Fimela.com, Jakarta Di era digital seperti sekarang, jalur menuju kesuksesan di industri kecantikan tak melulu harus dimulai dari meja laboratorium atau bangku sekolah bisnis. Banyak brand kecantikan ternama justru lahir dari layar ponsel, dari tangan kreator konten yang memahami kebutuhan konsumen lebih baik daripada banyak korporasi besar. Mereka bukan hanya ahli makeup atau skincare, tapi juga visioner yang mampu mengubah personal branding menjadi bisnis multimiliar.
Fenomena ini terlihat jelas dari kiprah sejumlah beauty influencer yang sukses membangun brand mereka sendiri. Di Indonesia, nama-nama seperti Lizzie Parra, Titan Tyra, dan Tasya Farasya telah menjadi simbol kesuksesan kreator lokal yang naik kelas menjadi pebisnis. Sementara secara global, Huda Kattan, pendiri Huda Beauty, kembali membuat gebrakan dengan mengambil alih penuh kepemilikan brand yang ia dirikan dari tangan investor.
Dulu, nama besar di balik sebuah produk kecantikan mungkin hanya diketahui segelintir orang. Kini, sebaliknya, para pendiri menjadi wajah utama brand, dengan kisah pribadi dan visi yang dijadikan kekuatan utama dalam membangun koneksi dengan konsumen. Tak heran jika tren “founder-led brand” dari kalangan kreator semakin mendominasi lanskap industri.
Advertisement
Mereka paham betul cara membangun komunitas, membaca tren, hingga menciptakan produk yang relatable dan terasa personal. Lebih dari sekadar bisnis, brand milik kreator ini adalah ekstensi dari kepribadian mereka, autentik, terbuka, dan penuh misi.
Advertisement
Huda Kattan, Founder Huda Beauty
Langkah terbaru Huda Kattan menjadi bukti bagaimana kekuatan kreator bisa menjangkau skala global. Pada awal Juni 2025, ia secara resmi membeli kembali seluruh saham Huda Beauty dari TSG Consumer Partners setelah delapan tahun bermitra. Kini, brand yang ia bangun sejak 2013 dengan pinjaman $6.000 dari sang kakak, Alya Kattan, kembali sepenuhnya berada di tangannya.
“Ini adalah momen yang sangat penting bagi saya,” ujar Huda. “Brand ini dibangun dari passion, kreativitas, dan keinginan untuk menantang industri kecantikan,” tambahnya.
Sebagai salah satu pelopor brand kecantikan yang dipimpin influencer, Huda Beauty berkembang dari blog sederhana menjadi label global dengan puluhan juta pengikut di media sosial. Produk-produk ikonis seperti Easy Bake Setting Powder dan Easy Blur menjadi favorit di kalangan penggemar makeup. Dengan pendekatan yang menekankan inklusivitas, transparansi (termasuk pelarangan filter di media sosial), serta inovasi, Huda terus membangun komunitas yang loyal dan terlibat aktif.
Kini, bersama suaminya Christopher Goncalo sebagai Co-CEO dan Alya Kattan sebagai kepala strategi sosial, Huda bersiap memasuki babak baru yang lebih berani. Ia juga meluncurkan Huda Hotline, podcast personal untuk membahas isu kecantikan dan self-discovery secara lebih mendalam dan tanpa filter.
Lizzie Parra, Founder BLP Beauty
Lizzie memulai karier sebagai Product Executive untuk Yves Saint Laurent di L’Oréal Indonesia, lalu beralih menjadi makeup artist dan influencer sejak 2009–2010 Ia meluncurkan blog dan channel YouTube untuk review produk, tutorial, dan membangun kepercayaan audiens.
Pada Juni 2016, Lizzie meluncurkan By Lizzie Parra (BLP) Beauty, dimulai dengan lip coat yang segera habis terjual, bahkan menyebabkan website crash selama sebulan penuh.Lizzie merekrut tim profesional, menggunakan jasa maklon dari Indonesia, Shanghai, dan Jerman, serta sukses bermitra dengan e-commerce seperti Tokopedia sejak 2018. Kini, BLP memiliki puluhan produk seperti lip coat, face powder, eyeliner, dan eyelashes, dan membuka gerai offline pertama di Lotte Shopping Avenue Jakarta pada Februari 2018.
Advertisement
Titan Tyra, Founder Secondate Beauty
Titan Tyra mulai dikenal sebagai beauty YouTuber lewat konten haul, review, tutorial, hingga travel. Terinspirasi oleh perjalanan personalnya, termasuk perjuangan kepercayaan diri, Titan mendirikan Secondate pada Februari 2020. Namanya berasal dari ide “kencan kedua” di mana seseorang lebih nyaman menjadi diri sendiri Filosofi inti: “Your Story is Your Beauty”.
Produk pertama adalah Milky Gel Lip Tint yang langsung sold out dalam 7 menit setelah diluncurkan 20 Februari 2020. Berpartner dengan teman masa kecil (Gitta Amelia) untuk mengelola aspek backend dan keuangan bisnis. Titan juga memanfaatkan live streaming e‑commerce (Shopee Live & Video) yang membuat Secondate tetap laris dan interaktif. Brand juga fokus pada isu kesehatan mental melalui sesi curhat komunitas.
Tasya Farasya, Founder Mother of Pearl (MOP Beauty)
Tasya, lulusan kedokteran gigi sekaligus makeup artist, memulai channel YouTube sejak masih kuliah. Kontennya dikenal jujur dan selektif, selalu menguji produk selama satu bulan dan memperhatikan BPOM serta kebutuhan audiens,
Berdasarkan wawancara eksklusif FIMELA, Tasya Farasya dikenal karena prinsip integritasnya dalam membuat konten. Ia bukan sekadar beauty vlogger biasa, Tasya membangun kepercayaan audiens dengan pendekatan yang jujur dan selektif. Dalam setiap review, ia menguji produk selama minimal satu bulan, memastikan legalitas seperti BPOM.Langkah besar terjadi saat Tasya mendirikan MOP Beauty (Mother of Pearl) di tahun 2020, tepat di masa pandemi.
Meski dirilis di tengah ketidakpastian, produk-produk pertamanya langsung sold-out, menandakan kekuatan komunitas yang sudah ia bangun selama bertahun-tahun. Tasya mengaku ingin brand ini tumbuh dewasa dan menjadi entitas independen, meski untuk saat ini masih erat lekat dengan namanya.Salah satu produk yang menjadi andalan dan favorit konsumen adalah SO X-TRA! Hybrid Matte Foundation.
Foundation ini disebut sebagai cult-favorite di kalangan beauty enthusiast karena formulanya yang tahan lama, ringan, dan cocok untuk kulit tropis.Pada peluncuran versi terbarunya, MOP Beauty mencatat pencapaian impresif: ribuan unit terjual dalam waktu kurang dari 24 jam. Tak hanya menghadirkan kemasan baru yang lebih kokoh dan modern dengan airless pump, foundation ini juga dijual dengan harga lebih terjangkau namun tetap mempertahankan kualitas formula yang dicintai pengguna sebelumnya.Keberhasilan ini menunjukkan bahwa MOP Beauty bukan sekadar brand parasosial, melainkan benar-benar mendengar masukan konsumen dan terus beradaptasi.