Kisah Tragis Razan Najjar, Perawat Palestina yang Tewas Saat Hendak Menolong Lansia

Lanny Kusuma diperbarui 04 Jun 2018, 08:17 WIB

Fimela.com, Jakarta Razan Najjar, salah satu perawat Palestina ini harus mengorbankan nyawanya saat hendak menolong seorang lansia, yang terluka di pagar perbatasan Khan Younes, di selatan Jalur Gaza. Gugur saat bertugas, Razan Najjar disasar peluru tajam yang ditembakkan tentara Israel dan menembus punggungnya.

Hingga akhir hidupnya, Jumat 1 Juni 2018, Razan yang baru berusia 21 tahun ini telah membuktikan bahwa ia adalah perawat yang tangguh. Perempuan itu tak gentar bertugas di garis depan. Wajahnya yang cantik dan kinerjanya yang cekatan membuatnya bak 'malaikat' di tengah situasi penuh gejolak di perbatasan Gaza dan Israel.

Seorang perawat menangis atas kematian rekannya Razan al-Najjar di kamar jenazah di rumah sakit Khan Yunis di Jalur Gaza selatan (1/6). Razan tewas ditembak oleh tentara Israel di dekat pagar perbatasan Gaza. (AFP Photo/Kata Khatib)

"Razan Ashraf Najjar, seorang relawan paramedis, tewas ditembak di dadanya dan tewas di tangan sniper Israel saat memberikan pertolongan pertama pada korban luka di pagar perbatasan Khan Younes, di selatan Jalur Gaza," demikian dikabarkan kantor berita Palestina, WAFA, seperti dikutip dari dikutip dari CNN, Sabtu (2/6/2018).

Rqazan menjadi sasaran tembak para penembak jitu Israel, meski ia jelas-jelas mengenakan jas putih, yang menandakan profesinya sebagai paramedis. Peluru tajam sniper Israel menembus punggung hingga ke jantung. Ia kemudian meninggal dunia dalam hitungan menit.

Rasha Abdul-Rahman Qdeih, sesama paramedis, mengatakan, sebelum kejadian tersebut ia melihat lima kendaraan militer Israel muncul di perbatasan, di sisi negeri zionis. Kemudian, dua tentara mengarahkan senapannya ke arah mereka.

"Saya berteriak pada teman-teman, untuk waspada di tengah serangan tentara Israel. Kami berhasil selamat dan mengevakuasi para korban luka," kata dia seperti dikutip dari WAFA.

Perawat menangis atas kematian rekannya Razan al-Najjar di lorong rumah sakit Khan Yunis di Jalur Gaza selatan (1/6). Razan adalah sukarelawan Palestina berusia 21 tahun untuk kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. (AFP Photo/Kata Khatib)

Qdeih menambahkan, setelah melaksanakan misi mengevakuasi korban luka, paramedis kemudian kembali maju. Saat berada 20 meter dekat pagar perbatasan, mereka kembali diserang.

Akibatnya, Razan Najjar terluka parah di bagian dada, sedangkan paramedis lain, Rami Abu Jazar terkena pecahan peluru di tulang paha dan tangan kirinya.

2 dari 3 halaman

Keterangan Saksi

Saksi lain, Ibrahim Najjar mengatakan, saat kejadian, Razan berniat memberikan pertolongan pertama kepada seorang lansia yang berada di antara para demonstran yang terluka di dekat perbatasan. Perempuan tangguh itu tetap berupaya keras, meski matanya sakit bukan kepalang gara-gara semburan gas air mata Israel.

"Razan mengenakan jas putih, simbol paramedis jelas terpampang," kata Najjar. Setelah ditembak, Razan sempat dilarikan ke rumah sakit.

Perawat menangis atas kematian rekannya Razan al-Najjar di lorong rumah sakit Khan Yunis di Jalur Gaza selatan (1/6). Razan adalah sukarelawan Palestina berusia 21 tahun untuk kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza. (AFP Photo/Kata Khatib)

"Saya membawanya sampai ambulans. Saat itu dia masih hidup. Saya menemaninya di dalam ambulans menuju ke rumah sakit, beberapa menit sebelum dia meninggal."

Salaheddin Rantisi, direktur rumah sakit lapangan tempat Razan dievakuasi, mengatakan bahwa korban tiba dalam kondisi kritis. Para dokter memasangkan tabung udara melalui trakea untuk membantunya bernapas.

"Sayangnya, Razan menderita pendarahan internal dan bukan eksternal, khususnya di daerah dada. Peluru itu tampaknya mengenai arteri utama di jantung," tambah dia.

3 dari 3 halaman

Dalih Israel

Para pejabat Palestina dan kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia melancarkan kritik ke militer Israel karena menggunakan kekuatan mematikan terhadap para pengunjuk rasa yang sebagian besar tidak bersenjata.

Dalam sebuah pernyataan, Israel Defense Forces (IDF) berdalih pihaknya telah bertindak sesuai aturan. Pihak militer negeri zionis juga mengatakan, sebuah kendaraan tempurnya menjadi target penyerangan.

Pelayat membawa jasad perawat Palestina, Razan Najjar saat pemakamannya di Kota Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (2/6). Razan ditembak tentara Israel saat memberi pertolongan pada korban luka di tengah demonstrasi di Gaza. (AP Photo/Khalil Hamra)

Tersangkanya diidentifikasi melintasi pagar keamanan di Gaza utara dan menanam granat yang meledak. Awal pekan ini, Israel melakukan lusinan serangan udara pada target di Gaza sebagai tanggapan terhadap apa yang disebut rentetan tembakan roket dan mortir terbesar dari Jalur Gaza sejak perang tahun 2014.

IDF mengatakan, pihaknya menghitung lebih dari 100 peluncuran roket dan rudal dari sisi Hamas. Israel menanggapinya dengan melancarkan lebih dari 60 serangan udara terhadap target di wilayah itu.

Lebih dari 120 warga Palestina tewas di tengah demonstrasi memperingati 70 tahun Nakba sejak 30 Maret 2018. Nakba adalah peristiwa tatkala hampir satu juta orang Palestina dipaksa meninggalkan kampung halamannya, untuk membuka jalan bagi berdirinya negara Israel. Dan kini, mereka menuntut kembali.

 

Penulis: Elin Yunita Kristanti

Sumber: Liputan6.com