Sukses

FimelaMom

Mengapa Balita Sering Tantrum? Intip 7 Strategi Efektif Berikut Ini

ringkasan

  • Kemarahan adalah emosi normal pada balita; tujuan utama adalah membantu mereka menyalurkannya secara konstruktif, bukan menekan perasaan.
  • Strategi efektif melibatkan validasi emosi, pengajaran regulasi diri seperti pernapasan dalam dan ruang tenang, serta mendorong ekspresi kreatif.
  • Orang tua berperan sebagai teladan dalam mengelola emosi, menetapkan batasan jelas, mengajarkan komunikasi verbal, dan mengidentifikasi pemicu kemarahan.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, kemarahan adalah emosi yang universal dan normal, bahkan bagi si kecil. Balita seringkali mengalami tantrum karena mereka menginginkan sesuatu namun belum tahu cara mendapatkannya atau kesulitan mengungkapkan keinginan mereka dengan kata-kata.

Penting untuk diingat bahwa kemarahan merupakan bagian alami dari perkembangan emosional anak. Tujuan utama kita bukanlah untuk menekan perasaan marah tersebut, melainkan untuk menerima emosi itu dan membantu mereka menyalurkannya ke arah yang lebih konstruktif.

Dilansir dari berbagai sumber, kita akan membahas secara komprehensif bagaimana membimbing balita mengekspresikan emosi dengan sehat, melalui strategi yang telah terbukti efektif dan didukung oleh para ahli.

Memahami Emosi Balita: Bukan Sekadar Tantrum Biasa

Kemarahan adalah perasaan kuat yang muncul ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi atau ketika seseorang melakukan hal yang tidak disukai. Ini adalah emosi yang wajar; setiap orang, termasuk balita, pasti merasakannya sesekali.

Balita sering menunjukkan kemarahan melalui tantrum karena mereka belum memiliki kemampuan verbal yang memadai untuk mengungkapkan keinginan atau frustrasi mereka. Mereka mungkin menginginkan sesuatu namun tidak tahu cara mendapatkannya, atau merasa kesal karena tidak bisa menyampaikan apa yang ada di pikiran.

Sebagai orang tua, tugas kita bukan menghilangkan emosi marah pada anak, melainkan membimbing mereka. Kita perlu menerima bahwa emosi ini ada dan membantu anak menyalurkannya dengan cara yang sehat dan positif.

Mengajarkan Regulasi Diri: Kunci Ekspresi Emosi yang Sehat

Salah satu strategi penting dalam membimbing balita mengekspresikan emosi dengan sehat. adalah mengajarkan regulasi diri. Ini membantu balita mengelola respons emosional mereka.

Ajarkan anak untuk mengambil napas dalam-dalam, sebuah teknik sederhana namun sangat efektif untuk menenangkan diri. Latih teknik ini secara rutin agar menjadi respons alami saat mereka merasa marah atau kewalahan.

Ciptakan juga 'ruang tenang' di rumah, area khusus yang nyaman dengan bantal, selimut, atau mainan sensorik. Ruang ini bukan hukuman, melainkan tempat aman bagi anak untuk menenangkan diri dan mengumpulkan pikiran mereka.

Dorong anak untuk melepaskan kemarahan melalui aktivitas fisik seperti berlari, melompat, atau menari. Ekspresi kreatif seperti menggambar atau melukis juga bisa menjadi saluran terapeutik yang luar biasa.

Peran Orang Tua: Teladan dan Batasan Jelas

Sahabat Fimela, orang tua adalah teladan utama bagi anak. Cara kita mengelola emosi akan sangat memengaruhi anak dalam menghadapi kemarahan mereka sendiri.

Ketika Anda merasa frustrasi, luangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri sebelum bereaksi secara emosional. Gunakan nada suara yang tenang dan volume yang sesuai, menunjukkan kepada anak bagaimana mengelola emosi dengan dewasa.

Anak-anak merasa lebih aman ketika ada batasan yang jelas mengenai bagaimana kemarahan dapat diekspresikan. Sampaikan 'Tidak!' ketika perilaku anak tidak pantas, misalnya, "Tidak, kamu tidak boleh melempar mainan. Melempar mainan itu tidak baik."

Validasi perasaan mereka dengan mengatakan, "Saya mengerti kamu marah," tetapi tegaskan bahwa tindakan tertentu tidak dapat diterima, "tetapi saya tidak akan membiarkanmu memukul adikmu." Gunakan time-out sebagai kesempatan untuk menenangkan diri, bukan sebagai hukuman semata.

Komunikasi Efektif dan Pencegahan Pemicu Kemarahan

Mendorong anak untuk menggunakan kata-kata daripada tindakan fisik atau perilaku agresif adalah langkah krusial. Bantu mereka memperluas kosakata emosional agar dapat mengungkapkan perasaan dengan lebih tepat.

Ajarkan mereka untuk menggunakan pernyataan 'Saya merasa...' seperti "Saya merasa marah ketika..." atau "Saya kesal karena...". Ini membantu mereka mengidentifikasi dan mengkomunikasikan emosi secara verbal.

Perhatikan pola perilaku anak untuk mengidentifikasi pemicu kemarahan mereka. Usahakan untuk mencegah tantrum dengan memastikan anak cukup tidur dan tidak lapar atau terlalu lelah, karena faktor-faktor ini sering menjadi pemicu.

Jika harus membawa anak ke tempat yang mungkin memicu kemarahan, siapkan camilan sehat, buku, atau mainan favorit untuk mengalihkan perhatian mereka. Antisipasi adalah kunci dalam mengelola situasi yang berpotensi memicu tantrum.

Kapan Mencari Bantuan Profesional?

Jika Anda merasa khawatir tentang perilaku kemarahan anak yang sulit dikelola, jangan ragu untuk mencari bantuan. Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan anak Anda.

Mereka dapat membantu mengklarifikasi masalah yang mendasari perilaku anak dan merekomendasikan langkah selanjutnya. Ini mungkin termasuk rujukan ke profesional kesehatan mental yang berpengalaman bekerja dengan anak-anak.

Program pelatihan orang tua seperti "Family Check-Up" dan "Incredible Years" juga dapat sangat membantu. Program-program ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan sosial-emosional anak dan memperkuat hubungan keluarga.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading