Ungguli AS, Kuba Punya Layanan Kesehatan Terbaik di Dunia

Henry Hens diperbarui 28 Nov 2016, 22:43 WIB

Fimela.com, Jakarta Kuba baru saja ditinggal oleh pemimpin sekaligus ikon revolusi mereka, Fidel Castro. Mantan presiden Kuba ini meninggal dunia pada 25 November kemarin pada usia 90 tahun setelah lama menderita sakit. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS) boleh saja mengecam Casto yang dinilai sebagai diktator selama memerintah negaranya.

Namun setelah hampir 50 tahun berkuasa dan kemudian wafat, Castro terbukti masih sangat dicintai oleh rakyat Kuba. Tentu banyak alasan kenapa Fidel Castro begitu dipuja. Bisa jadi salah satunya adalah karena mereka punya fasilitas dan pelayanan kesehatan terbaik di dunia. Kamu yang pernah menonton film dokumenter ‘Sicko’ karya Michael Moore tentu sudah mahfum akan hal ini.

Di negeri maju seperti AS, warganya bisa dibilang takut berobat karena biayanya bisa sangat mahal. Tapi saat berkunjung ke Kuba, Moore kaget bukan kepalang melihat fasilitas dan layanan kesehatan yang jauh lebih baik dibandingkan di negeranya. Seperti dilansir dari berdikari online, kesehatan memang menjadi prioritas kunci pemerintahan Castro.

Anggaran negara dimobilisasi untuk menyediakan akses kesehatan bagi seluruh rakyatnya. Negara menjamin hak ini: melalui penyediaan rumah sakit dan layanan kesehatan gratismelalui pe, nyediaan pemeriksaan gigi gratis; melalui pembangunan layanan kebersihan; pendidikan kesehatan, uji pemeriksaan kesehatan secara periodik, vaksinasi umum, dan tindakan-tindakan pencegahan medis lainnya.’

Yup, ini bukan isapan jempol belaka tapi layanan kesehatan di Kuba memang hampir semuanya gratis. Pasien biasanya hanya membayar saat membeli obat dan itupun harganya sangat murah. Tak ada kamar VIP, kalaupun ada hanya untuk pejabat atau tamu negara yang minta fasilitas khusus.

Karena itu, sejak revolusi hingga sekarang, anggaran kesehatan Kuba tidak pernah di bawah 10 persen dari anggaran nasionalnya. Bahkan, pada tahun 2010, pemerintah Kuba menganggarkan 14,5% untuk memastikan seluruh rakyatnya bisa berobat gratis.

Bandingkan dengan Indonesia: sejak tahun 2003 hingga 2013, anggaran kesehatan hanya rata-rata 2% dari APBN. Bahkan AS pun sampai sekarang belum bisa seperti Kuba dan UU Kesehatan mereka selalu menimbulkan kontroversi. Berkat konsistensi negara terhadap konstitusinya, peranan pemerintah dalam layanan kesehatan berhasil menjangkau 99 persen penduduknya.

Sistem kesehatannya pun sangat revolusioner. Para dokter tinggal di komunitas yang dilayaninya. Jadi, bukan rakyat yang mendatangi dokter, tapi dokter ada di tengah-tengah rakyat. Pemerintah juga menggelontorkan dana untuk membangun sekolah-sekolah kedokteran dan siapapun bisa mendaftar tanpa dipungut biaya.

Hasilnya, anak-anak dari keluarga miskin pun bisa mengakses pendidikan kedokteran. Dengan begitu, ilmu kedokteran dan profesi dokter bukan sesuatu yang eksklusif. Saat inii, Kuba punya 24 Sekolah Kedokteran di 13 Provinsi di Kuba–semasa rezim Batista Kuba hanya punya 1 sekolah Kedokteran. Selain itu, Kuba punya 43 profesor kedokteran untuk mengajar di sekolah-sekolah tersebut.

Hasilnya, Kuba punya rasio dokter dibanding jumlah penduduk merupakan tertinggi di dunia: 1 dokter melayani 148 orang. Bandingkan dengan AS: satu dokter melayani 480 orang. Negara yang beribukota di Havana ini bahkan surplus sehingga banyak dari mereka yang ditugaskan ke luar negeri.

Hal itulah yang membuat derajat kesehatan Kuba terbaik di dunia. Angka Harapan hidup orang Kuba meningkat pesat: dari 58.8 tahun sebelum revolusi (1959) menjadi 78 tahun sekarang ini. Angka kematian bayi di Kuba termasuk terendah di dunia: 4,9 per 1000 kelahiran. Nah, kamu tentu tak heran lagi kalau seorang Fidel Castro meninggal dunia di usia 90 tahun.