Sukses

Lifestyle

Fenomena Klitih Berawal dari Tujuan Positif Hingga Kini Dimaknai sebagai Kekerasan Hingga Kematian yang Meresahkan Warga Yogyakarta

Fimela.com, Jakarta Masyarakat Yogyakarta sedang diresahkan oleh fenomena Klitih, karena telah memakan korba jiwa. Seorang Siswa berusia 18 tahun asal Kebumen, Jawa Tengah tewas usai terkena sabetan benda tajam yang dilakukan oleh terduga pelaku klitih di Jalan Gedongkuning, Yogyakarta pada Minggu (3/4/2022) dini hari.

Tak hanya masyarakat, kejadian ini pun tentu membuat takut wisatawan Yogyakarta. Lalu sebenarnya apa sih klitih? Klitih awalnya memiliki makna positif, bahkan dalam bahasa Jawa, klitih memiliki arti kegiatan di luar rumah untuk mengisi waktu luang.

Klitih ini juga dimaknai untuk jalan-jalan atau keliling kota dengan tujuan yang tidak jelas hanya untuk mengisi waktu luang. Sayangnya, makna Klitih menjadi negatif karena sebagain orang justru melakukan kekerasan di jalanan.

Biasanya kekerasan tersebut dilakukan pelajar atau remaja yang dilakukan di malam har. Mereka mengemudikan motor membawa senjata tajam seperti pedang, golok, hingga gir motor dan mereka pun melukai pengedara motor lainnya.

Dikutip dari Health Liputan6.com, kriminolog Haniva Hasna, M,Krim, juga menjelaskan klitih lantas berubah menjadi perselisihan antar sekolah.

“Awalnya klitih merupakan istilah untuk remaja yang keluar rumah tanpa tujuan, lalu sebelum 2012 klitih mulai berubah menjadi perselisihan antar sekolah,” kata kriminolog yang akrab disapa Iva kepada Health Liputan6.com.

Menjadi tindakan kriminal di masyarakat

Awalnya pelajar laki-laki hanya mencari musuh mereka yang berbeda sekolah ntah di jalan atau di tempat tongkrongan. Namun, bila bukan sasaran musuh mereka tindakan kekerasan pun urung dilakukan.

Sayangnya, kini tak lagi begitu. Tanpa pandang bulu, hingga klitih berubah menjadi tindak kriminal kepada masyarakat umum. Ya, pelaku klitih tidak lagi menyerang sekolah, tapi masyarakat secara umum dan acak. Dan sudah masuk ke rana kejahatan.

Penyebab dan motif kekerasan klithih

Provokasi dianggap menjadi faktor yang memengaruhi seorang remaja melakukan aksi klithih. Provokasi itu dapat diperoleh oleh remaja di lingkungan sekolahnya.

“Secara psikologis, kehadiran kelompok-kelompok atau geng ini memunculkan sebuah keinginan untuk diakui keberadaannya. Oleh karena itu, sangat relevan jika keberadaannya diimplementasikan dalam bentuk aktivitas fisik atau nyata sebagai ajang adu kekuatan. Salah satunya yakni dengan klitih," tambah iva. kepada Liputan6.com.

Iva menambahkan, kebanyakan motif pelaku melakukan klitih adalah untuk balas dendam, rasa tidak suka, atau sekadar mencari-cari kegiatan sebagaimana makna asli dari klitih. Berbeda dengan begal yang merampas harta korban, pelaku klitih biasanya cukup puas melihat korban terluka.

Mereka tak segan untuk melukai korba dengan cara yang keji seperti memukul dan menyerang korban dengan senjata tajam. Kini, tak hanya melukai mereka pun melakukan perampokan hingga paling parah mengakibatkan kematian. Dan mereka pun tak segan meninggalkan korban begitu saja.

#women for women

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading