Sukses

FimelaMom

Dampak yang Tak Disadari jika Bertengkar di Depan Anak

Fimela.com, Jakarta Pertengkaran dalam rumah tangga memang hal yang wajar terjadi, namun cara dan tempat melakukannya sangat menentukan dampaknya. Ketika konflik berlangsung di depan anak, suasana tegang dapat meninggalkan bekas emosi yang sulit dihapus. Anak mungkin tidak memahami inti masalah, tetapi mereka mampu merasakan ekspresi orang tua.

Anak-anak memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan sekitarnya, terutama ketika menyangkut hubungan orang tua. Melihat pertengkaran dapat membuat mereka merasa tidak aman dan bingung dengan situasi yang terjadi. Jika dibiarkan berulang, hal ini bisa memengaruhi perkembangan metal dan psikis anak terhadap keluarga.

1. Anak Merasa Tidak Aman

Ketika anak melihat orang tuanya bertengkar, mereka bisa merasa rumah bukan lagi tempat yang nyaman. Rasa aman yang seharusnya mereka rasakan berubah menjadi ketakutan dan kecemasan. Jika berlangsung terus-menerus, hal ini dapat memengaruhi perkembangan psikologis anak dalam jangka panjang.

2. Menimbulkan Stres dan Kecemasan

Anak-anak belum mampu memahami konflik orang dewasa dengan baik. Pertengkaran yang mereka saksikan bisa membuat mereka stres, sulit tidur, atau kehilangan fokus di sekolah. Jika tidak ditangani, kecemasan ini bisa terbawa hingga mereka dewasa.

3. Meniru Komunikasi yang Buruk

Anak belajar dari apa yang mereka lihat setiap hari. Jika orang tua sering berdebat dengan nada tinggi atau saling menyalahkan, anak bisa meniru pola komunikasi tersebut dalam hubungan dengan teman atau pasangan kelak. Kebiasaan ini berisiko membuat mereka kesulitan mengelola emosi.

4. Mengganggu Ikatan Batin dengan Orang Tua

Pertengkaran di depan anak dapat membuat mereka merasa diabaikan. Anak bisa merasa tidak dicintai atau tidak penting karena orang tua sibuk dengan konflik. Akibatnya, hubungan antara anak dan orang tua menjadi renggang.

5. Dampak Jangka Panjang pada Kepribadian

Paparan konflik yang terus-menerus dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mudah marah, kurang percaya diri, atau sulit mempercayai orang lain. Mereka juga bisa tumbuh dengan pandangan negatif terhadap hubungan keluarga. Dampak ini sering kali baru terlihat ketika anak beranjak dewasa.

Bertengkar di depan anak bukan hanya soal suara keras atau kata-kata yang terlontar, tetapi juga tentang rasa aman dan kehangatan yang hilang. Anak membutuhkan lingkungan penuh kasih sayang agar bisa tumbuh sehat, baik secara fisik maupun emosional. Karena itu, orang tua perlu mengelola konflik dengan bijak dan berusaha menjauhkan anak dari suasana pertengkaran.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading