Sukses

Lifestyle

Jakarta Walking Tour, Menapaki Langkah di 'Kota Dalam'

Fimela.com, Jakarta Seperti hari normal di ibu kota, pagi itu pun kendaraan bermotor 'tumpah' ke jalan raya. Untungnya hanya ramai, bukan macet. Sinar hangat mentari, serta biru cerah langit yang perlahan menyeruak dari kepungan awan seakan jadi restu semesta untuk sekali lagi mengenal Jakarta dengan cara berbeda.

Jauh di Eropa sana, walking tour sudah begitu familiar. Namun di kota yang tak ramah pedestrian seperti Jakarta, cara penjelajahan ini belum terlalu akrab. Meski demikian, bukan berarti kota yang dulu bernama Jayakarta ini tak bisa dinikmati eloknya dalam setiap titian langkah.

Museum Bank Indonesia, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Bermula di depan Museum Bank Indonesia, walking tour kali ini akan menyibak pesona dan sejarah 'kota dalam'. "Dulu, dinding kota hanya sampai lampu merah itu. Selepasnya merupakan wilayah kota (Batavia) luar, " ujar Indra, pemandu Jakarta Walking Tour, kepada Bintang.com, Jumat (12/2), sambil menunjuk lampu lalu lintas di perempatan Jalan Pintu Besar Utara.

Menggunakan jasa angkutan umum, perjalanan dilanjutkan ke Sunda Kelapa. Sesampainya di 'queen of the east', langsung saja angin khas wilayah pesisir menyambut. Di sini, jajaran kapal kayu bukanlah pemandangan tunggal yang sanggup menimbulkan decak kagum.

Sunda Kelapa, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Sunda Kelapa, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Aktivitas pelabuhan itu sendiri pun ternyata menarik untuk diamati. Tentang bagaimana para pekerja yang menaiki kapal hanya dengan susuran bambu sederhana, juga bayangan akan sibuknya Sunda Kelapa sewaktu Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) masih berdiam di Batavia.

Perjalanan berlanjut ke Menara Syahbandar. "Kalau Italia punya Menara Pisa, Jakarta punya Syahbandar", tutur Indra. Bukan kesamaan arsitektur, namun berkat keserupaan 'tubuh'. "Miringnya menara yang dulu sempat jadi titik komando ini disebabkan perubahan konstruktsi tanah akibat dilewati kendaraan berat," jelas Indra.

Hanya berada di seberang Syahbandar, terdapat Galangan VOC. Bangunan yang sekarang sudah beralih fungsi menjadi kedai makan ini menempati satu blok penuh Jalan Kakap di bagian kiri. Kembali menelusuri trotoar mini Jakarta, Jembatan Kota Intan jadi pemberhentian selanjutnya.

Menara Syahbandar, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Galangan VOC, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Galangan VOC, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Sambil menceritakan sejarah jembatan satu-satunya yang tersisa dari era VOC itu, Indra juga mengajak berimaginasi soal momen di mana 'sang penghubung' membelah diri ketika kapal lewat. Kembali berjalan menuju pusat 'kota dalam', pelataran Museum Fatahillah jadi tujuan berikutnya.

Mulai dari Museum Wayang yang ternyata dulunya merupakan gereja, Gedung Kantor Pos, hingga tentu saja Fatahillah, semua tak luput dari penjelasan Indra. Tentang lonceng di atas bangunan Museum Fatahillah yang kerap berdentang ketika eksekusi hendak berlangsung, sampai sejarah penetapan oranye sebagai warna Pos Indonesia.

Jembatan Intan, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Museum Wayang, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Gedung Pos, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Museum Fatahilla, Jakarta. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Walking tour berakhir di Stasiun Jakarta Kota. Di samping megahnya arsitektur bangunan, Jakarta Kota merupakan salah satu stasiun yang mengemban peran penting di masa VOC. Berdasarkan penjelasan Indra, stasiun ini merupakan titik di mana berbagai komoditi nantinya akan dikirim ke Eropa atau bagian lain Pulau Jawa.

"Aku tak pernah berpikir kalau Jakarta punya pemandangan seperti ini. Begitu banyak hijau (pohon)," ujar Agnet, seorang peserta Jakarta Walking Tour asal Belanda. "Aku kira, walking tour adalah salah satu cara terbaik untuk menikmati Jakarta," tambah Tess, peserta tur yang juga merupakan warga Negeri Kincir Angin, kepada Bintang.com, di pelataran Museum Fatahillah, Jumat (12/1).

Stasiun Jakarta Kota. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Jacque, Agnet, Tess, warga Belanda yang jadi peserta Jakarta Walking Tour. (Galih W. Satria/Bintang.com)

Selain Old Town, walking tour yang dikelola oleh Jakarta Good Guide ini punya rute lain, seperti Cikini, Menteng, Pasar Baru, City Centre, dan China Town. Rencananya, Jakarta Good Guide akan membuka dua jalur baru, yakni Pegangsaan dan Jatinegara. Jika berminat mengikuti tur dengan biaya 'pay as you wish' ini, partisipan bisa langsung menghubungi pihak Jakarta Good Guide di jakartagoodguide@gmail.com.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading