Sukses

Health

⁠KLB Campak Meningkat, Kenali Gejala dan Rekomendasi Vaksin IDAI

Fimela.com, Jakarta Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular, bahkan disebut 4–5 kali lebih menular dibandingkan Covid-19. Kondisi ini membuat penularannya sangat cepat, terutama di lingkungan dengan banyak anak berkumpul seperti sekolah berasrama atau pesantren.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat bahwa campak bukan sekadar penyakit ringan. Komplikasi serius bisa terjadi, mulai dari pneumonia, diare, infeksi telinga, hingga peradangan otak atau ensefalitis. Pada anak dengan gizi buruk atau daya tahan tubuh lemah, risiko kejang dan kematian semakin tinggi.

Data menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan. Tahun 2020 hingga 2022, kasus campak di Indonesia hanya sekitar 2.900–3.400 per tahun. Namun pada 2023, jumlah suspek melonjak menjadi lebih dari 39 ribu kasus, dengan sekitar 10 ribu terkonfirmasi positif dan ratusan Kejadian Luar Biasa (KLB) di berbagai daerah.

Untuk mencegah KLB campak, cakupan imunisasi harus berada di atas 95%. Sayangnya, angka nasional masih di bawah target. Beberapa daerah bahkan belum melaksanakan imunisasi secara merata. Padahal, imunisasi adalah hak dasar anak untuk hidup sehat. IDAI bersama pemerintah terus hadir di masyarakat, memastikan vaksin sampai ke pelosok, sekaligus mengedukasi dan memotivasi orang tua agar tidak menganggap remeh penyakit ini.

Gejala Campak

Beberapa tanda yang harus diwaspadai antara lain:

1. Demam tinggi yang muncul tiba-tiba

2. Batuk kering yang berkepanjangan

3. Pilek disertai hidung tersumbat atau berair

4. Mata merah dan berair (konjungtivitis)

5. Bercak putih kecil di dalam mulut (bercak Koplik)

6. Ruam merah yang bermula di wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh

Pencegahan Campak

Ada tiga langkah utama yang perlu diperhatikan:

1. Imunisasi Aktif Diberikan pada usia 12–15 bulan sesuai jadwal imunisasi anak. Imunisasi ini membantu anak membentuk antibodi.

2. Imunisasi Pasif Menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg secara intramuskular. Sebaiknya diberikan sesegera mungkin, maksimal dalam 5 hari setelah terpajan.

3. Isolasi Bagi pasien yang sudah terinfeksi, perlu dilakukan isolasi untuk mencegah penularan, karena campak sangat mudah menular.

Imunisasi Kejar

1. Bagi anak yang belum mendapat imunisasi lengkap, penting dilakukan imunisasi kejar.

2. Catatan bisa dilihat di Buku KIA.

3. Imunisasi yang belum didapat tetap bisa dilanjutkan (tidak ada yang hangus, tidak perlu mengulang dari awal).

4. Periksa kelengkapan imunisasi rutin anak.

5. Dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain seperti IPV, pentavalen, dll.

Jenis Vaksin yang Direkomendasikan IDAI

Untuk mencegah campak sekaligus rubela, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan penggunaan vaksin MR (Measles-Rubella).

- Bentuk sediaan: 10 dosis dalam 1 vial (aktif) disertai ampul pelarut (diluent).

- Penggunaan: Setelah dibuka dan diencerkan, vaksin harus segera dipakai. Sesuai rekomendasi WHO, vial yang sudah dibuka harus dibuang setelah 6 jam atau pada akhir sesi imunisasi, tergantung mana yang lebih dulu.

Keamanan (KIPI – Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

Umumnya ringan, bersifat sementara, dan sembuh sendiri.

1. 7–12 hari: demam 1–2 hari (5–15%).

2. 7–10 hari: ruam sekitar 2 hari (2%).

3. 7–21 hari: nyeri sendi (0–3%).

Dengan keamanan yang teruji dan manfaat perlindungan ganda, vaksin MR dipilih sebagai bagian penting dalam program imunisasi nasional untuk melindungi anak dari risiko campak dan rubella sekaligus.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading