Sukses

Lifestyle

Ini Manfaat Psikologis Mengumpat Menurut Riset Terbaru

ringkasan

  • Mengumpat adalah refleks bawaan yang mengaktifkan sistem limbik di otak, bukan sekadar kebiasaan buruk, dan memiliki manfaat psikologis sebagai mekanisme pertahanan diri.
  • Secara fisiologis, mengumpat dapat membantu tubuh pulih lebih cepat dari stres melalui aktivasi saraf vagus dan berfungsi sebagai katarsis emosional.
  • Penelitian menunjukkan bahwa mengumpat dapat meningkatkan kekuatan fisik dan toleransi nyeri dengan mengaktifkan sistem kontrol nyeri alami serta melepaskan endorfin.

Fimela.com, Jakarta - Sahabat Fimela, mengumpat seringkali dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan dan tabu dalam masyarakat. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa tindakan vokal ini mungkin memiliki akar yang lebih dalam dalam diri manusia dan menawarkan manfaat psikologis yang signifikan. Alih-alih sekadar kebiasaan buruk, studi ini menyoroti bagaimana mengumpat bisa menjadi refleks pelindung yang tertanam kuat dalam diri kita, jauh melampaui sekadar ekspresi emosi sesaat.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa mengumpat adalah refleks yang berakar jauh di dalam struktur tubuh manusia, memanfaatkan jaringan di otak dan sistem saraf otonom. Jaringan ini berevolusi untuk membantu kita bertahan dari rasa sakit dan syok, menunjukkan bahwa ada dasar biologis di balik kecenderungan kita untuk mengumpat. Para ilmuwan kini mulai memahami lebih jauh bagaimana mekanisme ini bekerja dan dampaknya pada kesehatan mental serta fisik.

Temuan menarik ini menantang pandangan konvensional tentang mengumpat, mengubahnya dari sekadar ekspresi kemarahan atau frustrasi menjadi mekanisme kompleks tubuh. Studi menunjukkan bahwa umpatan yang tepat dapat meredakan rasa sakit, mengatur jantung, dan membantu tubuh pulih dari stres, memberikan perspektif baru tentang perilaku yang selama ini sering dihakimi.

Mengumpat: Lebih dari Sekadar Kata-kata Kasar

Impuls untuk mengumpat dimulai jauh di bawah tingkat bicara sadar, berbeda dengan sebagian besar bahasa sehari-hari yang berasal dari korteks serebral. Korteks serebral adalah area di mana ide-ide dibentuk menjadi kata-kata yang terstruktur. Sebaliknya, mengumpat justru mengaktifkan jaringan yang jauh lebih tua di otak, yaitu sistem limbik.

Sistem limbik sendiri merupakan bagian otak yang mengatur emosi, memori, dan respons bertahan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa mengumpat bukanlah sekadar pilihan kata yang disengaja, melainkan respons refleksif yang terhubung langsung dengan pusat emosi dan insting kita. Ini menegaskan bahwa mengumpat adalah salah satu tindakan vokal refleksif, seperti terengah-engah, tertawa, dan berteriak, yang dibentuk oleh sirkuit saraf kuno.

Primata lain juga menghasilkan panggilan tajam saat merasakan sakit atau ancaman, mengaktifkan wilayah otak tengah yang sama yang aktif saat manusia mengumpat. Kesamaan ini semakin memperkuat argumen bahwa mengumpat memiliki dasar evolusioner sebagai mekanisme pertahanan diri.

Manfaat Fisiologis yang Terbukti dari Mengumpat

Studi tentang variabilitas detak jantung menunjukkan bahwa mengumpat dapat menyebabkan peningkatan stres yang cepat, diikuti dengan kembalinya ketenangan yang lebih cepat. Pemulihan ini didorong oleh efek saraf vagus pada jantung, membantu tubuh menjadi tenang lebih cepat dibandingkan jika kata-kata tersebut ditahan. Saraf vagus adalah saraf terpanjang dalam tubuh manusia yang berperan penting dalam mengendalikan fungsi vital seperti detak jantung dan pencernaan.

Ketika seseorang mengumpat, saraf vagus dapat terstimulasi, yang kemudian memicu respons relaksasi setelah lonjakan stres awal. Ini adalah contoh bagaimana tubuh menggunakan mekanisme internal untuk mengatur emosi dan kondisi fisiologisnya. Dengan kata lain, mengumpat bisa berfungsi sebagai katarsis, sebuah pelepasan emosi yang membantu menenangkan sistem saraf.

Pelepasan tekanan psikologis melalui mengumpat dapat menjadi mekanisme koping yang aman. Ini memungkinkan individu untuk melampiaskan amarah atau frustrasi tanpa melibatkan kekerasan fisik, menjadikannya cara yang lebih sehat untuk mengeluarkan emosi negatif dalam beberapa konteks.

Meningkatkan Kekuatan Fisik dan Toleransi Nyeri

Sebuah laporan tahun 2024 menemukan bahwa mengumpat juga dapat meningkatkan kekuatan fisik selama tugas-tugas tertentu. Ini mendukung gagasan bahwa respons tubuh ini nyata dan bukan hanya psikologis. Vokalisasi refleksif tubuh, seperti kata umpatan, memicu lebih dari sekadar pelepasan emosional.

Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa ledakan gairah tubuh otomatis mengaktifkan sistem kontrol nyeri alami. Proses ini melepaskan endorfin dan enkefalin, yang merupakan zat pereda nyeri alami tubuh, membantu orang menoleransi ketidaknyamanan dengan lebih baik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengumpat benar-benar dapat mengubah seberapa banyak rasa sakit yang dapat ditangani seseorang.

Tinjauan tahun 2024 terhadap studi tentang efek pereda nyeri dari mengumpat menemukan bukti yang konsisten. Orang yang mengulang kata-kata tabu dapat menahan tangan mereka di air es secara signifikan lebih lama daripada mereka yang mengulang kata-kata netral. Dengan demikian, Sahabat Fimela, ledakan umpatan sesekali tampaknya bukanlah kegagalan moral, melainkan refleks pelindung yang tertanam dalam diri kita.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading