Eksklusif, Putri Yana Zein: Cepat Sembuh, Love You Mami

Syaiful Bahri diperbarui 29 Des 2016, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Yana Zein lebih banyak diam saat terbaring di ruang perawatan Rumah Sakit Siloam, Jakarta Selatan. Ia masih mengenakan selang oksigen di hidungnya, sementara tangannya tak lepas dari selang infus. Yana Zein, sosok yang murah senyum itu kini tengah mengalami babak baru dalam kehidupannya. Kanker payudara stadium 4 telah merenggut kesehatannya. Ia tak lagi bisa menopang tubuhnya dengan sempurna. Bagaimana cerita perjuangan Yana Zein melawan kanker payudara?

***

Yana Zein sempat pasrah dengan hidupnya, apalagi diakuinya sudah enam kali menjalani kemoterapi melawan kanker payudara, selalu gagal. Hatinya mulai gundah dan sulit untuk tersenyum. Ditambah dengan meninggalnya sang suami, Juli 2016, membuat hidupnya kian terpuruk. Tidak ada lagi sandaran baginya untuk mencurahkan isi hatinya. Hari demi hari pun dilalui Yana Zein dengan beragam pengobatan.

Hampir putus asa, namun saat melihat dua anaknya, Aurelila dan Alika Pandora, Yana Zein perlahan mulai bangkit. Meski putus sekolah akibat tiada lagi biaya, namun dua putri cantiknya itu selalu mendampingi dan tak putus memberikan harapan atas kesembuhan ibunda tercita. Sejumlah teman dan sahabat pun kemudian menguatkan Yana Zein. Ia harus melawan kanker payudara yang diidapnya demi keluarga.

Kondisi Yana Zein kini sangat memprihatinkan. Rambut pemain sinetron Cinta di Langit Taj Mahal itu sudah habis tak bersisa. Tangan dan kakinya juga mengalami pembengkakan akibat penyebaran kanker yang dideritanya. Tubuhnya pun sudah mulai kurus dengan wajah tirus dan pucat.

"Awalnya tahu kena penyakit kanker itu takut, pasti, manusiawi, rasa takut pasti ada meski kita tegar setegar-tegarnya. Saya berusaha mencontoh survivor lain, seperti semangatnya Ria Irawan, Jupe, bahwa penyakit itu harus dilawan, bagaimanapun manusia tetap ada perasaan, harapan dan putus asa, dan itu sudah bercampur aduk," ujar Yana Zein dengan nada lemah kepada Bintang.com yang menemuinya, Selasa (27/12/2016) di ruang perawatan RS Siloam, Jakarta Selatan.

Semenjak terjun ke dunia akting di tahun 1987, Yana Zein tercatat telah membintangi film Cintaku di Rumah Susun (1987), Kutunggu Jandamu (2008), Susuk Pocong (2009). Tidak hanya itu, sejumlah sinetron pun telah dibintanginya seperti Apa Katanya Cinta (2001), Doa dan Anugerah (2002-2003), HIV + (2003), Anak Membawa Berkah (2009) dan sinetron terakhir yang ia bintangi yakni Cinta di Langit Taj Mahal (2015).

Dengan napas tersengal dan tatapan mata yang nanar, Yana Zein mengurai awal kisahnya berbalut penyakit yang menjadi salah satu pembunuh nomor satu bagi kaum perempuan tersebut. Berikut petikan wawancara lengkapnya.

2 dari 3 halaman

Kisah Pilu di Balik Airmata Yana Zein

Yana Zein sudah enam kali kemoterapi namun gagal. Kanker terus menyebar ke organ lainnya. (Deki Prayoga, DI: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Airmata Yana Zein berjatuhan seakan tak terbendung lagi saat menceritakan kisah kehidupannya yang memilukan, semenjak divonis menderita kanker payudara. Mulai dari wafatnya sang suami, hingga kedua anaknya yang putus sekolah karena tak ada biaya.

Kapan awal mulanya Anda mengetahui ada kanker payudara di tubuh?
Jadi waktu itu saya masih syuting sinetron judulnya Cinta di Langit Taj Mahal bareng Saheer Seikh dan Nabila Syakieb tahun lalu. Saat syuting itu, saya rasakan ada benjolan di payudara saya. Awalnya saya cuekin, cek ke dokternya pas libur syuting sinetron saja.

Lalu, kenapa lebih memilih bekerja dan tidak fokus berobat?
Kebetulan rezeki sinetron saya diperpanjang dan di samping itu, benjolannya semakin hari semakin besar. Saya cek ke rumah sakit. Sebenarnya kemoterapi harus dijalani, tapi karena masih ada tanggung jawab di sinetron saya bertahan dengan sakit saya. Dengan keadaan saya itu saya tetap syuting enggak mau nyusahin siapapun dan saya harus menyelesaikan pekerjaan saya di sinetron tersebut.

Lalu kapan tepatnya Anda melakukan kemoterapi? Setelah selesai syuting?
Ya, kemo akhirnya dilakukan di awal, dan itu tidak berhasil. Syuting selesai, jangka waktu itu penyakit saya semakin parah dan rasanya kayak gunung merapi mau meledak gitu. Tidak hanya itu, kami juga terkena musibah, suami saya juga meninggal dunia, bulan Juli lalu. Setelah itu saya sangat syok, dengan penyakit yang saya derita ini juga saya kehilangan orang yang selalu mendukung saya. Saya punya anak dua yang masih kecil-kecil, yang pertama namanya Aurelia Callista dan yang kedua Alika Pandora Salvine. Saya menjadi kepala rumah tangga tapi keadaan saya tidak berdaya.

Anda juga disebut pernah dalam kondisi kesehatan yang sangat drop?
Ya, selama dua bulan saya kolaps dan dirawat di RS Mayapada. Saya harus katakan, biaya dari sinetron sudah habis buat berobat alternatif di awal dan berobat di Rumah Sakit. Ditambah, biaya habis dan anak-anak putus sekolah juga, anak-anak saya putus sekolah setahun terakhir ini. Biaya habis makanya saya ikut BPJS. Sangat berterima kasih sama pemerintah adanya BPJS ini. Tapi di samping itu, saya kepala rumah tangga, harus bisa membiayai nafkah keluarga saya, berobat saya tapi sudah tidak berdaya lagi.

Sudah berapa kali Anda menjalani kemoterapi?
Sudah enam kali dan tidak berhasil bahkan terjadi penyebaran.

Apa yang membuat Anda terus berusaha tegar?
Saya berusaha tegar demi anak-anak, apapun yang terjadi penyakit ini sangat menguras tenaga, pikiran dan biaya. Saya harus tegar, mikir anak-anak, mereka harus tetap sekolah, saya tetap berobat. Ria Irawan juga, dia luar biasa, sangat mendukung saya. Dia juga sakit, survivor kanker juga. Saya menyesal dan prihatin dia kena sakit lagi, tapi dia itu saya sebut Badai. Dalam keadaan sakit tapi dia masih bisa bantu orang lain, membantu saya juga. Moga dia diberikan kelancaran kemonya, dia masih menolong saya meski dia tengah jalani kemo.

3 dari 3 halaman

Seberkas Cahaya Terang Untuk Yana Zein

Yana Zein bersukur, teman-teman banyak membantunya, terutama masalah dana dan dukungan. (Deki Prayoga, DI: Muhammad Iqbal Nurfajri/Bintang.com)

Yana Zein masih terlihat lemah usai menjalani proses kemoterapi. Tidak bisa dibayangkan, selain lelah melawan penyakit kanker payudara, ia pun lelah memikirkan nasib kedua anaknya yang saat ini sudah putus sekolah. Namun, selalu ada asa di balik derita. Selalu ada harapan jika terus berusaha. Wawancara kemudian dilanjutkan dengan ditemani anak dan ibunda Yana Zein.

Kalian selalu menemani mami ya?
Aurelia: Ya, pasti, aku ikut menemani mami. Selalu support buat mami juga, nasihatin biar makannya dibanyakin. Tidur juga yang banyak, minum obat nggak lupa, semoga cepat sehat. Love you mami.

Zein: Saya ibu kandung Yana Zein. Dari kecil dia anak yang kreatif, aktif. Dari SMP sudah membantu keluarga, dia pekerja keras sampai saat ini. Dia sakit, masih bisa main sinetron. Saya lihat sinetronnya selalu nangis karena dia tahu dia lagi sakit parah.

Yana Zein tulang punggung keluarga, lantas bagaimana menjalani kehidupan jika Yana Zein saat ini tidak bisa bekerja?
Zein: Yana sudah tidak bisa bekerja lagi. Saya ingin sampaikan ke media, kita punya tanah dan cari orang buat berbuat baik beli tanah kami dan itu untuk pengobatan Yana ditambah anak-anak semoga bisa sekolah lagi. Bisa makan, bayar listrik dan sebagainya. Selain saya, siapa lagi yang akan urus Yana. Dia sudah ditinggal suami. Sekarang hanya saya dan anak-anaknya dua. Keadaan ekonomi memang mendesak harus ada pemasukan. Makanya Yana bekerja keras walau dalam keadaan sakit. Semoga ada yang mau bantu beli tanah kami. Supaya bisa survive.

Yana Zein: Terapi sama sekali tidak murah. Pilihannya, uang untuk ke rumah sakit atau untuk biaya hidup sehari-hari untuk anak-anak. Mereka masih kecil-kecil dan sangat sabar dengan keadaan yang terjadi. Saya bersyukur punya anak-anak seperti mereka.

Saat divonis kanker payudara, apa yang Anda lakukan?
Awalnya tahu kena penyakit kanker itu takut, pasti, manusiawi, rasa takut pasti ada meski kita tegar setegar-tegarnya. Saya berusaha mencontoh survivor lain, seperti semangatnya Ria Irawan, Jupe, bahwa penyakit itu harus dilawan, bagaimanapun manusia tetap ada perasaan, harapan dan putus asa, dan itu sudah bercampur aduk.

Bagaimana tanggapan Anda tentang Ria Irawan yang sempat posting untuk membantu donasi bagi Anda?
Iya, yang mau bantu terima kasih sebanyak-banyaknya. Kita sangat berterima kasih, tapi kami tidak mau membebani orang lain. Bagi yang mengenal saya dan tidak mengenal, saya jujur terharu mau menolong saya secara pribadi. Ada Ria Irawan yang membantu, ada penggemar juga dan ada yang nggak kenal juga membantu. Saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya.

Apa yang Anda harapkan saat ini?
Saya berdia kepada Tuhan, mohon petunjuk, mohon kekuatan. Semoga saya bisa bekerja lagi, menyekolahkan anak-anak saya sampai dewasa dan bisa menafkahi keluarga lagi. Saya mau membahagiakan orangtua dan anak-anak saya. Kasih seorang ibu luar biasa, nggak ada batasnya.

Napas yang tersengal dan kondisi Yana Zein yang kembali melemah, membuat sesi wawancara kemudian dihentikan. Di ujung senyum Yana Zein seakan menyiratkan, masih ada semangat untuk terus melanjutkan kehidupan. Semua belum berakhir, selama masih ada kekuatan untuk menopang, yakni kekuatan Doa. Sebab, tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan untuk memutuskan. Semoga, Yana Zein bisa melewati getirnya episode kehidupan yang dijalani. Cepat sembuh Yana Zein.