Kisah Kematian Akseyna dan Komunitas LGBT

Karla Farhana diperbarui 12 Feb 2016, 08:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Hampir setahun sudah kasus kematian Akseyna Ahad Dori, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Indonesia, yang ditemukan tewaas di danau UI pada Kamis (26/3) tahun lalu. Telah lama kabar perkembangan kasus ini tak terdengar, sebuah isu tiba-tiba menyeruak mengenai kematiannya. Dikabarkan, kematian Akseyna terkait dengan komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di kalangan mahasiswa UI. 

Liputan6 menulis, ada indikasi hubungan antara kematian mahasiwa UI itu yang akrab disapa Ace dengan komunitas LGBT di 'kampung kuning' tersebut. Informasi ini didapatkan Liputan6 dari kepolisian. Lebih jauh, pihak kepolisian menjelaskan kepada Liputan6, tim penyidik sudah memeriksa seorang saksi yang dinilai sebagai potential suspect (terduga kuat). 

Sebelumnya, dikabarkan seorang teman Ace yang bernama Jibril merupakan terduga kuat sebagai penyebab kematian Ace. Tapi, pihak kepolisian mengatakan hal tersebut tidak benar. Menurut perwira yang menjadi sumber Liputan6 tersebut, ada unsur kecemburuan antara sang pembunuh dengan Ace dan Jibril. Lantaran Jibril beberapa kali datang ke indekos Ace. 

"Pelakunya bukan Jibril. Itu kan media pertama kali yang bentuk opini, seakan-akan Jibril pelakunya. Janganlah, kasihan. Dia tidak bersalah. Iya (ada unsur pembunuh Ace cemburu dengan kedekatan Ace dan Jibril)," katanya, seperti dilansir dari Liputan6.

Namun, ayah Ace, Mardoto membantah kabar tersebut. Menurutnya, terkaitnya kasus kematian Ace dengan komunitas LGBT ini bukan berarti Ace adalah bagian dari komunitas. Dia mengatakan kepada Liputan6, bisa saja Ace menolak untuk bergabung dan hal tersebut membuat sang pelaku geram dan lantas menghabiskan nyawanya. 

"Jika memang betul ada kaitannya dengan komunitas LGBT atau komunitas mana pun, mungkin anak saya menolak bergabung atau mengetahui kegiatan mereka (komunitas LGBT) yang membuat mereka tidak nyaman lalu membuat perhitungan dengan anak saya," katanya kepada Liputan6. 

Sebelumnya, jasad Ace ditemukan mengambang di danau UI pada Maret tahun lalu. Jasadnya, tulis Liputan6, sempat 'menginap' berhari-hari di kamar jenazah RS Polri Kramat Jati. Pasalnya, saat itu tidak ada yang mengenali korban atau menemukan identitasnya.

Dari pemberitaan di surat kabar, Kolonel Penerbang Mardoto mencurigai jasad tersebut adalah anaknya, karena Ace tidak pulang berhari-hari dan tak bisa dihubungi. Miris, saat Mardoto memeriksa barang-barang korban yang ditemukan di sekitar danau, Mardoto akhirnya yakin jasad tersebut adalah Ace, buah hatinya. Kasus kematian Ace yang dikaitkan dengan LGBT ini hingga kini masih dalam status penyidikan.