Fimela.com, Jakarta Jika dulu Formula 1 dikenal sebagai olahraga eksklusif yang lekat dengan aroma oli dan suara mesin, kini suasananya jauh lebih glamorous. Di tengah raungan mesin dan panasnya persaingan lintasan, hadir pemandangan yang tak kalah mencuri perhatian, barisan front row yang dipenuhi selebriti dunia, model internasional, hingga desainer mode ternama.
F1 telah bertransformasi dari ajang balapan elite menjadi panggung gaya hidup global yang menyatukan kecepatan, budaya pop, dan fashion mewah.
Advertisement
F1: Dari Ajang Balap ke Platform Lifestyle Global
Transformasi ini bukan terjadi dalam semalam. Seiring meningkatnya daya tarik F1 di mata publik global, terutama generasi muda, penyelenggara balapan mulai mengadopsi pendekatan baru yang lebih inklusif dan stylish. Salah satu titik baliknya adalah saat Drive to Survive, serial dokumenter Netflix, memperkenalkan dunia F1 kepada audiens non-penggemar balap. Tak hanya menyuguhkan drama di balik layar, serial ini juga memperlihatkan sisi glamor para pembalap yang kini bersaing tak hanya di lintasan, tapi juga dalam urusan gaya.
“F1 has successfully rebranded itself as more than just a sport, it’s now an entertainment and lifestyle brand,” tulis GQ Magazine dalam artikelnya tentang hubungan F1 dan fashion.
Lewis Hamilton: Pembalap yang Membuka Jalan F1 ke Dunia Fashion
Tak bisa dimungkiri, tonggak awal hubungan F1 dan fashion tidak lepas dari sosok Lewis Hamilton. Ia bukan hanya juara dunia tujuh kali, tapi juga ikon mode yang secara konsisten membentuk citra baru seorang pembalap. Hamilton menghadiri fashion week secara rutin, berteman dekat dengan desainer top dunia, dan bahkan merilis koleksi kolaborasi TOMMYxLEWIS bersama Tommy Hilfiger.
Menurut Vogue, “Hamilton has redefined the image of a Formula 1 driver.” Ia tak segan tampil dengan busana eksperimental seperti blus sheer, suit warna pastel, hingga aksesori edgy yang jauh dari citra konservatif pembalap konvensional. Gayanya menciptakan ruang baru dalam F1, ruang di mana kecepatan bertemu ekspresi diri.
Bahkan baru-baru ini, saat F1 kembali ke Shanghai untuk Chinese Grand Prix, Hamilton meluncurkan koleksi kapsul +44 x Sorayama yang bertepatan dengan balapan tersebut. Di Instagram-nya, terlihat perpaduan visual khas F1 dengan estetika futuristik yang menunjukkan betapa eratnya hubungan fashion dan motorsport hari ini.
Advertisement
Ketika Lisa dan Rosé Menyapa dari Paddock
Kehadiran selebriti kelas dunia di ajang F1 kini bukan hal asing. Di Grand Prix Monako dan Singapura, wajah-wajah familiar seperti Rihanna, Zendaya, hingga Dua Lipa pernah terlihat di paddock. Namun yang paling mencuri perhatian belakangan ini adalah kemunculan Lisa dan Rosé dari BLACKPINK.
Saat Lisa menghadiri Grand Prix Monako mewakili Celine, atau ketika Rosé tampil memukau di paddock Singapura bersama Tiffany & Co., kehadiran mereka membawa dampak luar biasa. F1 pun menjadi lebih relevan di mata penggemar K-pop dan fashion. Kehadiran para idola ini membuktikan bahwa F1 kini bukan hanya milik pencinta kecepatan, tapi juga bagi siapa saja yang mengikuti perkembangan kultur populer.
Streetwear, Strategi, dan Peran Tim Balap
Tren streetwear ikut menyumbang dinamika baru di dunia F1. Porsche, misalnya, kembali berkolaborasi dengan label Aimé Leon Dore dalam proyek yang menghadirkan mobil klasik 1986 Porsche 944 Turbo dan kampanye bersama rapper Action Bronson. BMW dan Kith juga telah merilis tiga kolaborasi sejak 2021. Sementara Bentley memasuki dunia fashion dengan koleksi kapsul bersama label lifestyle Picante.
Ferrari pun tak ketinggalan. Di bawah arahan direktur kreatif Rocco Iannone, mereka telah tampil tujuh kali di Milan Fashion Week. Untuk musim 2025, Ferrari bekerja sama dengan Puma menghadirkan jaket bergaya Tang neo-Chinese dan sneakers Speedcat yang kini digandrungi Gen Z. Melansir dari Jing Daily, hal ini menunjukkan bagaimana merek otomotif mulai menggarap fashion sebagai lahan baru untuk ekspansi dan pendapatan.
Advertisement
Fashion sebagai Solusi di Tengah Ketidakpastian Industri Otomotif
Tak hanya sekadar gaya, ada alasan strategis mengapa dunia otomotif kini serius menapaki industri fashion. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak merek mobil mengalami tekanan finansial. Porsche harus memangkas 4.000 karyawan setelah penurunan penjualan 28% di China, sementara laba operasional Bentley turun drastis dari 589 juta euro menjadi 373 juta euro pada 2024. BMW juga melaporkan penurunan laba bersih sebesar 37%.
Dalam konteks ini, fashion menjadi peluang baru yang menjanjikan visibilitas, relevansi budaya, dan koneksi langsung ke konsumen muda. Namun seperti dicatat Jing Daily, meski merek otomotif unggul dalam branding, belum semuanya berhasil mendapat kredibilitas budaya di ranah fashion. Koleksi Ferrari misalnya, masih dinilai lebih seperti merchandise ketimbang koleksi fashion sejati.
Melalui pendekatan ini, F1 tidak hanya menjual balapan. Mereka menjual gaya hidup. Menjual aspirasi. Dengan panggung-panggung megah di kota-kota seperti Miami, Las Vegas, Monako, hingga Abu Dhabi, F1 mengemas dirinya sebagai destinasi gaya hidup kelas dunia.
Ini bukan hanya tentang siapa yang tercepat di lintasan, tapi juga siapa yang paling berpengaruh di arena sosial budaya. F1 menjadi melting pot antara olahraga, fashion, teknologi, dan seni hiburan.
Lewis Hamilton Bawa F1 ke Layar Lebar Bersama IWC Schaffhausen
Transformasi Formula 1 sebagai simbol gaya hidup modis semakin terlihat jelas lewat kolaborasi lintas industri. Salah satu contoh paling menarik datang dari IWC Schaffhausen, rumah jam mewah asal Swiss, yang baru saja mengumumkan kemitraannya dengan film balapan Formula One™ produksi Apple Original Films. Film ini disutradarai oleh Joseph Kosinski (Top Gun: Maverick), diproduseri oleh Jerry Bruckheimer Films, Plan B Entertainment, dan tentu saja Lewis Hamilton melalui rumah produksinya, Dawn Apollo Films.
Dalam film yang syutingnya dilakukan di sirkuit asli seperti British Grand Prix™ di Silverstone, IWC tampil sebagai sponsor tim fiksi APX GP, dengan model jam tangan dari lini Pilot’s Watches dikenakan oleh karakter-karakter utama. Kehadiran brand fashion mewah dalam film yang berlatar balapan nyata ini tak hanya menambah kredibilitas visual, tapi juga mempertegas bahwa dunia F1 dan luxury lifestyle kini tak bisa dipisahkan.
Kemitraan ini menjadi bukti nyata bahwa F1 telah menjadi arena storytelling modern yang menggabungkan kecepatan, estetika, selebriti, hingga sinema dan mode dalam satu semesta budaya populer global.
Advertisement
Bak Runway Berjalan
Tak hanya para pembalap, para pasangan mereka alias WAGs (Wives and Girlfriends) juga menjadi pusat perhatian di paddock dengan gaya yang tak kalah mencuri sorotan. Deretan tas mewah dari brand seperti Hermès, Chanel, hingga Dior menjadi aksesori wajib mereka. Bahkan, gaya mereka kerap viral di media sosial, dengan banyak yang menyamakan penampilan mereka seperti fashion influencer.
Salah satu nama yang sering dibicarakan adalah Carmen Montero Mundt, kekasih George Russell, yang dikenal dengan gaya elegan dan tas-tas mewah yang sering ia padukan dengan outfit netral. Ada juga Kelly Piquet, kekasih Max Verstappen, yang kerap tampil dalam siluet feminin modern, sering terlihat mengenakan tas mini dari Prada dan Valentino.
Tak heran, paddock F1 kini tak ubahnya fashion runway berjalan, dari para pembalap hingga pasangan mereka, semua berlomba menunjukkan style terbaik, seolah membuktikan bahwa F1 bukan hanya soal kecepatan, tapi juga selera fashion yang tinggi.