenuhi dengan lebih banyak kemungkinan. Ketahanan dan ketekunan dapat tumbuh dari pengalaman gagal.

Manfaat kegagalan sangat luas, mencakup pembangunan empati, ketahanan, dan kreativitas. Kegagalan juga dapat meningkatkan motivasi dan tekad jika dimanfaatkan dan diarahkan kembali dengan benar. Penelitian bahkan menunjukkan bahwa belajar dari kesalahan justru meningkatkan pembelajaran, bukan menguranginya.

3 dari 4 halaman

Kekuatan Metode Fail And Figure Out dan Pola Pikir Bertumbuh

Metode parenting dengan membiarkan anak belajar dari kesalahan sangat erat kaitannya dengan konsep pola pikir bertumbuh (growth mindset). Pola pikir bertumbuh adalah keyakinan bahwa kemampuan dan kecerdasan seseorang dapat dikembangkan melalui usaha, strategi, dan dukungan. Ini berarti anak-anak belajar untuk merangkul tantangan sebagai peluang, bertahan melalui kemunduran, belajar dari kritik, dan menemukan pelajaran dalam kegagalan.

Pola pikir bertumbuh ini menekankan gagasan bahwa hal terpenting yang dapat diperkuat adalah 'Gagal dulu, lalu belajar'. Dengan mengalami kegagalan, seorang siswa dapat belajar banyak. Mereka dapat memahami mengapa mereka melewatkan poin tertentu dan, di masa depan, mereka dapat menangkap kesalahan mereka dalam jenis masalah lain.

Penting untuk menormalisasi kegagalan agar siswa dapat belajar dari kesalahan mereka dan mempromosikan pola pikir bertumbuh. Ketika kurikulum yang menantang digunakan untuk semua siswa dan kesalahan serta kegagalan dinormalisasi, tindakan ini sebenarnya bukan 'kegagalan', melainkan memberikan pengalaman belajar yang berharga.

Studi menunjukkan bahwa setelah membuat kesalahan, anak-anak dengan pola pikir bertumbuh menunjukkan respons otak yang lebih besar daripada mereka yang memiliki pola pikir tetap. Mereka juga lebih mungkin untuk meningkatkan kinerja mereka sebagai hasilnya. Namun, penting juga untuk berhati-hati terhadap penerapan 'growth mindset' yang salah, yang dapat mengarah pada 'false growth mindset' yang tidak efektif dan berpotensi berbahaya.

4 dari 4 halaman

Strategi Efektif untuk Orang Tua dan Pendidik

Sahabat Fimela, berikut adalah beberapa strategi yang dapat Anda terapkan untuk membantu anak-anak belajar dari kesalahan mereka:

  • Modelkan Ketahanan Diri. Salah satu cara terbaik untuk mengajarkan ketahanan adalah dengan mencontohkan mekanisme koping yang positif. Anak-anak belajar banyak dengan mengamati orang tua mereka. Bicarakan secara terbuka tentang pengalaman Anda sendiri dan pelajaran yang dipetik dari kegagalan.
  • Normalisasi Kemunduran. Bagikan kisah-kisah kegagalan tokoh terkenal, seperti Thomas Edison yang gagal ribuan kali sebelum menemukan bola lampu. Ini dapat membantu anak-anak memahami bahwa kegagalan adalah bagian alami dari proses pembelajaran.
  • Beri Waktu untuk Menenangkan Diri. Berikan waktu bagi anak untuk menenangkan diri sebelum membicarakan kesalahan. Sulit untuk menerima informasi atau memikirkan sesuatu ketika emosi sedang tinggi.
  • Puji Kemampuan Mereka untuk Mengakui Kesalahan. Mengakui kesalahan adalah hal yang sulit. Pastikan respons Anda tidak mempermalukan mereka, karena ini meningkatkan kemungkinan mereka akan berbagi kesalahan di masa depan.
  • Bantu Mereka Merefleksikan Apa yang Dipelajari. Ini menunjukkan bahwa bahkan dengan kekecewaan atau frustrasi, selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari kesalahan.
  • Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil. Alih-alih berfokus pada penanda keberhasilan yang tetap seperti nilai atau kemenangan, lebih baik merefleksikan bersama apa yang telah dilakukan anak dan hal-hal yang telah mereka pelajari.
  • Ciptakan Lingkungan yang Mendukung. Menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa aman untuk membuat kesalahan adalah penting. Ini termasuk memberikan dukungan emosional dan mendorong komunikasi terbuka.
  • Ajukan Pertanyaan Reflektif. Ketika anak membuat kesalahan, ajukan pertanyaan seperti, "Apa yang kamu coba?" "Apa yang diajarkan ini kepada kita?" "Apa yang bisa kita lakukan selanjutnya?" Ini membantu mereka mengubah keberhasilan atau kesalahan menjadi pembelajaran.
  • Hindari Menyelamatkan Anak dari Kesalahan Mereka. Jangan menyelamatkan anak-anak dari kesalahan mereka. Sebaliknya, bantu mereka fokus pada solusi. Ketika orang tua terlalu melindungi, mereka merampas pengalaman yang membutuhkan pemecahan masalah.
  • Ajarkan "Belum". Gunakan bahasa "belum" alih-alih "salah" atau "gagal". Ini membantu siswa melihat umpan balik sebagai kesempatan untuk tumbuh daripada tanda kegagalan.