Sukses

Fashion

[Vemale's Review] ''Cinta adalah Perlawanan'' - Azhar Nurun Ala

Judul: Cinta adalah Perlawanan
Penulis: Azhar Nurun Ala
Penyunting: Abdullah Ibnu Ahmad
Desain Kover: YS Gunawan
Ilustrasi: Chintara Putri AA
Cetakan Ketiga, April 2016
Penerbit: azharologia (azharologiabooks.com)

Cinta adalah pertahanan kita—yang utama, pertama, sekaligus terakhir. Ia menunggalkan yang jamak, mencipta harmoni dari warna yang tak cuma satu. Tanpanya, hanya ada aku, kamu, dan dunia yang penuh luka. Tanpa cinta, neraka terwujud sebelum dunia sirna.

Merayakan cinta bersamamu adalah mendaki bersama untuk kemudian mengibarkan sebuah bendera kemenangan di puncak. Barangkali kita akan meneteskan keringat yang tak sedikit, juga sesekali menginjak duri yang buat kita rasakan sakit. Tapi, tetap saja pendakian berdua lebih membanggakan daripada perjumpaan di puncak dengan bendera kemenangan masing-masing. Bahwa telah diajarkan oleh pengalaman, perih yang dilalui bersama adalah sumber kebahagiaan.

Cinta adalah perlawanan. Atas rasa takut yang berlebihan. Atas kekhawatiran yang keterlaluan. Atas rindu yang tak boleh dibiarkan beku lama-lama.

Pernah jatuh cinta? Pernah merasa galau atau limbung karena jatuh cinta? Atau mungkin pernah diselimuti rasa takut dan cemas karena mencintai seseorang? Setiap orang, aku, kamu, dan kita pastilah pernah jatuh cinta. Dunia seakan jungkir balik saat kita sedang jatuh cinta. Ada kegelisahan, juga harap. Tapi dari semua itu, juga ada perjuangan.

Azhar Nurun Ala dalam karyanya Cinta adalah Perlawanan menceritakan perjuangannya memperoleh cinta. Cinta yang sejati. Cinta yang hakiki. Sebagai “laki-laki yang sedang belajar mencintai”, ia mencurahkan semua isi hatinya terkait prosesnya memperjuangkan seorang bidadari. Perjumpaan pertama yang sebenarnya biasa saja tapi sungguh berkesan di hatinya. Perasaan tak biasa yang diam-diam menyusup tumbuh di hatinya itu pun untuk sementara waktu hanya bisa jadi rahasianya.

Aku sadar tak ada jatuh cinta yang salah. Ia seringkali hadir begitu saja, tanpa sempat kita waspadai. Atau, kalaupun sudah diwaspadai, tetap saja kita tak mampu lari darinya. Ia terus mengejar kita sampai sudut terjauh yang bisa kita jangkau, lalu, ketika kita lelah, ia datang menerkam tanpa aba-aba. Memperdaya kita dengan segala pesonanya. Tanpa ampun. Tanpa negosiasi sedikit pun.
(hlm. 49)

Menjaga perasaan cinta tak ubahnya sebuah perlawanan. Melawan ego juga menjaga hawa nafsu. Melawan godaan untuk berbuat yang tak semestinya dengan senantiasa menjaga hati. Berserah pada Sang Pemilik Cinta dan senantiasa berbaik sangka bahwa Ia akan menunjukkan jalannya.

Di dalam Cinta adalah Perlawanan, ada sejumlah petikan puisi yang dibuat Azhar. Puisi-puisi indah untuk mencurahkan rahasia yang saat itu hanya bisa ia simpan sendiri. Bab demi bab di buku ini, mulai dari Jumpa Pertama, Kebohongan yang Indah, September Murung, Kerelaan, Rencana Besar, Menumbuhkan Cinta, Puisi untuk Rimba, hingga Cinta adalah Perlawanan itu sendiri tak ubahnya sebuah memoar atau kisah cinta Azhar. Dimulai dari perjumpaannya dengan Rista sampai akhirnya bisa menapaki gerbang pelaminan bersama.

Aku telah memilih jalan hidupku untuk mencintaimu. Dan aku benci dengan setiap ‘mengapa?’ yang mengikuti pernyataan cinta. Aku mencintaimu karena aku memilih untuk mencintaimu. Itu saja. Cinta selalu lebih butuh pembuktian daripada alasan. Mencari alasan untuk mencintaimu, sama saja membuka kemungkinan alasan untuk tidak mencintaimu. Aku tak mau melakukannya.
(hlm. 99)

Salah satu bagian yang berkesan menurut saya dari buku ini adalah perjuangan Azhar saat akhirnya akan menikahi Rista. Di tengah beratnya ujian, selalu saja ada pertolongan. Kalau sudah memiliki niat baik, segala sesuatunya benar-benar terasa dipermudah. Kesiapan saja memang belum cukup, butuh keberanian dan pembuktian yang nyata.

Banyak pesan dan pelajaran yang bisa diambil dari buku ini. Mulai dari soal menjaga perasaan, memperjuangkan cinta, kesiapan dan keberanian untuk menikah, hingga soal membangun cinta bersama. Galau, sedih, dan rasa takut kehilangan seseorang karena cinta sesungguhnya hal yang lumrah terjadi. Tapi kita selalu bisa membuat pilihan untuk semua itu. Membiarkan diri ini terhanyut tanpa kejelasan arah atau memberanikan diri memperjuangkan yang terbaik untuk akhir yang indah.

 

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading