Piala, Pertaruhan Harga Diri dan Citra bagi Paramitha Rusady

Asnida Riani diperbarui 11 Mar 2016, 12:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Film memiliki dimensi yang unik. Nilainya tak sekedar keindahan yang ditampilkan di layar. Namun juga soal cerita. Karena itu Paramitha Rusady lebih mementingkan tanggapan masyarakat atas karyanya ketimbang ngoyo penghargaan. Baginya, piala adalah bentuk pertaruhan harga diri dan citra seorang aktor.

"Piala itu merupakan tanggung jawab untuk citra. Harga diri, karakter, dan dedikasi kita ada di dalam cerminan itu. Saya hidup dengan filosofi, baik itu spiritual dan lingkungan sosial," kata Paramitha Rusady di SCTV Tower, Senayan, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Tak hanya sekedar media penyalur, film bagi Paramitha juga harus memberikan edukasi lewat cerita karakter-karakter di dalamnya. Oleh karena itu, mantan istri Nenad Bago ini terkenal cukup selektif dalam memilih peran yang ditawarkan. 

"Buat saya, film bukan sekedar media penyalur. Karakter yang dibawa harus memberi edukasi kepada penonton. Satu perbincangan, dialog, yang dibahas di dalam film harus membekas. Hati-hati karena apa yang kita tonton itu bisa saja dibawa pulang," papar Paramitha.

Harapan besar disematkan Paramitha Rusady untuk perfilman Indonesia. Wanita yang tahun ini akan genap berusia 50 tahun itu ingin melihat lebih banyak lagi film-film yang mengedukasi dan memiliki pesan moral untuk generasi muda.

"Saya berharap film Indonesia bisa mengedukasi, paling nggak meninggalkan pesan moral. Apalagi untuk generasi penerus. Kita sudah harus berpikir untuk mengurangi violence. Karena kalau film yang sudah terlalu keras saya nggak akan suggest, apalagi untuk anak-anak. Film adalah karakter daripada bangsa kita," pungkas Paramitha Rusady.