Sukses

FimelaHood

Alpas ID, Komunitas Mental Health yang Buka Layanan Curhat Bagi Masyarakat

Fimela.com, Jakarta Belakangan, isu mental health atau kesehatan mental memang tengah naik daun di Indonesia. Pasalnya, banyak orang yang mulai speak up tentang pentingnya kesehatan mental yang selama ini terlupakan. Ditambah lagi munculnya komunitas-komunitas yang support kesehatan mental. Alpas ID adalah salah satunya.

Didirikan oleh 4 perempuan yang memiliki ketertarikan di dunia psikologi, yaitu Nathania Kusuma, Gabriela Claudia Kalalo, Fathin Nibras W, dan Olphi Disya Arinda, Alpas ID tidak hanya hadir sebagai wadah support masyarakat mengenai kesehatan mental, tapi juga sebagai media edukasi untuk membangun kesadaran kesehatan mental.

Mewakili Alpas ID, Nathania Kusuma mengatakan bahwa Alpas ID juga memiliki konten edukasi berupa tulisan mengenai kesehatan mental yang bisa diakses siapa saja di website mereka. "Kami berempat ingin mem-breakrules stigma mental health di Indonesia dengan artikel-artikel yang kami tulis di website kami, acara-acara yang kami adakan, dan online consultation dan support group di divisi Friendship," ujarnya.

Lebih lanjut, Nia, begitu Nathania akrab disapa, menceritakan bagaimana mula komunitas ini terbentuk. "Kami merencanakan komunitas ini sudah dari tahun 2018 akhir, sekitar November-Desember. Sebelumnya, kami juga sudah punya pengalaman di komunitas mental health lain, jadi kami punya gambaran program, perekrutan, lalu awal 2019, kami buat media sosialnya, kami buat perekrutannya dan berjalan sampai sekarang," kenang Nia.

Pemilihan nama Alpas sendiri bukan tanpa alasan. Menurut Nia, Alpas memilki arti to be free dalam bahasa Tagalog. "Alpas diambil dari kata Tagalog, yang artinya To Be Free, kami ingin melepas masyarakat dewasa muda dengan rentang usia 19-31 di Indonesia bisa terlepas dari stigma mental health, karena di Indonesia ini cukup besar isunya, seperti mau ke psikiater dicap sebagai orang gila, selain itu kita juga masih agak aneh ketika melihat tanda-tanda bunuh diri di teman kita, kami ingin me-normalize itu semua," jelas Nia.

"Jadi misalnya kita punya mental issue, kita coba open up untuk cari help care-nya biar kita nggak terjerumus ke hal-hal yang tidak diinginkan," tambahnya.

Seperti komunitas pada umumya, Alpas ID memiliki berbagai kegiatan, baik online maupun offline. Seperti yang sudah disebut di atas, Alpas ID memiliki layanan konsultasi daring gratis bagi masyarakat yang butuh bantuan lewat LINE. "Karena banyak anak muda yang menggunakan LINE, jadi kami buat official account bernama @curhatalpas nanti kami akan kirim pesan otomatis mengenai rules kami saat add as friend akun tersebut," jelas lulusan S1 jurusan Psikologi.

Sedangkan offline event, Alpas ID membuat kegiatan dengan tema tertentu yang bisa diikuti secara berbayar. "Offline event kami adakan satu acara di mana mereka bisa berkumpul, curhat, diskusi, tukar pikiran, kami sediakan psikolog, kegiatan tersebut berbayar tapi benar-benar murah hanya buat bayar tempat dan konsumsi, mirip sama meet up, sih, tapi offline event ini lebih terfokus dan tema kesehatan mental tertentu," imbuhnya.

Nia sadar betul, meski banyak orang yang kini sadar tentang kesehatan mental, tapi mayoritas masyarakat masih belum sepenuhnya sadar akan hal tersebut. Hal tersebut Nia sadari dari pengalamannya sebagai konselor selama dua tahun ini.

"Jujur, mayoritas orang menganggap kesehatan mental itu nggak penting, apalagi kalau kesehatan mental nggak bisa dilihat secara konkret, tapi di sini aku ingin bicara dari pengalaman, karena aku sendiri sudah dua tahun kerja jadi konselor online, sampai sekarang, meski aku Friendship Manager, aku masih melayani curhat online secara berkala, dan dari situ aku lihat dari banyaknya chat yang masuk, masih banyak banget orang yang menyepelekan kondisi mereka,"

Alpas ID tidak hanya dijalankan oleh empat srikandi tersebut sendiri. Mereka dibantu oleh para volunteer yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Pada divisi tertentu, Alpas ID membuat syarat latar belakang pendidikan untuk perekrutan volunteer di divisi layanan curhat online dan penulis.

"Kalau misal di divisi Friendship untuk bagian konsultasi online, kami mewajibkan volunteer sudah ikut mata kuliah Konseling saat menempuh pendidikan S1, begitu juga di divisi konten, kami mewajibkan latar belakang pendidikan Psikologi agar mereka relate dengan tugas yang diberikan," kata perempuan yang juga guru Yoga ini.

Untuk membantu lebih banyak orang, Alpas ID juga kerap bekerja sama dengan komunitas lain. Salah satunya dengan komunitas pejuang kanker. "Kami kerja sama dengan komunitas cancer survivor, kami mengadakan event mental health bagi para care giver atau perawat orang sakit, kami membuat talkshow yang terdiri dari care giver dan pembicara dari Alpas ID," ujar Nia.

Di akhir pembicaraan, Nia memberi tips agar tetap 'waras' di tengah masa karantina mandiri Covid 19 ini. Menurutnya, tetap berinteraksi dengan manusia lain meski lewat online adalah salah satu cara tetap sehat secara mental. "Saat di rumah begini, produktif terus, jangan lupa self-care, sesimpel mandi, pakai baju bagus, dandan, meski nggak ke mana-mana, tetap aktif, olahraga, jaga nutrisi, jangan kebanyakan, tetap sosialisasi sama teman-teman, keluarga, baik itu hanya lewat online, yang penting ada interaksi dengan manusia lain, di Instagram Alpas ID banyak banget tips yang bisa dilihat dan dibaca," tutup Nia.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading