Sukses

Lifestyle

Kaum Gay Rentan Bunuh Diri

Di balik perilaku seorang gay yang dianggap menyimpang oleh kebanyakan orang, ternyata ada cerita miris yang harusnya bias membuka mata kita. Pada dasarnya, menjadi seorang gay adalah mimpi buruk, terutama bagi ABG yang masih sekolah, karena seringkali mendapat siksaan batin karena diejek teman-teman sekolah. Bahkan tak jarang dukungan dari orang tua dan guru juga tak datang saat mereka dianiaya secara fisik.

Sebagaimana diungkap dalam laman Wikipedia.org, banyak literatur tentang kesehatan kejiwaan dan pasien homoseksual berpusat kepada depresi, penyalahgunaan zat, dan bunuh diri. Jika dihubungkan dengan kenyataan, pendapat ini memang tidak salah. Kehidupan gay memang sangat rentan dengan aksi bunuh diri. Hal itu terungkap jelas dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 lalu.

Tingginya tingkat penolakan keluarga secara signifikan berhubungan dengan tingkat kesehatan mental LGBT. Berdasarkan perbandingan rasio, kalangan LGBT dewasa yang melaporkan tingkat penolakan keluarga yang lebih tinggi selama masa remaja memiliki berisiko 8,4 kali lebih besar melakukan percobaan bunuh diri.

Di samping itu, penolakan keluarga juga memicu 5,9 kali lebih mungkin LGBT untuk depresi, 3,4 kali lebih mungkin untuk terlibat penggunaan obat terlarang dan 3,4 kali lebih cenderung berhubungan seks tanpa pengaman. Semua rasio tersebut dibandingkan dengan teman sebaya dari keluarga dengan tingkat penolakan keluarga rendah atau tidak ada sama sekali.

Berbekal kekhawatiran tersebut, sudah saatnya kita mulai membuka mata, dan menghentikan aksi bullying yang dilakukan pada gay. Mungkin kita merasa berbeda dengan mereka, namun tidak seharusnya kita melakukan tindakan anarkis.

Oleh: Krisan Kirana


(vem/riz)

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading