Sukses

Lifestyle

Bahan Pangan Lokal, Masih untuk Konsumsi Kalangan Terbatas?

Next

pangan lokalBahan pangan artisanal, masih sedikit rasanya yang menyadari kekayaan alam yang mampu dihasilkan oleh Indonesia. Jangankan bisa sampai dicicipi oleh masyarakat luas, para penduduk lokal yang notabene-nya adalah pemilik lahan pun tidak menyadari betapa berkualitasnya produk yang mereka miliki.

Bahan pangan lokal yang diproduksi tidak secara massal, tanpa tambahan bahan kimia, dan cenderung tumbuh liar justru menghasilkan satu produk unik dengan kualitas lebih baik dari produk yang dihasilkan massal. “Saat bicara kualitas, ukuran bukan lagi jadi patokan, misalnya saja kita ambil contoh belut. Belut yang biasa kita temukan di pasar, yang diternak, memiliki ukuran jauh lebih besar daripada belut yang kita temukan hidup liar di sawah. Tapi, untuk rasa, belut sawah memiliki rasa lebih enak daripada belut ternak. Dan pastinya belut sawah tidak mengeluarkan bau amis,” tutur Lisa Virgiano, salah satu Founder Maharasa Indonesia saat event Maharasa beberapa bulan lalu.

Kali ini, Maharasa Indonesia bersama Javara kembali menyuguhkan masyarakat Jakarta dengan plihan bahan pangan lokal yang khusus didatangkan dari tempat asal mereka dalam acara Bucolic Weekend. Acara ini hanya diadakan selama 2 hari, 9—10 November 2013 di Plaza Kemang 88 Jalan Kemang Raya 88, Jakarta. “Kenapa hanya 2 hari? Jujur, untuk mengurus acara 2 hari ini saja sudah cukup menguras tenaga karena kami benar-benar mendatangkan langsung barang dan petani dari tempat asalnya. Supaya para petani lokal daerah tahu bagaimana tanggapan masyarakat terhadap produk mereka,” ujar Lisa lagi saat ditemui di acara yang diadakan sejak pukul 10 pagi hingga 4 sore itu.

Next

 

pangan lokalSalah satu produk yang menjadi favorit kami adalah Sawo Sumpu. Sawo ini berasal dari daerah Sumatera Barat. Rasanya? Sawo Sumpu memiliki rasa manis yang tidak berlebihan dan tekstur daging sawo yang lembut, tanpa ada rasa seperti pasir ketika memakan sawo ini. “Sawo ini tumbuh liar di pinggir jalan. Para penduduk lokal tidak menyadari betapa sawo mereka memiliki kualitas bagus. Bahkan, tidak sedikit penduduk lokal yang heran ketika banyak orang berminat untuk membeli sawo mereka,” Lisa menjelaskan.

pangan lokalManggis Banyumas, Petai Banyumas, Kacang Mede Flores, Kemiri Flores, Vanilla Alor, Jagung warna lokal, Terasi Halmahera, Sawo Sempu, Kopi Arabica Kintamani, Pisang Mulut Bebek, Beras Tradisional Anak Daro, Belut Kering Sumatera, dan beberapa produk lokal lainnya bisa kamu temukan di acara ini. Diadakan di tempat yang agak terbatas, Bucolic Weekend pun penuh pengunjung. Bebas bahan kimia, bukan produk rekayasa gen (non-GMO produck), dan terbatas, ya terbatas. Saat ingin mencicipi kembali Sawo Sempu kami pun tidak kebagian karena yang tersisa adalah sawo mentah.

Terbukti bahwa sebenarnya sambutan masyarakat terhadap produk-produk tersebut cukup tinggi. Hanya saja, sepertinya belum ada cara untuk bisa mendistribusikan produk lokal tersebut untuk bisa dikenal lebih banyak oleh masyarakat luas. Mungkinkah setelah ini produk-produk lokal berkualitas ini bisa dengan mudah kita peroleh? We hope so!

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading