Apa Itu Default Parent Syndrome?
Fimela.com, Jakarta Melansir psychologytoday.com, default parent adalah orang tua yang secara utama bertanggung jawab atas pengasuhan anak, tugas-tugas terkait anak, serta pekerjaan rumah tangga. Dalam keluarga dengan dua orang tua, default parent cenderung memikul beban pengasuhan yang lebih besar.
Secara umum, sindrom merujuk pada sekumpulan gejala yang muncul secara konsisten bersama, suatu kondisi yang ditandai dengan serangkaian gejala tertentu, atau bahkan kombinasi khas dari opini, emosi, dan perilaku. Ketika kedua konsep ini digabungkan, Default Parent Syndrome bukan sekadar masalah individu, melainkan pengalaman sistemik dan kolektif yang mencerminkan bias terhadap perempuan dan ibu dalam menjalankan peran utama dalam pengasuhan dan tugas rumah tangga. Bias ini merupakan hasil dari sejarah budaya patriarki selama berabad-abad yang terus berkembang dalam berbagai bentuk hingga saat ini.
Menariknya, banyak perempuan dan ibu yang mengalami Default Parent Syndrome mengakui bahwa pasangan mereka terlibat dalam rumah tangga, menjadi ayah yang baik, dan sangat mendukung. Namun, mereka tetap merasa terbebani dan kewalahan dengan peran sebagai default parent.
Advertisement
Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun peran "ayah" dalam keluarga heteronormatif tradisional telah berkembang, masih ada faktor yang menghambat masyarakat untuk sepenuhnya menghapus Default Parent Syndrome.
Advertisement
Faktor Penyebab Default Parent Syndrome
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Default Parent Syndrome. Biasanya, ini dialami oleh perempuan atau ibu dalam keluarga, terutama jika mereka atau pasangannya memiliki pandangan tradisional tentang pengasuhan. Pola ini sering kali diwariskan dari lingkungan tempat mereka tumbuh, di mana ibu dianggap bertanggung jawab utama atas anak dan rumah tangga. Selain itu, perasaan bersalah atau cemas ketika tidak fokus pada tugas rumah tangga, kesulitan menyampaikan harapan kepada pasangan, kecenderungan untuk selalu menyenangkan orang lain, serta sifat perfeksionis juga dapat berkontribusi. Lingkungan keluarga yang masih memegang nilai patriarki juga memperbesar kemungkinan seseorang menjadi default parent.
Konsekuensi Default Parent Syndrome
Default Parent Syndrome dapat berdampak serius bagi orang tua yang mengalaminya. Beban pengasuhan yang tidak seimbang sering kali menyebabkan kelelahan kronis dan burnout, membuat mereka merasa kewalahan secara fisik dan emosional. Seiring waktu, hal ini dapat memicu perasaan kesal atau bahkan dendam terhadap pasangan dan anak-anak. Selain itu, default parent sering kesulitan meluangkan waktu untuk merawat diri sendiri, yang pada akhirnya berdampak pada kesehatan mental mereka.
Dampak negatif ini tidak hanya dirasakan oleh default parent, tetapi juga oleh anggota keluarga lainnya. Non-default parent sering kali memiliki ekspektasi yang tidak realistis terhadap pasangan mereka, menganggap default parent mampu menangani semua tugas tanpa kesulitan. Hal ini dapat menciptakan jarak emosional dalam hubungan, menyebabkan komunikasi yang kurang efektif dan perasaan terabaikan. Selain itu, keterlibatan non-default parent dalam pengasuhan juga bisa menurun, yang dapat memengaruhi hubungan mereka dengan anak-anak.
Sementara itu, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan ini juga dapat terpengaruh. Mereka cenderung memiliki ekspektasi yang berlebihan terhadap default parent, sementara peran non-default parent dianggap kurang penting. Akibatnya, default parent semakin terbebani, sementara anak-anak kehilangan kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan kedua orang tua mereka. Hubungan dengan default parent pun bisa mengalami ketegangan karena kelelahan dan frustrasi yang terus menumpuk. Pada saat yang sama, hubungan dengan non-default parent juga dapat melemah karena minimnya interaksi dan keterlibatan dalam pengasuhan.
Cara Mengatasi Default Parent Syndrome
Menghilangkan Default Parent Syndrome memerlukan kesadaran, komitmen, kesabaran, dan kerja sama dari seluruh anggota keluarga. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sindrom ini.
- Akui bahwa sindrom ini ada. Perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengakui masalahnya. Diskusikan dengan jujur bagaimana Default Parent Syndrome muncul dalam keluarga dan bagaimana perasaan masing-masing terkait hal ini.
- Identifikasi bagaimana sindrom ini terjadi. Setelah keduanya sepakat bahwa masalah ini ada, cari tahu bagaimana pola ini terbentuk. Kenali siapa yang lebih banyak memikul beban dan bagaimana dampaknya bagi seluruh anggota keluarga.
- Ciptakan visi bersama untuk keluarga. Diskusikan nilai-nilai dan tujuan yang ingin dicapai dalam keluarga. Pastikan ada kesepahaman tentang gambaran besar yang diinginkan dalam rumah tangga.
- Tentukan langkah konkret untuk mengubah kebiasaan. Mulailah dengan menetapkan satu atau dua perubahan kecil yang bisa dilakukan. Setiap pasangan dapat memiliki satu tugas spesifik yang harus diusahakan.
- Pantau perkembangan dan lakukan evaluasi. Buat sistem pemantauan untuk meninjau kemajuan yang dicapai. Tentukan waktu untuk mengevaluasi hasil, mendiskusikan tantangan, dan menyesuaikan strategi jika diperlukan. Setelah tujuan awal tercapai, buat target baru untuk terus memperbaiki keseimbangan dalam keluarga.
Default Parent Syndrome bukan hanya masalah individu, tetapi juga persoalan sistemik yang memengaruhi keseimbangan dalam keluarga. Jika dibiarkan, sindrom ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental, hubungan dengan pasangan, serta ikatan emosional dengan anak-anak. Oleh karena itu, penting bagi setiap anggota keluarga untuk menyadari adanya pola ini dan bekerja sama dalam menciptakan pembagian tugas yang lebih adil. Dengan komunikasi yang jujur, kesepakatan bersama, dan perubahan bertahap, keluarga dapat membangun sistem pengasuhan yang lebih sehat, di mana beban dan tanggung jawab dibagi secara seimbang, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa lebih dihargai dan didukung.