True Story! Kisah Cinta Para Tokoh Bangsa yang Tak Banyak Dibicarakan Orang

fitriandiani diperbarui 20 Agu 2018, 16:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap peristiwa pasti punya berbagai sisi cerita, termasuk peperangan sebelum kemerdekaan Indonesia puluhan tahun silam. Di balik kisah pertikaian yang mencekam dan sarat politik, ada kisah cinta yang memberi bumbu-bumbu manis.

Soal Bung Karno dan istri-istrinya mungkin sudah biasa dibicarakan banyak orang. Tapi, di sisi dan di belakang Bung Karno, masih banyak pejuang lain yang mungkin memiliki kisah sama.

Mereka mungkin jatuh cinta, tapi terpaksa mengesampingkan cinta itu demi pergi ke medan perang, memperjuangkan kemerdekaan. Mereka mungkin memiliki istri dan anak yang juga terpaksa mereka tinggalkan demi panggilan bangsanya.

Beberapa dari mereka berhasil kembali ke pelukan satu sama lain, namun tak sedikit pula yang penantiannya dijawab oleh kabar kematian yang tercinta. Yang hilang begitu saja tanpa kabar? Ada, pasti banyak.

Masih dalam suasana Kemerdekaan Indonesia, kita bahas kisah cinta para tokoh bangsa yang pasti sering kamu dengar namanya yuk!

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Jenderal Sudirman

Kutipan #2 | via: kaskus.co.id

Kebolehan Jenderal Soedirman dalam memimpin perang gerilya sudah jadi pembicaraan sejak dahulu, tapi kisah cintanya?

Dalam buku Soedirman & Alfiah: Kisah-Kisah Romantis Panglima Besar Jenderal Soedirman Karya E. Rokajat Asura, dikatakan bahwa Sang Panglima Besar memiliki kasih yang besar terhadap istrinya dan anak-anaknya. Di tengah peperangan pun sang Jenderal tetap memikirkan istrinya dan kerap mengirimkan hadiah berupa pakaian baru dan bedak.

Pernah juga, Jenderal Soedirman membelikan istrinya jepit rambut. Konon jepit rambut itu disimpan sampai Alfiah mengembuskan napas terakhirnya.

3 dari 4 halaman

Daan Mogot

Nama jalan Daan Mogot diambil dari nama seorang pahlawan nasional kelahiran Manado.

Namanya dikenal sebagai nama sebuah jalan sepanjang 27,5 km yang melintasi kawasan Jakarta Barat dan Tangerang ini. Kamu yang biasa beraktivitas di arah sana pasti tahu. Jalan tersebut memang sudah lama ada, sayang pemilik namanya tak berusia lebih lama daripada jalan tersebut.

Elias Daniel Mogot, masih berusia belia ketika ia gugur dalam perang. Ia merupakan pria keturunan Manado asli. Pangkatnya Mayor ketika ia menjalankan misi pelucutan senjata ke markas Jepang di Lengkong. Singkat cerita, misi tersebut gagal dan Daan Mogot tewas di tempat. Kematiannya tersebut diceritakan melukai hati seorang gadis berna,a Hadjari Singgih.

Dikisahkan Alexander Evert Kawilarang, sepupu Daan, dalam buku biografinya Untuk Sang Merah Putih (1998), Daan Mogot pernah tinggal di rumah keluarga besar Singgih pada tahun 1945. Hadjari merupakan salam satu anak perempuan di rumah itu, yang menyenangi diskusi politik.

Kabarnya Hadjari dan Daan Mogot punya hubungan istimewa, dan ketika Daan Mogot dimakamkan, Hadjari memotong rambutnya yang menjuntai sepinggang lalu mengubur potongan rambut itu bersama jenazah Daan Mogot. Ia pun berjanji takkan memanjangkan rambutnya lagi sejak saat itu.

4 dari 4 halaman

Cut Nyak Meutia

Pameo yang mengatakan perempuan adalah insan lemah, terbantahkan oleh semangat juang Cut Nyak Meutia ketika melawan Belanda.

Salah satu pahlawan wanita dari Aceh ini mengalami kisah cinta yang cukup pilu akibat perang. Sepanjang hidupnya, ia tiga kali menikah. Pertama dengan Teuku Syamsyarif yang merupakan perjodohan orang tuanya. Namun, pernikahan tersebut tak berlangsung lama karena Meutia merasa tidak ada kecocokan. Suami pertamanya itu dianggap lemah dan cenderung bersahabat dengan Belanda, beda dengan dirinya yang dengan segenap hati memberontak setiap penindasan.

Setelah perpisahan itu, ia menikah denga adik dari Syamsyarif yakni Teuku Chik Muhammad atau dikenal dengan nama Teuku Chik Tunong. Bersamanya, Meutia benar-benar jatuh hati. Mereka berdua punya prinsip hidup dan pandangan yang sama terhadap penjajah.

Meutia dan Tunong pun bersinergi melakukan pemberontakan demi pemberontakan hingga membuat Belanda 'gerah'. Pada sebuah operasi, Tunong tertangkap dan diputuskan menerima hukuman mati. Eksekusi hukuman tersebut dilakukan beberapa hari setelah Meutia melahirkan anak kembar mereka, tapi anaknya pun kemudian meninggal.

Teuku Chik Tunong cinta Cut Meutia sampai akhir hayatnya. Pada pertemuan terakhir menjelang eksekusi, Cut Meutia menerima wasiat dari Tunong untuk menikah dengan sahabatnya, Pang Nanggroe. Keduanya kembali jadi teman berjuang di medang perang sampai lagi-lagi, maut memisahkan. Dalam sebuah pertempuran, Pang Nanggroe tewas. Cut Meutia sendiri tewas dalam sebuah pertempuran lain beberapa tahun setelahnya.