Sukses

Lifestyle

Benarkah Sering Ejakulasi Dapat Mengurangi Risiko Kanker Prostat? Berikut Jawaban Dokter

Fimela.com, Jakarta Rendahnya kepedulian dan pengetahuan masyarakat tentang kanker prostat terutama dalam hal deteksi dini dan minimnya informasi tentang pilihan terapi merupakan beberapa penyebab tingginya angka kanker prostat di Indonesia.

Padahal, keberhasilan pengobatan kanker prostat akan lebih tinggi jika deteksi dilakukan sejak dini dan terapi dilakukan dengan tepat. Kanker Prostat pun dialami Psikolog anak Seto Mulyadi atau yang lebih dikenal sebagai Kak Seto.

Kanker Prostat pun sering dihubungkan dengan seringnya seorang pria melakukan ejakulasi. Hal ini berdasarkan sebuah studi di Harvard Medical School, yang menyatakan bahwa melakukan ejakulasi sebanyak 21 kali dalam sebulan dapat menurunkan risiko mengidap kanker prostat.

Studi lain yang dilakukan di Australia menyatakan bahwa risiko mengidap kanker prostat dapat dicegah dengan melakukan ejakulasi sebanyak 7 kali dalam seminggu. Namun, perlu diketahui bahwa sebuah studi mengungkap hal ini hanya efektif bagi pria yang berusia 50 tahun ke atas.

Lalu apakah studi tersebut benar menurut dokter? dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U (K), PhD Konsultan Dokter Spesialis Uro-Onkologi Siloam Hospitals ASRI mengatakan jika kanker Prostat berkaitan dengan proses reproduksi karena salah satu kelenjar prostat penghasil cairan sperma, maka tak heran jika dikaitan dengan ejakulasi.

"Memang sudah ada jurnal dan secara ilmiah, namun data yang dikumpulkan hanya orang-orang yang ditanya berapa kali ejakulasi, jika ditanya seperti itu, bisa jadi orang tersebut malu mengatakan jika jarang ejakulasi. Jadi bisa saja terjadi kesalahan metodeloginya," ujar dr. Agus dalam World Cancer Day 2021.

dr. Agus mengatakan prinsipnya pria yang melakukan ejakulasi dengan intensitas sering menandakan jika kehidupannya lebih sehat, dilihat dari rutinitas seksualnya. Dengan begitu dapat menurunkan risiko kanker prostat.

"Ada kemungkinan jika ejakulasi rutin, menandakan hidupnya sehat dengan makanan sehat dan rajin berolahraga, lebih peduli akan kesehatan tubuhnya. Namun percuma saja jika ejakulasi sering tapi pola hidupnya tidak sehat, tetap berisiko kanker prostat," ungkapnya.

Ia menekankan jika pola hidup sehat itulah yang dapat mengurangi risiko terkena kanker prostat. Hal serupa pun diungkapkan Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U(K)Ketua ASRI Urology Center (AUC) Siloam Hospitals ASR, metodelogi tersebut kurang tepat bahwa aktivitas seksual menggambarkan kesehatan secara umum.

Namun, jika teratur melakukan ejakulasi dapat menggambarkan bahwa kesehatan tubuh baik-baik saja. Sebaliknya, jika ada gangguan ejakulasi akan menjadi alarm bawah ada masalah pada pembuluh darah.

"Gangguan eraksi menjadi alarm ada masalah di pembuluh darah yang erat kaitannya dengan jantung, otak, dan ginjal," ujar dr. Nur.

Deteksi dini kanker prostat

ASRI Urology Center yang merupakan center of excellence Siloam Hospitals ASRI menghadirkan inovasi untuk deteksi dini kanker prostat yaitu biopsi prostat dengan teknologi robotik. dr. Nur mengatakan deteksi dini bertujuan agar dapat dilakukan intervensi secepatnya dan mencegah prognosis yang lebih buruk.

Biopsi prostat dengan teknologi robotik digunakan untuk meningkatkan ketepatan pengambilan sampel jaringan di lokasi sel kanker prostat. "Dengan adanya teknologi ini, diagnosis menjadi lebih cepat dan akurat, waktu biopsi lebih singkat, serta menghindari dilakukannya biopsi ulang," ungkapnya.

Ada beberapa metode biopsi yang biasa dilakukan oleh para ahli, seperti biopsi transperineal. Biopsi ini tidak melalui saluran cerna (gastro-intestinal) atau saluran kemih, melainkan melalui bagian perineal (diantara kantung kemaluan dan anus) dan memiliki risiko sepsis yang sangat kecil sehingga dianggap paling aman

dr. Agus Rizal menerangkan, terdapat beberapa keuntungan menggunakan teknologi robotik untuk menangani probe. Pertama, gerakan pemindaian dapat membuat irisan gambar 2D yang terdistribusi secara merata untuk rekonstruksi 3D.

Kedua, panduan jarum dapat secara otomatis disejajarkan pada target dan dikunci untuk biopsi. Yang terakhir, deformasi prostat karena interaksi dengan probe dapat diminimalkan karena gerakan yang sama dapat digunakan untuk memindai dan menyelaraskan probe untuk biopsi. Dengan durasi yang lebih singkat.

“Hal ini tentunya menguntungkan bagi pasien dan tenaga medis yang berada di ruang tindakan, terutama selama pandemi COVID-19. Teknologi tersebut dapat mempersingkat waktu operasi sehingga kontak antara pasien dengan tenaga medis di ruang tindakan pun menjadi minim,” jelasnya.

 

 

 

#elevate women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading