Eksklusif, Acha Septriasa: Andai Aku Tak Lagi Berakting

Putu Elmira diperbarui 29 Nov 2016, 07:56 WIB

Fimela.com, Jakarta Sosok penuh semangat, menyukai tantangan, dan memiliki totalitas tinggi terhadap dunia seni peran nampaknya tepat menggambarkan seorang Acha Septriasa. Berbekal kepiawaian mendalami sebuah peran, tidak heran ia mantap membintangi sederet film dengan berbagai karakter yang sukses membesarkan namanya.

***

Tercatat 12 tahun sudah, salah satu bintang di film 99 Cahaya di Langit Eropa ini berkecimpung di industri perfilman Indonesia. Sejak saat itu, ia pun kian memantapkan diri untuk berkarya dan menyuguhkan hasil terbaik dengan menjunjung keinginan untuk terus belajar.

Menariknya, ketika Acha Septriasa menganalogikan sebuah karakter yang ia terima sebagai wahana bermain. Di dalamnya, ia dapat bereksperimen dan menyalurkan persepsi-persepsi yang dimiliki terhadap bakat dalam diri.

Begitu pula dengan pencapaian Acha Septriasa di dunia film hingga saat ini belum membuatnya bertemu dengan kata puas. Baginya, harus selalu ada perubahan saat bermain di peran-peran baru dan menganggap script sebagai sebuah hadiah.

"Semua itu nggak ada kata puas harusnya selalu berevolusi setiap kita muncul dalam peran-peran baru itu seperti kita menerima sebuah script dan script itu selalu terasa sebagai sebuah hadiah ketika kita menerimanya. Pengen melakukan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya dan memanfaatkan hadiah ini dengan sebaik-baiknya," jelas Acha Septriasa kepada Bintang.com.

Berlandaskan keteguhan yang ditanamkan itu, Acha yang sebentar lagi akan melepas masa lajangnya bertekad tetap ingin memberi. Ia berandai, jikalau suatu saat tidak lagi berakting, makna memberi diartikan dengan tetap menyalurkan, membagikan ilmu serta pengalaman yang telah ia dapat selama ini.

Selain melangsungkan pernikahan, di bulan Desember nanti Acha Septriasa juga akan kembali menampilkan kemampuan aktingnya dalam film terbaru. Adalah Bulan Terbelah di Langit Amerika 2, sebuah film yang Acha jalankan dengan penuh suka cita.

Acha Septriasa juga akan berbagi kisah mengenai film terbarunya, memaknai peran, harapan serta sederet rencana setelah menikah nanti. Simak petikan wawancara eksklusif Bintang.com bersama Acha Septriasa berikut ini.

2 dari 3 halaman

Kisah Acha Septriasa di Amerika

Eksklusif Acha Septriasa. (Stylist: Indah Wulansari, Wardrobe: Natalia Kiantoro, Make up: @vera_kusumadewi, Photographer: Bambang E. Ros/Bintang.com, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Acha Septriasa didaulat menjadi salah satu bintang utama dalam film yang bertajuk Bulan Terbelah di Langit Amerika 2. Berperan sebagai Hanum, Acha berbagi kisah ketika syuting di Amerika, soal peran hingga adegan paling berkesan di film terbarunya itu.

Seperti apa peran di film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2?

Film di Bulan Terbelah ini perannya sebagai Hanum, dia adalah seorang reporter yang ditugaskan untuk menelusuri kemungkinan bahwa adanya mitos sampainya Muslim Cina yang lebih dulu daripada Columbus di Benua Amerika dan dia meneruskan misinya itu untuk mencari tahu kebenaran barang bukti yang tertinggal. Kebetulan dia ketemu dengan narasumber menemukan barang bukti koin peninggalan Laksamana Cheng Ho. Ketika dia lagi melakukan perjalanan di San Fransisco, dia bertemu dengan tokoh yang bernama Su Yin itu adalah seseorang yang masih keturunan Hui yang dulunya memang termasuk saudagar-saudagar yang menemani Laksamana Cheng Ho mendarat lebih dulu pada abad ke-6 sebelum Columbus itu. Jadi, menelusuri mitos tersebut dalam cerita ini kayaknya mbak Hanum terinspirasi menulis cerita ini dari mitos yang sudah ada.

Seberapa intens melakukan pendalaman peran?

Kalau yang Bulan Terbelah ini udah nggak banyak discuss lagi sih jadi lebih ke mereka mempercayakan aku untuk membawakan karakter ini paling aku punya kesadaran sendiri untuk mulai membaca segala hal yang berbau dengan peninggalan dinasti Ming zaman dulu, peninggalan kemungkinan bahwa adanya mitos tersebut jadi aku mulai baca-baca sejarah lewat film ini.

Bagaimana membangun chemistry sama Abimana Aryasatya?

Kalau bangun chemistry sama Abi sih nggak ada hambatan kebetulan kita itu berdua saling memberikan ruang kayak aktivitas masing-masing untuk sangat saling membebaskan dan Abi itu orangnya akting dia nggak ego jadi dia bisa mengikuti lawan mainnya. Tapi bukan berarti dia hanya menangkap umpan dari saya, tapi dia memberikan sesuatu aksi reaksi yang selalu baru di mata saya dan tentunya merefleksikan karakter Rangga yang memang sudah kita bangun sama-sama, karakter Hanum yang kita bangun nggak kerasa memang udah 4 film. Bahkan kalau ada extended version udah 5 film kita bareng, jadi itu sama sekali nggak ada problem justru kita saling mengingatkan.

Apa sisi menarik dari film Bulan Terbelah di Langit Amerika 2?

Sisi menarik dari film ini mungkin ini film yang paketnya komplit tentang sejarah, agama Islam yang pernah menjajaki Amerika bahkan sebelum Eropa. Lalu, film ini filosofi karena memang judulnya Bulan Terbelah, ada beberapa karakter yang terbelah di film ini jadi romancenya ada, dramanya ada, historinya juga kental, bisa melihat sisi-sisi yang baik dari negeri orang salah satunya kita ngajak penonton jalan-jalan lagi ke benua Amerika dan menyaksikan kota San Fransisco di sana. Jadi, memang film ini paket komplit, yang karakternya sudah mulai sangat diketahui sama masyarakat karena film ini sudah franchise 4 kali jadi kita nggak sulit justru malah memudahkan attachment kita terhadap penonton Indonesia.

Apakah menemui kesulitan di film ini?

Kesulitan hampir nggak ada, justru malah semua film ini yang sulit pun dianggapnya enteng. Karena balik lagi kondisi saat kita berada di sana sangat fun jadi kalau misalnya dalam akting itu justru ketika kita bermain nggak di push itu malah akhirnya lebih kelihatan ngalir dan natural jadinya nggak ada problem sama sekali untuk mengendalikan situasi dalam sebuah adegan malah justru mengalir.

Apakah adegan paling berkesan?

Adegan saya yang lucu itu sebenernya adegannya nggak lucu serius-serius aja, cuma saya ketawa-ketawa mulu. Waktu itu lagi ada di airport di San Fransisco, jadi kita syuting di sana terus saya entah kenapa karena bercanda terus sama Nino sama Abi akhirnya saya setiap baru mau dialog saya lupa terus. Saya selalu nyapa mereka "hei", sedangkan kita harusnya nggak baru di situ. Sebelumnya scene kita pernah ketemu dan scene itu patahan emosinya lain dong kalau seolah-olah baru ketemu. Jadi, saya menyapa semuanya kayak saya baru ketemu di ulang ada kali 8 kali take cuma karena masalah say "hei", saya nyapa mereka terus. Dari mulai ketawa-tawa sampai mereka sebel sama saya karena saya salah terus.

Ceritanya Rianti juga seorang yang tinggal di San Fransisco dan dia sejarahwati yang menunjukkan saya tentang harta karun Laksamana Cheng Ho dan mengenalkan saya terhadap narasumber di sana. Terus, Rianti ceritanya jadi tour guide yang bawa bus gede banget dari situ saya pas lagi adegan saya pengen ketawa lagi, "Gila ya perannya Rianti, boleh juga nih bawa bus gede banget", lalu semuanya jadi ketawa gara-gara saya nyeletuk kayak gitu nggak berhenti dan itu takenya juga berkali-kali. Jadi intinya semua itu dipengaruhi sama suasana hati yang begitu gembira sehingga adegan yang serius pun kita lakukan dengan ketawa.

3 dari 3 halaman

Jikalau Tak Lagi Terjun Berakting

Eksklusif Acha Septriasa. (Stylist: Indah Wulansari, Wardrobe: Natalia Kiantoro, Make up: @vera_kusumadewi, Photographer: Bambang E. Ros/Bintang.com, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Kecintaan Acha Septriasa pada dunia seni peran membuat dirinya memiliki makna tersendiri pada karakter yang selama ini ia mainkan. Saking jatuh cintanya, Acha juga telah memiliki sederet rencana jika suatu hari nanti ia tidak lagi berakting dengan mengedepankan esensi memberi.

Makna sebuah peran bagi Acha Septriasa seperti apa?

Makna peran yang aku dapat selama ini adalah peran atau karakter itu adalah wahana bermain ibaratnya karena di situ tempat aku bereksperimen dan menyalurkan segala persepsi-persepsi yang aku punya terhadap bakat aku dan itu tempat aku hidup, tempat aku berkembang jadi manusia yang lebih dewasa lewat karakter-karakter dalam sebuah peran ini. Ibaratnya kalau setahun aku main 3 film aja, ini udah 12 tahun harusnya aku main 36 film dan tahun kemarin udah 9 film dalam satu tahun jadi kebayang dong udah berapa karakter yang aku mainkan kalau misalnya dihitung.

Mengapa merasa demikian?

Kalau saya motonya seperti itu jadi ketika menemukan hal yang baru kita nggak takut, jangan pernah takut untuk melakukan karakter apapun, jangan pernah negative thinking terhadap sebuah project tetap positif aja dengan hasilnya. Karena kita bermain film seperti bermain puzzle, we technically didn't know, don't have any idea of the whole story how is gonna be but, we literally doing it and we make sure that's done so, we just show them how it's done. Bukan kita pusingin apa yang udah kita kerjain tapi lebih ke jalanin aja nanti semuanya itu berupa puzzle dan itu akan nyambung jadi satu dan itu akan terbukti sejauh mana kita bisa mencerna script itu, kalau misalnya hasilnya jelek berarti lo gagal mencerna sebuah script dan jangan malu untuk bertanya. Sehingga setiap karakter yang udah dimainin itu dari proses explore dari berbagai sisi dari kitanya pribadi, dari teori akting dari proses discuss sama sutradara, dari proses adaptasi sama lingkungan, set itu kerja sama kolektif yang nggak bisa didapetin karena cuma kita bisa satu hal.

Mendambakan peran yang seperti apa?

Peran yang pengen banget itu sebenarnya saya pengen jadi petinju karena dulu udah pernah ditawarin scriptnya mas Jujur Prananto syutingnya di Medan ceritanya jadi petinju cuma nggak tahu kenapa itu film udah ditawarin ke saya tapi belum jadi.

Mengapa menginginkan peran demikian?

Cuma saya sih suka tantangan-tantangan seperti itu ketika kita harus bermain jadi yang jauh daripada kebiasaan kita dan juga harus physically train dan saya itu nggak bisa dikasih tantangan, kalau misalnya dikasih peran even nggak penting tapi saya suka sama karakternya pasti saya mainin kadang-kadang banyak produser teken saya kontrak eksklusif mereka bilang "Kamu sih main semuanya harusnya kamu pilih-pilih film". Nggak ada dalam rules saya pilih-pilih film, saya sih nggak pernah pilih-pilih film buat apa, orang yang pilih-pilih itu tandanya mereka mau aman.

Pernah merasa jenuh di dunia film?

Kalau bosen sih nggak, tapi kayak lebih penasaran iya karena misalnya udah capek jadi pemain film tapi aku nggak pernah sebelum duduk di bangku sutradara penasaran sama bangku sutradara. Akhirnya, ada di satu poin yang aku nulis script waktu itu nulisnya sama Alex Abbad juga karena memang ceritanya formulanya idenya dari aku terus kita nulis bareng akhirnya Aad (Alex Abbad) yang finishing ceritanya terus tapi aku sebagai director debutnya bukan film itu bukan film yang aku karang scriptnya tapi di film satunya lagi.

Akan menikah, apakah akan tetap terjun di dunia peran?

Yang pasti saya nggak pernah mau berhenti tergantung calon suami, tapi kalau calon suami saya sih baik banget, nggak menghalangi sama sekali malah dia sangat suportif dan dia sangat bijak dalam menempatkan dirinya ketika dia jadi support system saya, ketika dia harus menjadi orang yang perlu disupport, walaupun kita belum pernah menjalani rumah tangga bareng tapi kita sudah tahu goal kita itu sama, kita ada di dalam visi yang sama, kalau saya sih ceritanya pengen balik ke sini untuk meneruskan karier saya walaupun saya nggak terobsesi kayak sekarang ya. Kalau sekarang karena nabung pengen udah punya ini, punya ini, pengen punya ini lagi ada hal yang belum dicapai atau hal yang lebih ingin dicapai tapi semua itu hanyalah materi lebih banyak saya main film karena saya suka tapi juga saya ngejar materi, ngejar rezeki, cuma saya belum dalam tahap yang main film untuk saya itu, misalnya nggak main film pun saya harus tetap bisa memberi walaupun saya nggak main film lagi berarti saya nggak digaji tapi gimana caranya saya harus tetap memberi.

Maksudnya memberi itu apa?

Maksudnya memberi itu jadi juri di festival atau misalnya tetap kasih mentor di kampus atau misalnya saya tetap belajar itu kan berarti proses saya mulai dari awal lagi ketika orang udah nggak mengukur saya secara materi, nggak melulu secara bisnis jadi saya pengen lari pada aktivitas saya ke bidang pendidikan ke bidang yang lebih responsible dan tetap menjalani apa yang saya cinta tapi lebih ke sharing, take and give tapi tetap di bidang akting. Saya di situ perlu belajar karena kan pengalaman yang udah saya pakai dalam beberapa film ini bisa aja saya ketinggalan, nggak main-main film lagi misalnya tapi, saya kali ini emang maunya tetap main film dengan ritme yang berbeda dari yang sekarang ini. Pasti nggak seproduktif inilah kasihan masa ditinggal mulu nanti.

Hal di dunia seni peran yang ingin sekali dicapai?

Yang aku ingin capai adalah pastinya ngerasain environment yang baru bekerja nggak hanya di lingkup Indonesia aja cuma aku orangnya juga nggak terlalu muluk-muluk. Aku cuma pengen ngerasain environment baru mau itu buat film sama anak-anak kampus luar negeri kek terserah, nggak harus yang tiba-tiba profesional kerja di Hollywood, nggak. Tapi penasaran environment baru misalnya aku pindah ke Australia aku bisa buat film pendek di sana aku udah senang karena aku merasakan kerja sama dengan aktor sana atau kru film sana yang masih Indie atau distribute film Indonesia ke sana pokoknya yang masih berkaitan dengan film dan itu yang lagi pengen aku capai sebenarnya.

Apakah harapan untuk karier?

Kalau karier aku, aku pengen karier aku ini bisa kalau bisa dibilang jangan sampai hilang itu, kalau hilang sebenarnya juga nggak apa-apa cuma aku lebih pengennya gini, semoga aku bisa menjadi orang yang sempat diingat sama masyarakat bahwa sempat ada nih yang namanya Acha Septriasa yang mengisi film Indonesia tahun sekian sampai sekian.

Sulit rasanya untuk melepaskan Acha Septriasa dari dunia yang begitu ia cinta, yakni dunia seni peran. Totalitas dalam setiap peran membuatnya sukses memberi arti dalam setiap karakter. Pun di suatu ketika tidak lagi berakting, Acha akan memberi dan berbagi pengalaman yang selama ini ia dapatkan di dunia yang membesarkan namanya. Sukses selalu, Acha Septriasa.