Sukses

Lifestyle

Sungguh Tak Kuduga Begini Rasanya Kematian Seakan Mau Menjemputku

Kisah di bawah ini adalah kiriman sahabat Vemale, Marwina Sannova, untuk mengikuti Lomba Kisah Ramadan 2016. Ia menceritakan sebuah pengalaman yang hampir merenggut nyawanya, hingga pada akhirnya...

***

Kapankah kamu merasa Allah begitu sangat mencintai dan mengasihimu? Apakah saat Allah mengabulkan semua permohonanmu? Ya, saat maut hampir datang, Allah masih dengan murah hatinya menyelamatkan hidup hambanya yang mau meminta.

Sebenarnya aku ingin cerita mengerikan itu kusimpan untukku sendiri. Disimpan di dalam kotak-kotak memori yang paling dalam agar ia tak muncul ke permukaan. Namun aku ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana Allah mendengar doaku, harapanku untuk bisa memperbaiki diri yang penuh dosa.

Kejadian ini terjadi tepat satu pekan sebelum Ramadan 2015 lalu. Di sebuah tempat nan indah di pedalaman hutan yang terkenal dengan airnya yang begitu jernih. Peristiwa yang hampir merenggut nyawaku bermula pada suatu siang yang cerah, Sabtu 13 Juni 2015.

Kami (aku dan satu temanku) awalnya hendak mencicipi olahraga rafting ke salah satu sungai di seputaran kabupaten tak jauh dari tempat aku tinggal. Namun karena beberapa alasan, rencana itu batal.

Karena sudah berjalan cukup jauh, kami berpikir untuk tidak balik kanan alias pulang ke rumah. Atas inisiatif temanku dan aku pun setuju, kami akhirnya mendatangi lokasi wisata lain yang ketika itu sedang naik daun karena kejernihan airnya.

Di tengah perjalanan, kami dihentikan oleh beberapa pemuda yang menawarkan jasa sebagai pemandu di daerah itu. Setelah negosiasi harga, kami menyewa satu orang pemandu (ranger) dengan membayar puluhan ribu rupiah untuk tiga lokasi pemandian.

Kami dan satu orang ranger berjalan menyusuri hutan. Menanjak dan akhirnya menuruni turunan yang lumayan curam. Tak butuh waktu lama, kami tiba langsung menceburkan diri.

Sesuai dengan paket perjalanan yang kami setujui, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri aliran sungai yang atasnya terdapat tebing cukup tinggi, empat lima meter tingginya.

Kami kemudian melanjutkan menyusuri aliran sungai dengan batu-batu besar di beberapa sisi. Di perjalanan, kami bertemu dengan seorang ranger lain. Pria bertubuh gempal dengan membawa kacamata selamnya yang berukuran besar. Dia juga turut membantu kami membawa kami menyusuri sungai. Namun di tengah perjalanan, dia melupakan sesuatu. Ya, kacamata selamnya tertinggal di bebatuan besar di belakang.

Namun tiba-tiba suaranya menggema. Dia berteriak sekuat tenaganya memberitahukan pada kami jika air dari hulu naik. Kami bertiga panik. Lantaran posisi temanku berada di dekat tebing, ranger berhasil menyelamatkannya menggapai tangga bambu berikat tali rafia sederhana yang terpatri di dinding tebing.

Setelah memastikan temanku menggapai tebing, ranger sudah berhasil memegang tanganku yang kebetulan saat itu berada di tengah-tengah sungai. Menopang kaki di atas batu besar menunggu pertolongan.

Jika kalian pernah melihat air yang datang seperti ombak besar, begitulah gambaran kejadian waktu itu. Tak butuh waktu lama, air itu melepaskan peganganku dan si ranger. Aku terbawa arus sampai beberapa meter. Aku tidak tahu seberapa jauh. Yang bisa kudengar hanya suara air.

Beberapa saat kemudian, ranger menarik tanganku. Namun karena derasnya air, peganganku dan dia terlepas. Aku tidak tahu dia ada di mana. Entah bagaimana, aku sudah duduk di atas batu yang cukup besar. Posisiku menghadap tebing saat itu. Derasnya air menerjang tubuhku bagian kanan. Air sudah nyaris melewati kepala. Aku panik, menangis meminta pertolongan. Panik itu belum pernah kurasakan sebelumnya. Aku menjerit, menangis.

Sampai beberapa menit berlalu dengan pandangan samar, dari arah belakang seseorang menjulurkan sebatang bambu. Aku ingat, bambunya masih sangat hijau. Sepertinya baru saja ditebang karena memang di sepanjang aliran sungai banyak pohon bambu. Karena licin, dan dorongan air yang semakin deras aku tak berhasil memegang bambu. Peganganku terlepas.

Hingga pada detik berikutnya aku berteriak sekuat tenaga untuk meminta pertolongan. Namun aku yakin tidak ada yang mendengar karena suara gemuruh air jauh lebih dahsyat. Aku meluncur mengikuti aliran air. Beberapa kali pula tubuh ini terhantam batu.

Tahu apa yang kupikirkan saat itu? Aku akan mati di tempat itu. Aku akan ditemukan sudah menjadi mayat. Sampai sesaat kemudian, aku tersadar tidak lagi hanyut. Namun tersangkut di sebuah batang kayu dan batu yang cukup besar. Saat itu aku cuma berpikir kematian. Aku ingat dosa-dosaku. Aku kepada ayah dan ibu, juga adik-adikku.

Dengan posisi batang kayu yang tersembunyi di balik pepohonan dan akar-akar kayu, juga bebatuan, aku tak yakin akan selamat. Kepulanganku hanya akan menyisakan nama dan jasad. Aku sadar aku tertambat di batang kayu dengan posisi duduk dan batang kayu itu persis ada di depan hidung. Air yang mengalir entah seberapa deras, aku tak menyakini aku bisa bertahan menahan terpaan air yang datang dari belakangku. Punggungku saat itu seperti mencoba melawan dinding. Aku takut, takut sekali.

Di tempat mengerikan itu, aku membungkuk menahan derasnya air. Sementara tanganku kutekuk menutup mata dan rambutku yang panjangnya hanya sepundak lebih kumanfaatkan untuk membuat semacam ruang kecil tempat hidung mengambil oksigen.

 

Awalnya aku panik. Sangat panik dan ketakutan. Banyak membayangkan yang tidak-tidak, termasuk kematian yang saat itu aku pikir sudah di ujung kepala. Sebab saat itu aku yakin tidak akan ada yang bisa melihatku di bawah air karena air menutup seluruh tubuhku. Tak terhitung pula air yang sudah terminum.

Setelah hampir kelelahan, aku mencopot kaosku dengan tangan kanan dan mencoba mengikat tangan yang kutekuk tadi. Meski sudah mengikat tangan, rasanya punggungku tidak sanggup lagi menopang air di punggung. Waktu rasanya berjalan sangat lama ketika itu.

Aku sempat melepaskan pegangan karena sudah merasa tak tahan, aku lemas tak bertenaga. Terlintas juga di kepala aku ikhlas, jika harus menghadap-Nya saat itu juga. Namun hati kecilku minta pengampunan dan mohon diselamatkan karena aku masih harus memperbaiki diri.

Allah ketika itu seperti mendengar doaku. Semacam ada bisikan kalau aku tidak boleh berakhir di tempat itu. Tubuhku menjadi bertenaga kembali. Tanganku kembali menopang wajah untuk kembali mengambil nafas. Aku mencoba menggerakkan kaki dan tangan kanan untuk mencari cara agar bisa bertahan, namun yang kudapati hanya bebatuan.

Namun nahasnya, saat mencoba menggerakkan kaki kiri, kakiku malah tidak bisa digerakkan sama sekali. Posisinya terjepit. Aku tidak tahu terjepit apa, mungkin kayu dan  batu. Sampai akhirnya aku mencoba menahan napas dan mendongakkan kepala melawan derasnya arus untuk mencoba mencari celah agar orang-orang bisa melihatku.

Dan benar, meski gagal mendongakkan kepala, orang di atas berhasil melihat lambaian tanganku. Cuma sekali aku melambai. Karena derasnya air, aku kembali meringkuk, membungkuk mencari cara untuk bernafas kembali. Kira-kira satu jam lamanya aku di sana.

Aku kemudian tersentak dengan pukulan sebilah bambu di tanganku. Aku mulai sadar ada orang di atas yang sedang mencoba menolongku. Namun pertolongan itu tidak langsung kuperoleh, aku tahu kesulitan itu karena derasnya air.

 

Taksiranku, setengah jam setelah pukulan itu baru aku tahu ada seorang pria yang memanggil-manggil namaku dan mencoba menarikku dari dalam air. Sayangnya, saat itu kaki kiriku yang tadi aku ceritakan terjepit dan tak bisa langsung ditarik untuk dibawa ke permukaan. Sampai aku terasa ada yang membongkar-bongkar kayu yang membuat kakiku tersangkut.

Aku sungguh tak berdaya saat itu. Tidak ada tenaga yang tersisa. Membuka mata saja rasanya sulit. Dengan segala upaya, aku diangkat ke permukaan. Entah berapa orang yang terlibat. Aku sadar sudah ada di atas tanah dan orang-orang memanggil-manggil namaku. Semua panik. Dan aku cuma bisa menangis karena aku selamat.

Aku mencoba membuka mata saat seseorang mencoba memakaikan kaosnya, ke tubuhku yang sudah tidak sanggup untuk bergerak. Ya, baju, jilbabku sudah hanyut. Yang tersisa (maaf) hanya bra dan itu juga sudah tidak di posisinya. Celana? Sudah robek tidak berbentuk.

Sejurus kemudian, dengan susah payah mereka yang belakangan aku tahu ranger-ranger di sana menggendongku meninggalkan lokasi. Aku tahu mereka kesulitan karena harus menanjak naik puluhan meter untuk bisa sampai ke jalan ke luar.

Sepertiku bilang, aku tidak berdaya. Mereka kemudian menaikkan aku ke sepeda motor dan membawaku ke rumah bidan desa terdekat. Di sana, pakaianku satu-persatu dilepas. Diganti dan luka-luka dijahit. Keesokan harinya aku kembali ke kota dengan jemputan seorang kerabat.

Dan sekarang aku merasa sangat bersyukur atas kasih sayang Allah itu. Aku masih diberikan keselamatannya meski yang aku tahu semua bisa terjadi jika dikehendaki-Nya. Dari kejadian itu aku belajar, bahwa kita harus mengasihi hidup yang hanya satu kali, seberapapun sulitnya. Karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

-oOo-

LOMBA KISAH RAMADAN VEMALE.COM

Mengulang sukses Lomba Kisah Ramadan Vemale.com 2015, kami kembali mengajak para sahabat untuk membagi kisah inspirasi. Kisah ini bisa tentang suka duka ketika memutuskan memakai hijab, kisah seru di bulan Ramadan, bagaimana rasanya menjadi istri pada puasa pertama, bagaimana rasanya jauh dari keluarga saat Lebaran atau kisah apapun yang meningkatkan sisi spiritual dan kedekatanmu dengan Allah SWT.

Kirim kisahmu melalui email ke redaksivemale@kapanlagi.net 

Subjek email: KISAH RAMADAN VEMALE

Hadiah Lomba:

  • 20 kisah yang ditayangkan akan mendapat koleksi hijab Ria Miranda.
  • 5 kisah terbaik akan mendapatkan koleksi hijab dan koleksi busana muslim dari Ria Miranda.

Kami tunggu kisahmu hingga tanggal 5 Juli 2016. Pemenang akan kami umumkan tanggal 13 Juli 2016.

Contoh kiriman pembaca pada Lomba Kisah Ramadan Vemale.com 2015:

Allah Akan Mengabulkan Doa di Waktu yang Tepat, Bukan di Waktu yang Kita Inginkan

6 Tahun Pacaran Beda Keyakinan, Perpisahan Menjadi Jawaban Dari Allah SWT

Kutemukan Hijab Setelah Terpuruk Dalam Dosa Duniawi

Dari satu kisah, kamu bisa menjadi inspirasi bagi jutaan wanita Indonesia.

Share your story :)

(vem/nda)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading