Eksklusif, Rizky Hanggono Cari Ilmu dari Film yang Dibintanginya

Puput Puji Lestari diperbarui 20 Des 2016, 07:56 WIB

Fimela.com, Jakarta Sebelas tahun berkarir di depan layar kamera, Rizky Hanggono telah membukukan 15 judul film layar lebar. Berawal dari kesukaannya menjadi kru film, Rizky menemukan passion akting di dirinya. Kini, pria kelahiran Jakarta, 16 September 1980, ini terus berakting untuk mendapatkan pelajaran hidup dari setiap peran yang dilakoninya.

****

Debut Rizky di layar lebar bisa dibilang cemerlang lewat film Ungu Violet. Pasalnya dari eran pertamanya, Rizky langsung masuk nominasi Most Rising Star MTV Indonesia Movie Awards 2005. Setelah itu film Jomblo meledak pada tahun 2006. Bahkan film yang disutradari Hanung Bramantyo ini akan dibuat ulang oleh Falcon Pictures.

Sebelum menyicipi akting, ia sudah sering jadi orang belakang layar di film-film TV. Selesai kuliah, Rizky bekerja di tata artistik sebuah perusahaan film. Di sinilah awal perkenalan Rizky di dunia akting.

Awalnya Rizky bekerja sebagai staf artistik film Tusuk Jelangkung dan Buruan Cium Gue pada tahun 2001. Selain itu ia juga menjadi storyboard dalam film Bangsal 13. Barulah pada tahun 2005, Rako Prijanto sutradara Ungu Violet meyakinkan Rizky bahwa dia punya potensi lebih dari sekadar mengerjakan storyboard.

Ungu Violet menyandingkannya dengan Dian Sastrowardoyo. Film ini pula yang memperkenalkan namanya pada publik. Sukses bermain sebagai Lando, Rizky kemudian bermain dalam film Dealova (2005) dan Jomblo (2006). Peran Rizky sebagai Olip dalam film Jomblo langsung melejitkan namanya.

Tahun ini, Rizky membintangi film Mengejar Embun ke Eropa. Rizky berbepran sebagai Puro, dosen yang berjuang memperbaiki etos kerja dan memberantas manipulasi nilai di kawasan kampus. Film ini mengambil lokasi di Kendari dan Pulau Muna, serta beberapa kota di Italia dan Belanda.

Rizky Hanggono berperan menjadi dosen Puro di film Mengejar Embun ke Eropa. "Karakter Puro ini beda sekali. Saya selengean, nggak suka pendidikan. Sementara Puro ini berdedikasi besar di pendidikan. Gimana masuk ke alam Puro yang sulit. Itu bertolak belakang dengan seorang Rizky Hanggono," ujar Rizky Hanggono

Selain Rizky Hanggono, film garapan sutradara Haryo Sentanu Murti ini juga dibintangi oleh Putri Ayudya, Roberta Salzano, Irma Magara, dan masih banyak lagi lainnya. Kepada Puput Puji Lestari, Rizky Hanggono menceritakan alasan dan pelajaran apa yang didapatkannya usai membintangi film Mengejar Embun ke Eropa saat bertandang ke redaksi Bintang.com, 7 Desember 2016.

2 dari 3 halaman

Mengejar Embun ke Eropa

Eksklusif, Rizky Hanggono Cari Ilmu dari Film yang Dibintanginya (Fotografer: Bambang E. Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri)

Rizky Hanggono berperan menjadi dosen Puro di film Mengejar Embun ke Eropa. Karakter Puro sangat membekas di ingatan Rizky karena kepribadiannya sangat berbeda dengan Puro. Puro juga mengajarkan Rizky akan pentingnya pendidikan.

Boleh dijelaskan karakter Anda di Mengejar Embun ke Eropa?
Puro ini pendidik yang idealis di universitas Delapan Penjuru Angin. Film ini mengisahkan Puro dari awal berkeluarga, berkarir dari dosen ingga menjadi seorang rektor. Tantangan seperti apa yang dihadapi sebagai rektor. Kurang lebih seperti itu.

Syutingnya di daerah?
Film ini inspirasinya dari rektor di Kendari. memang ada syuting di Kendari. Dari sisi budaya potensinya banyak untuk difilmkan. Beberapa kondisi alam juga bagus untuk diperlihatkan. Ada juga syuting di pulau Muna, itu asal karakter utama film ini. Syuting di Eropa juga ada, kisah Puro sedang kuliah ke Perancis.


Bagamana film ini mempengaruhi kamu?
Basic-nya karakter Puro ini sangat berbeda dengan pribadi saya. Saya ini awalnya nggak pedli dengan pendidikan. Karena film ini saya jadi lebih paham bagaimana kehidupan pendidik. Mengapresiasi pendidik yang memiliki dedikasi sedemikian rupa.

Puro ini orangnya idialisme soal pendidikan. Belum lagi bagaimana tanggungjawab dia sebagai keluarga, memberi contoh. Banyak ancaman yang membahayakan diri sendiri, keluarga, mahasiswa, dan mayarakat. Ini membuat saya sadar jadi pendidik itu tidak mudah.

Tantangan syuting?
Saya juga harus belajar bahasa Muna, jadi tantangan banget ya syuting film ini. Lokasi syutingnya juga panas banget. Airnya sudah banget. Mandi satu gayung saja sudah beruntung.

Jadi Puro ini suka mandi pakai embun di pohon singkong, kalau kita lewat di kebun jam 6 pagi itu bisa basah beneran kayak mandi. Mengejar embun itu seperti mengejar kesempatan. Embun akan ada setiap pagi tapi kalau kelewat harus menunggu selama pagi datang lagi. Seperti itulah kesempatan.


Kalau kenangan Anda saat sekolah yang teringat saat syuting apa?
Pas upacara bendera, saya lagi malas. Tiba-tiba dari sudut mata saya ada yang menutup pintu kelas. Gue pikir main-main nih teman saya. Guru saya sempat kaget mendengar dobrakan pintu kelas akibat tendangannya.

Setelah sempat bertanya, guru itu tak segan-segan menggampar Rizky. Namun bagi Rizky, tamparan itu bentuk rasa saya guru kepadanya. Ternyata Pak Nuryadi melihat. Dia tanya, 'kamu yang tendang?', iya pak, terus gue ditampar. Tamparan sayang sih. Itu berkesan banget.

3 dari 3 halaman

Memetik Pelajaran dari Film

Eksklusif, Rizky Hanggono Cari Ilmu dari Film yang Dibintanginya (Fotografer: Bambang E. Ros, Stylist: Indah Wulansari, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri)

Rizky Hanggono menceritakan alasan dan pelajaran apa yang didapatkannya saat membintangi film. Baginya, film bukan sekedar tampil di depan kamera. Karena itu, Rizky menerapkan syarat pribadi ketika menerima tawaran film.

Apa pertimbangan Anda ketika menerima tawaran akting?
Sebisa mungkin relevan dengan kehidupan sehari-hari saya. Seperti film ini memberikan pelajaran saya tentang pentingnya pendidikan. Pertimbangan lain adalah karakter yang berbeda dengan diri saya pribadi. Saya bisa dari karakter yang saya perankan.

Kalau saya dulu itu dulu sekolah duduk di belakang, seenaknya saja kalau guru mengajar. Tapi karena film ini saya jadi paham bagaimana guru itu berjuang ketika mengajar. Persiapannya matang, mungkin dia punya masalah banyak, tapi begitu di depan kelas dia harus profesional. Saya belajar menghargai orang yang punya dedikasi tinggi.


Apa arti film untuk Rizky Hanggono?
Film itu proses pengayaan, terapi, pengayaan diri. Saya orangnya sangat intovert, tidak nyaman tampil di depan umum, itu nggak banget deh. tampil di depan kelas saja gemetar. Seteah masuk kru film saya belajar bagaimana sosialisasi sama orang.

Begitu ada kesempatan untuk tampil di kamera saya belajar menghargai kesempatan. Karena nggak semua orang mendapat kesempatan. Belajar fokus berada di bawah tekanan, dan ketika film jadi kita nggak bisa handle reaksi orang yang nonton.

Dari film saya belajar kita nggak bisa protes apakah orang menyukai atau tidak karya kita. Harus terima apapun reaksinya, jadi film itu proses pembelajaran bagi diri saya pribadi. Semoga mengantarkan saya dapat kesempatan yang lebih baik ke depan.

Bagaimana film mengubah kepribadian Anda?
Sekarang sih setiap keluar saya berusaha bikin orang nyaman dulu. Saya bisa nemuin orang fokus apa yang harus saya kerjakan. Harus tampil seperti apa ya harus bisa membagi. Nanti kalau sudah masuk ke cangkag diri saya pribadi baru tuh mikirin masalah pribadi. Orang nggak perlu tahu permasalah pribadi saya dong.

Nah ada pepatah Jepang yang mengatakan setiap orang memiliki tiga topeng. Topeng pertama untuk dikasih ke orang banyak, satu ke keluarga, satu lagi ke diri sendiri. Ini bukan hal yang jelek menurut saya. Karena ini adalah cara untuk bertahan. Semua orang nggak harus suka sama saya, tapi saya harus melakukan yang terbaik apapun yang saya lakukan.

Harapan ke depan, pengin main film apa?
Serial militer saya sudah pernah tapi yang murni militer belum pernah. Secara fisik saya suka semua hal yang berbau militer. Secara psikologi saya ingin jadi orang jahat, saya ingin mengeluarkan sisi jahat diri saya. Untuk membuang energi negatif sekalian yang kusimpan. Selama ini kan saya selalu dapat peran positif terus. Kalau misalnya dapat peran negatif itu baguskan bisa mengeluarkan sisi negatif.

Ingin di belakang kayar lagi?
Nggaklah, di elemen produksi sudah semuanya. Kalau mungkin punya ide cerita trus kerja bareng nulis skenario.

Lawan main idaman?
Main sama Dian Sastro sudah ya. Itu film pertama dan langsung dapat Dian Sasatrowardoyo. Kalau sekarang banyak banget pemain film saya menghormarti semua. Saya harap pemain film Indonesia bisa bersatu memajukan film Indonesia.

Ibaratkanlah kelapa, semakin tua semakin banyak santannya. Begitu juga dengan Rizky Hanggono. Usia tak menghalanginya berkarya, justru film membuatnya semakin matang dalam hidup dan berkehidupan. Sukses selalu Rizky Hanggono.