Sukses

Parenting

5 Kesalahan Pola Asuh yang Merusak Pertumbuhan Anak

Fimela.com, Jakarta Sebagai orangtua kamu pasti menginginkan hal yang terbaik untuk anakmu. Orangtua akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengasuh anak mereka agar menjadi anak yang berperilaku baik dan berprestasi. Namun seperti yang kita tahu, mengasuh anak bukanlah hal yang mudah. Tak peduli seberapa keras orangtua berusaha, terkadang orangtua tidak menyadari bahwa dalam mengasuh anak-anaknya, ada kesalahan yang dapat merusak perkembangan anak.

Berikut adalah 5 kesalahan pola asuh yang biasa dilakukan oleh orangtua yang dapat merusak perkembangan anak.

1. Memaksa Anak untuk Mengikuti Banyak Kegiatan

Sebagai orang tua tentunya mengharapkan memiliki anak yang aktif, pintar dan memiliki banyak talenta. Oleh karena hal inilah banyak orang tua yang mengikutsertakan anak mereka pada banyak kegiatan ekstrakulikuler seperti kelas musik, klub olahraga, ataupun kursus bahasa asing.

Kegiatan ekstrakulikuler ini memang baik untuk perkembangan fisik, emosional, dan kemampuan sosial anak. Yang menjadi permasalahan jika orang tua memaksa anak untuk mengikuti banyak kegiatan. Hal ini rentan membuat anak mengalami stres. Selain itu waktu istirahat anak juga akan terganggu.

Sebagai orang tua, kita harus bijaksana dalam menentukan kegiatan apa saja yang akan diikuti oleh anak. Orang tua juga harus aktif berdiskusi dan mendengarkan anak-anak mengenai pandangan mereka tentang kegiatan yang mereka ikuti. Apakah mereka benar-benar merasa senang mengikuti kegiatan tersebut atau tidak? Apakah mereka merasa tertekan mengikuti kegiatan tersebut atau tidak?

Orang tua harus pandai melihat dan mengarahkan bakat serta minat pada anak dan membiarkan anak mengikuti kegiatan-kegiatan yang memang sesuai dengan bakat yang dimiliki atau minat yang dimilikinya.

Dengan membiarkan anak mengikuti kegiatan yang benar-benar mereka minati atau yang sesuai dengan bakat mereka akan membebaskan anak dari stres. Anak juga dapat lebih mudah membagi waktu antara sekolah, melakukan hobi mereka, bermain, dan istirahat.

2. Membanding-bandingkan Anak

Membandingkan anak dengan saudaranya atau dengan teman-temannya adalah kesalahan pola asuh yang banyak dilakukan orangtua. Banyak orangtua yang membandingkan anak mereka dengan anak lain agar anak mereka bisa menjadi lebih baik. Namun alih-alih memotivasi mereka untuk menjadi yang lebih baik hal ini justru akan menyakiti perasaan mereka.

Membandingkan anak dengan anak lain akan membuat anak merasa lebih rendah daripada anak lainnya. Anak akan menjadi kurang percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya. Bahkan anak bisa berpikir bahwa orangtua tidak menyukai atau menyayangi mereka.

Untuk itu sebagai orang tua hindarilah membanding-bandingkan anak dengan saudara atau teman-temannya yang lain. Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bukan hal yang adil jika orang tua menuntut anak untuk sama dengan anak yang lain. Orang tua harus menetapkan harapan yang realistis pada anak. Jika anak belum berhasil, berilah mereka dukungan dan motivasi tanpa membanding-bandingkan mereka dengan anak lain. Jika anak berbuat kesalahan tegurlah dan beri arahan kepada mereka tanpa membanding-bandingkan mereka dengan anak lain juga.

3. Mengatasi Semua Masalah yang Dimiliki Anak

Sebagai orang tua yang sangat mencintai anaknya, kita pasti tidak mau melihat anak kita berada dalam kesulitan bukan? Sebagai orang tua kita tentunya ingin membantu anak mengatasi semua kesulitan yang ia alami. Tapi sebenarnya pola asuh seperti ini tidak tepat.

Orang tua yang selalu mengatasi semua masalah anak akan membuat anak tidak memiliki kemampuan problem solving yang bagus. Hal ini dikarenakan anak dibiasakan untuk tidak bertanggungjawab dan mencoba mengatasi masalah atau kesulitan yang sedang dihadapinya. Anak akan menjadi bergantung pada orang tua jika ia mendapat masalah atau kesulitan. Selain itu hal ini juga membuat anak menjadi kurang bertanggungjawab.

Sebaiknya sebagai orang tua kita harus membiarkan anak mencoba untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya terlebih dahulu. Misalnya saat anak kesulitan mengerjakan pr, berilah kesempatan untuk anak mencoba mengerjakannya soal-soal yang menurutnya sulit alih-alih langsung membantu mengerjakan semua soal yang sulit tersebut. Saat anak mengalami kesulitan, orang tua tetap bisa membantu anak tanpa terlalu memanjakan anak dengan mengatasi semua masalah yang dimilikinya.

4. Dilarang Mengatakan ‘Tidak’

Pernahkan anakmu menyampaikan penolakan atau berkata ‘tidak’ pada hal yang kamu perintahkan? Lalu sebagai orang tua bagaimana responmu atas penolakannya? Apakah kamu memarahi mereka dan menyuruh mereka patuh pada perintahmu?

Mengajarkan kepada anak untuk mematuhi dan menghormati orang tua memang penting. Tapi mengajarkan anak untuk berkata ‘tidak’ juga merupakan hal yang penting. Ketika anak menyampaikan penolakan bukan berarti orang tua bisa langsung menghakimi anak mereka sebagai anak yang tidak patuh.

Jika anak tidak pernah diizinkan untuk mengatakan ’tidak’, ia mungkin tidak belajar bagaimana mendapatkan kepercayaan diri, bagaimana mengomunikasikan batasan mereka atau bagaimana mempertahankan pendirian mereka. Hal ini akan menjadi masalah besar begitu mereka dewasa.

Dikutip dari laman Psych2go.net menurut penelitian tahun 2008 tentang perkembangan anak, saat berdebat dengan orang tua dengan mengatakan’tidak’, anak-anak mungkin akan membawa sikap itu ke dalam hubungan dengan teman sebayanya dan berlatih membela diri sendiri.

Jadi berilah kesempatan pada anak untuk berkata ‘tidak’. Berilah kesempatan kepada anak untuk menyampaikan penolakan dan alasan dibaliknya. Hal yang tidak kalah penting lagi, orang tua bisa mengajarkan kepada anak cara menyampaikan penolakan dengan baik dan sopan.

5. Memuji Keberhasilan daripada Kerja Keras

Sebagai orangtua pastinya bangga atas prestasi atau keberhasilan yang diraih oleh anak kita. Lalu untuk menunjukkan rasa banggamu atas prestasi dan keberhasilan yang mereka raih kamu memuji mereka seperti “kamu anak yang pintar”. Sebenarnya tak ada yang salah ketika orangtua memuji prestasi anak mereka. Yang menjadi masalah ketika orangtua hanya memuji hasil daripada kerja keras mereka.

Sebagai orangtua alih-alih hanya mengapresiasi keberhasilan anak, seharusnya orangtua juga mengapresiasi usaha dan kerja kerasnya. Memuji hasil daripada kerja keras mereka akan membuat anak merasa rendah diri ketika mereka gagal. Hanya memuji prestasi atau keberhasilan juga ditakutkan menyebabkan anak menggunakan segala cara untuk mencapai keberhasilan tersebut tak peduli dengan cara yang baik atau buruk.

Ketika orangtua mengapresiasi kerja keras anak akan percaya bahwa meskipun gagal, mereka dapat mencapai hasil yang lebih baik jika mereka berusaha lebih keras. Mereka termotivasi untuk terus berusaha, mencoba dan belajar.

Itulah beberapa kesalahan pola asuh yang kerap dilakukan orangtua dalam membimbing anak-anaknya. Semoga penjelasan diatas dapat membantumu menjadi orangtua yang lebih lagi.

 

Penulis: Diah Ayu V.

 

 

 

 

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading