Sukses

Health

Ahli Gizi Membongkar Mitos Gula, Ini Risiko Kesehatan Tersembunyi Pemanis Buatan

ringkasan

  • Pemanis buatan seperti sukralosa dan aspartam dapat mengubah nafsu makan, meningkatkan peradangan, mengganggu mikrobioma usus, serta mempercepat penurunan kognitif dan memori.
  • Alkohol gula seperti eritritol dan xylitol, meskipun bebas kalori, dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti kembung dan kram karena tidak sepenuhnya diserap.
  • Ahli gizi menekankan bahwa gula memiliki tempat dalam diet yang seimbang, membongkar mitos bahwa gula selalu membuat ketagihan atau penyebab utama penyakit serius.

Fimela.com, Jakarta - Banyak dari kita mencari alternatif sehat untuk gula, seringkali beralih ke pemanis buatan. Namun, apakah pilihan ini benar-benar lebih baik? Para ahli gizi kini mulai menyoroti potensi risiko kesehatan yang tersembunyi di balik zat-zat ini.

Sebuah artikel dari Independent.co.uk baru-baru ini membahas pandangan para ahli gizi terkemuka. Mereka tidak hanya mengungkap dampak pemanis buatan, tetapi juga membongkar berbagai mitos seputar gula. Ini penting untuk dipahami demi diet seimbang.

Sahabat Fimela, mari kita selami lebih dalam temuan-temuan penting ini. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana pemanis buatan memengaruhi tubuh dan mengapa pemahaman yang benar tentang gula sangat dibutuhkan.

Dampak Tersembunyi Pemanis Buatan pada Tubuh

Pemanis buatan seperti sukralosa, aspartam, atau stevia banyak ditemukan dalam produk "bebas gula". Tujuannya adalah memberikan rasa manis tanpa kalori, namun dampaknya bisa tidak terduga. Beberapa studi menunjukkan pemanis buatan dapat mengubah mikrobioma usus.

Avery Zenker, seorang Ahli Gizi Terdaftar dari Ontario, Kanada, mengungkapkan bahwa pemanis buatan telah dikaitkan dengan perubahan nafsu makan. Selain itu, zat ini juga dapat meningkatkan peradangan dan mengganggu keseimbangan mikrobioma usus. Gangguan ini bisa membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi, menurut Cleveland Clinic.

Zenker juga menambahkan adanya bukti kuat bahwa pemanis buatan mengganggu fungsi penghalang usus. Kondisi ini dapat berkontribusi pada "usus bocor", yang memicu kembung atau sensitivitas makanan. Ini menjadi perhatian serius bagi kesehatan pencernaan.

Tidak hanya itu, penelitian dari American Academy of Neurology menemukan dampak pada fungsi kognitif. Orang yang mengonsumsi lebih dari 190 miligram pemanis setiap hari selama setahun mengalami penurunan keterampilan kognitif dan memori 62 persen lebih cepat. Ini dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi 20 miligram.

Alkohol Gula: Manis Tanpa Kalori, Namun Picu Gangguan Pencernaan

Selain pemanis buatan, alkohol gula juga kerap jadi pilihan dalam produk bebas gula. Alison Swiggard, Ahli Gizi Terdaftar dari Portland, Maine, menyoroti bahan-bahan ini. Alkohol gula seperti eritritol, xylitol, sorbitol, dan maltitol sering digunakan untuk memberikan rasa manis.

Meskipun alkohol gula tidak memiliki kalori, konsumsi dalam jumlah besar bisa mengiritasi usus. Hal ini karena alkohol gula tidak sepenuhnya diserap dalam saluran pencernaan. Mereka bergerak ke usus besar tempat bakteri memfermentasinya.

Proses fermentasi ini dapat menyebabkan berbagai masalah pencernaan yang tidak nyaman. Sahabat Fimela mungkin mengalami peningkatan produksi gas, kembung, kram, dan bahkan tinja encer. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan asupan alkohol gula.

Membongkar Mitos Gula: Menempatkan Gula pada Porsi yang Tepat

Di tengah kekhawatiran tentang pemanis buatan, para ahli gizi juga berusaha meluruskan kesalahpahaman tentang gula. Alison Swiggard menegaskan bahwa gula memiliki tempat yang sah dalam diet yang seimbang. Ini berbeda dengan pandangan yang mendemonisasi gula sepenuhnya.

Mitos seperti gula yang menyebabkan kecanduan atau memicu penyakit serius seperti diabetes dan kanker telah beredar luas. Mitos-mitos ini sulit dihilangkan dari persepsi publik. Padahal, gula dalam jumlah moderat tidak selalu berbahaya.

Penting bagi Sahabat Fimela untuk memiliki pemahaman yang lebih nuansa tentang gula. Daripada menghindarinya sepenuhnya, fokuslah pada pola makan seimbang. Mengonsumsi gula alami dari buah atau dalam jumlah terkontrol adalah kunci.

Jadi, alih-alih mengganti gula dengan pemanis buatan secara membabi buta, pertimbangkanlah dampaknya. Prioritaskan konsumsi makanan utuh dan minim proses. Ini akan mendukung kesehatan jangka panjang secara lebih holistik.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading