Sukses

Entertainment

7 Film Bagus yang Sulit Ditonton Lebih dari Sekali

Fimela.com, Jakarta Film-film bagus dan berkualitas ada yang sukses secara komersil maupun mendapat banyak pujian serta penghargaan. Ada yang dibuatkan sekuelnya dan ada juga yang memang sengaja tidak dibuatkan sekuelnya.

Film-film produksi Hollywood misalnya, banyak yang berorientasi pada profit atau keuntungan karena industri perfilman di sana memang sudah sangat maju. Meski begitu ada juga film-film yang memang tidak terlalu komersil tapi banyak mendapat pujian dari kritikus film.

Sejumlah negara juga banyak membuat film-film berkualitas yang tidak terlalu sukses meraih banyak penonton tapi mendapat banyak penghargaan. Biasanya film-film seperti itu disebut dengan film festival. Di Indonesia tak jauh beda.

Ada sejumlah film berbobot dan diputar di sejumlah festival film di luar negeri, tapi di negeri sendiri justru gagal meraih banyak penonton. Yang unik, ada beberapa film berbobot atau film festival yang rasanya berat ditonton lebih dari satu kali. Penyebabnya bermacam-macam, ada karena mengandung unsur kekerasan yang sangat intens atau terlalu vulgar.

Brad Pitt (Pinterest)Atau mungkin juga ada adegan yang membuat kita syok dan sulit melupakannya. Berikut ini ada tujuh film berkualitas yang rasanya cukup ditonton sekali saja. Sebelum meneruskan, tulisan ini memuat spoiler atau bocoran ending ketujuh film ini.

Passion of the Christ

1. Passion of the Christ

Mel Gibson dan penulis Randall Wallace sedang mengerjakan sekuel dari film The Passion of the Christ yang mengguncang dunia tahun 2004 lalu.

Film yang disutradarai Mel Gibson fokus pada saat-saat terakhir kehidupan Yesus Kristus, terutama sebelum dan saat disalib. Meski sudah banyak yang tahu, terutama umat Kristiani, kalau Yesus mengalami banyak penyiksaan sebelum disalib, tapi kekerasan dan penyiksaan itu ditampilkan begitu detil dan intens di hampir sepanjang film.

Passion of the Christ memang mendapat banyak pujian termasuk 3 nominasi di ajang Oscar dan jadi film berbahasa non-Inggris terlaris sepanjang masa. Tapi ada yang berani menontonnya secara penuh selama dua kali atau bahkan berkali-kali?

 

Boys Don't Cry

2. Boys Don’t Cry

Boys Don't Cry. foto: foxsearchlight.comFilm yang diangkat dari kisah nyata dan dirilis pada 1999 ini melambungkan nama Hillary Swank. Berkat perannya sebagai seorang transgender bernama Brandon Teena, Hillary meraih Piala Oscar sebagai Aktris Utama Terbaik. Akting Chloe Sevigny sebagai kekasih Bandon juga mendapat banyak pujian dan masuk nominasi Oscar.

Namun film berkualitas ini menampilan adegan kekerasan dan pemerkosaan yang cukup detil dan intens. Brandon sendiri tewas ditembak oleh dua orang pria yang sebelumnya sudah memukuli dan memperkosanya. Rasanya menyaksikan film ini satu kali sudah lebih dari cukup.

United 93

3. United 93

Petugas berjaga di Flight 93 National Memorial lokasi kecelakaan pesawat United Airlines 93 yang dibajak pada serangan 9/11, Shanksville, Pennsylvania, AS (9/9/2015). Monumen diresmikan Sehari sebelum peringatan, 10 September 2015. (REUTERS/Mark Makela)

Film yang dirilis pada 2006 ini diangkat dari kisah nyata tentang tragedi 9/11 di Amerika Serikat pada 2001. United 93 yang disutradarai Paul Greengrass banyak dipuji karena menampilkan adegan yang terasa realistis dan tidak terlalu memasukkan unsur politik maupun agama di dalamnya. Tapi karena saking terasa realistis, kita bisa merasakan kengerian dan ketakutan para penumpang pesawat komersil yang tiba-tiba dibajak para teroris.

Meski tak ditunjukkan secara eksplisit, ending film ini begitu memukau sekaligus memilukan dan mengharukan. Seperti kita tahu, pesawat United 93 hancur menghantam daratan sebelum mencapai target di Washington, semua orang yang ada di pesawat tewas. Ada yang berani menyaksikan film bagus ini lebih dari sekali?

Schindler's List

4. Schindler’s List

Schindler's List, film pemenang Oscar penuh kontroversi

Salah satu karya masterpiece Steven Spielberg ini meraih banyak pujian dan memborong 7 piala dari 12 nominasi di ajang Oscar 1994 termasuk untuk Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Film yang berdasarkan kisah nyata di era Perang Dunia Kedua ini menceritakan tentang usaha Oskar Schindler, pengusaha Jerman yang menyelamatkan sejumlah orang Yahudi dari usaha pembunuhan tentara Nazi.

Schindler’s List menggambarkan sejumlah kekejaman tentara Nazi yang begitu detil dan seperti sudah jadi hal biasa bagi mereka. Schindler’s List jelas wajib ditonton para penggemar film, tapi rasanya cukup sekali saja.

12 Years a Slave

5. 12 Years a Slave

2014 -

Film tentang perbudakan di Amerika Serikat (AS) kerap jadi kontroversi, termasuk 12 Years a Slave. Namun film yang dibintangi dan diproduseri Brad Pitt ini wajib ditonton karena ceritanya menarik, penuh makna dan diambil dari kisah nyata.

Film ini melejitkan nama Chiwetel Ejiofor ini meraih tiga piala di ajang Oscar 2014, termasuk di kategori Aktris Pembantu Terbaik untuk Lupita Nyong’o. Film ini memang sangat berbobot tapi sebaiknya ditonton sekali saja, terutama adegan kekerasan yang ditampilkan banyak yang sulit dilupakan.

Requiem For a Dream

6. Requiem For a Dream

Ellen Burstyn mengawali debutnya sebagai sutradara dalam film Bathing Flo yang terinspirasi dari kisah nyata.

Film drama psikologis yang dirilis ini mendapat banyak pujian termasuk saat diputar di Cannes Film Festival 2000. Film ini juga mendapatkan satu nominasi di ajang Oscar di kategori Aktris Utama Terbaik untuk Ellen Burstyn. Tapi temanya memang cukup sensitif yaitu tentang empat orang yang kecanduan narkoba dengan segala efek sampingnya yang cukup mengerikan.

Efek halusinasi digambarkan dengan sangat detil ditambah beberapa adegan seks yang vulgar. Penonton akan mengalami 101 menit yang memukau sekaligus mengganggu bagi banyak orang. Bersiap untuk mengalami depresi berhari-hari usai menyaksikan Requiem For a Dream, jadi cukup sekali saja menyaksikan film ini.

Grave of the Fireflies

7. Grave of the Fireflies

Anime Grave of the Fireflies besutan Studio Ghibli. (myfilmviews.com)

Semua orang dari beragam usia pasti suka film animasi. Apalagi yang diproduksi Studio Ghibli yang membuat Princess Mononoke dan Spirited Away. Tapi sebelumnya mereka pernah memproduksi Grave of the Fireflies di tahun 1988 yang ceritanya sangat tragis dan mengharukan tentang kekejaman perang.

Temanya tentang dua kakak-beradik yang harus bertahan hidup di Kobe saat Jepang terkena bom atom di tahun 1945. Karakter Seita dan terutama Setsuko yang begitu menggemaskan diceritakan tewas secara tragis. Mereka yang masih punya hati dijamin menangis atau meneteskan air mata usai menonton film berkualitas ini, dan rasanya tak akan menontonnya dua kali apalagi berkali-kali.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading