Eksklusif Dian Sastrowardoyo, ingin lepaskan sosok Cinta dan Nicholas Saputra

Anto Karibo diperbarui 09 Okt 2018, 07:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Siapa penggemar film Indonesia yang tak tahu film Ada Apa Dengan Cinta (AADC)?. film yang dirilis pada 2002 itu melambungkan nama Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra. Peran mereka sebagai Cinta dan Rangga begitu melekat di benak penonton.

***

Setelah 14 tahun, dibuatkan sekuelnya yaitu AADC 2. Film yang dirilis pada 2016 itu juga meraih sukses. Tak heran ketika pasangan Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra masih berada di hati segenap penikmat film Indonesia. Menurut Dian tak gampang ketika dirinya ingin keluar dari sosok Cinta dan imej romantis bersama Rangga (Nicholas Saputra) di dua film AADC tersebut.

What's On Fimela
Dian Sastrowardoyo, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

"Rada susah ya. Karena mungkin selama ini orang belum bisa melepas kita dari AADC, termasuk imej Cinta. Persepsi itu yang udah pakem banget," kata Dian Sastrowardoyo kala menyambangi kantor KLY, Gondangdia, Jakarta Pusat, belum lama ini.

Selain di dua film AADC, Dian dan Nico sempat bermain bersama di 3 Doa 3 Cinta dan film pendek Drupadi di tahun 2008, tapi tak terlalu berhasil. Kesan sebagai Rangga dan Cinta masih terasa melekat.

Setelah kembali bikin baper di AADC 2, keduanya kembali bermain bersama di film Aruna dan Lidahnya. Film produksi Palari Films ini juga dibintangi Oka Antara dan Hannah Al Rashid. Lewat film yang sedang tayang di bioskop ini, Dian Sastrowardoyo berharap bisa melepas kesan romantis dengan Nicholas Saputra maupun imej sebagai Cinta.

Ada banyak alasan kenapa perempuan kelahiran 36 tahun lalu ini bermain di film yang diadaptasi dari buku laris tersebut. Selain bisa bermain lagi bersama Nico, Dian mengakui drama romantis dengan latar dunia kuliner merupakan sesuatu yang menarik.

Dian Sastrowardoyo, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Dian Sastrowardoyo memang ingin lepas dari imej film pertamanya yang telah mengangkat namanya sedemikian rupa. Namun, di sisi lain ia tetap bersyukur dengan impact yang sangat besar tersebut.

Lalu seperti apa usaha Dian Sastrowardoyo untuk tetap dikenang dengan peran-perannya maupun menghapus imej sebagai sosok Cinta? Apa saja yang membuatnya merasa antusias bermain di film Aruna dan Lidahnya? Lalu apa yang membuat Dian Sastrowardoyo berkeinginan untuk memberikan tontonan yang bermutu namun bisa dicerna masyarakat.

2 dari 3 halaman

Tak lagi mesra di Aruna dan Lidahnya

Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Kalau di tiga film sebelumnya, terutama AADC, Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra selalu diceritakan saling tertarik dan menjalin percintaan. Namun itu tak terjadi di film Aruna dan Lidahnya, dimana keduanya dipertemukan dalam latar dan nuansa yang berbeda.

Seperti apa karakter yang dimainkan di film Aruna dan Lidahnya?

Aku memerankan Aruna tokoh utama di film ini. Dia ini ceritanya umurnya di pertengahan 30 dan masih single. Ia merasa bahagia sebagai seorang single. Tapi sebenarnya agak pemalu dan tertutup kalo menghadapi cowok yang dia suka. Aruna ini ahli wabah yang bekerja di bidang Kesehatan Masyarakat dan mempunyai passion utama: makan.

Apa garis besar ceritanya?

Jadi intinya, Aruna ini ditugaskan untuk menginvestigasi kasus flu burung yang mewabah di beberapa tempat di Indonesia. Dia mengajak dua orang temannya, seorang koki profesional Bono yang ingin menemukan resep-resep autentik kuliner Indonesia, dan kritikus kuliner Nad yang mau menulis buku. Di dalam perjalanan ke beberapa daerah ini, Aruna ketemu Farish yang jadi bagian dari kisah cintanya di masa lalu. Dari situ mulai muncul berbagai konflik dengan latar kuliner nusantara.

Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Apa pertimbangannya bermain di film ini?

Banyak banget alasannya karena film ini memang menarik banget seperti juga bukunya. Di film ini ada drama ada komedi dan disampaikan dengan cara yang beda. Terus juga ada tema kuliner Indonesia yang belum banyak diangkat. Ini juga kesempatan aku main bareng lagi sama sahabat aku, Nico (Nicholas Saputra).

Kenapa mau bermain dengan Nicholas Saputra lagi?

Selama ini kan kalau aku main film bareng Nico selalu diceritakan terlibat dalam situasi yang romantis atau punya hubungan percintaan. Tapi kali ini kita ceritanya jadi sahabat, jadi seperti di kehidupan kita sehari-hari. Ini menurut aku jadi kesempatan yang gak boleh dilewatin lah.

Masih terbawa sama aura AADC?

Justru selama ini kita gak pengen orang-orang terpaku pada satu genre aja. Dan mungkin selama ini orang belum bisa melepas imej kita dari Ada Apa dengan Cinta. Karena emang persepsi itu yang udah pakem banget. Dan tugas kami sebagai aktor justru yang gak boleh terpaku pada itu. Aku dan Nico sudah sering kerjasama juga. Kita coba buktikan di film ini bisa lepas dari imej romantis atau dari imej Rangga dan Cinta.

Sebelumnya ada usaha buat melepas imej itu?

Di film 3 Doa 3 Cinta, di situ aku jadi pedangdut yang mencoba merayu santri yang alim banget yang diperankan Nico. Lalu di Drupadi, di film ini kita mendapatkan kesempatan untuk selalu mengubah pola pikir dan cara lihat masyarakat. Tapi mungkin karena di film pendek jadi nggak terlalu menarik perhatian.

Bukankah lekat dengan sebuah peran juga dianggap keberhasilan?

Aku selalu senang dengan peran yang beda di tiap film. Tapi kalau orang sampai mengenang peran kita dalam satu film dalam waktu lama, kita bersyukur juga. Karena berarti kita juga berhasil. Tapi kayaknya gak boleh terlalu lama larut dalam satu peran, kita jadi merasa cepat puas.

Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Sudah lama bersahabat dengan Nicholas Saputra, ada pengaruhnya ke karir?

Pastinya ada tapi rasanya nggak terlalu besar. Karena aku yakin Nico punya punya pertimbangan sendiri, demikian pula dengan aku. Kita biasanya baru berdiskusi setelah terlibat bareng dalam satu film. Kalau mengambil kerjaan sih gak sampai seperti itu ya. Saya gak ngambil film bukan karena ada Nico-nya juga. Kita nggak janjian.

Apa pengalaman paling berkesan selama syuting Aruna dan Lidahnya?

Banyak yang berkesan. Tapi yang paling diingat, berat badan naik karena kebanyakan makan, hahaha. "Berat kita semua naik, karena makannya nggak cuma lagi take, pas selesai pun makan lagi. Sekali take aja, sekali adegan makan itu kita kayak 8 kali atau 17 kali take. Kita dalam satu kali take bisa abis setengah mangkok, jadi kalau 17 kali take ya itung aja, berarti udah berapa mangkok tuh, hahaha.

Harapan terhadap film Aruna dan Lidahnya?

Bagi aku dan mungkin Nico, mudah-mudahan film ini bisa mengubah persepsi dan imej sebagai Rangga dan Cinta. Aku juga berharap film ini bisa menyajikan hiburan yang menarik dan menambah wawasan, terutama dalam hal kuliner di Indonesia.

3 dari 3 halaman

Ingin film bermutu namun ringan

Dian Sastrowardoyo, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Sebagai pelaku industri perfilman, Dian Sastrowardoyo merasa perlu untuk memberikan edukasi kepada penikmat film di Tanah Air. Ia berharap masyarakat bisa mendapatkan asupan yang bermutu lewat media film meski tetap ada unsur menghibur.

Ada keinginan yang belum tercapai di dunia akting?

Lebih kepingin kerjasama dengan kawan lama sebenarnya. Saya sama teh Nia Dinata aja belum pernah kerjasama ya. Padahal kenalnya udah lama. Jadi ada beberapa teman yang belum ada kesempatan kerjasama padahal kita udah kenal lama.

Siapa yang pertama kali mengantarkan Dian Sastrowardoyo ke dunia film?

Ada banyak orang sih. Mungkin lebih ke film yang menginspirasi aja ya, yang membuat saya akhirnya tertarik menekuni dunia film. Ada dua film yang membuat saya tertarik terjun ke dunia film, yaitu Dead Poets Society dan Good Will Hunting. Itu dua film yang berkesan banget.

Dian Sastrowardoyo, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Apa alasannya?

Ya karena ceritanya sanga berkesan, akting pemainnya juga. Dua film itu selalu ada di benak aku dalam waktu yang lama banget. Tapi dulu nggak pernah kepikiran bakalan main film. Karena waktu itu perfilman Indonesia lagi gak produksi, lagi lesu, paling adanya sinetron, dan video klip.

Tapi akhirnya bisa main film?

Iya begitu ada kesempatan, aku terima tawaran bermain film. Waktu itu dalam pikiran aku, dua film tadi bikin aku yakin kalau film bisa menjadi propaganda dan memberikan pengaruh, persepsi dan pemikiran orang-orang.

Lalu bagaimana dengan perfilman Indonesia sekarang?

Aku dulu sangat merindukan film Indonesia yang berkualitas. Aku berharap orang Indonesia bisa diberikan tontonan lewat flm yang bermutu, agar pemikirannya juga terdidik. Tentu tetap ada unsur menghiburnya.Dan sekarang terjadi di film Indonesia. Banyak sekali genre yang diproduksi di sini. Bukan cuma tentang percintaan atau komedi, ada film biopik, action dan lain sebagainya.

Kenapa mau berikan tontonan bermutu?

Menurut aku industri film yang ideal itu terjadi ketika asupan tontonan film kepada masyarakat bisa lebih bagus dan bermutu. Tapi memang yang jadi pertanyaan aku adalah pasar kadang nggak mau dikasih tontonan yang ‘bergizi’. Mereka maunya dikasih tontonan mecin.

Dian Sastrowardoyo, pemain film Aruna dan Lidahnya. (Fotografer: Bambang E. Ros, Digital Imaging: Muhammad Iqbal Nurfajri /Fimela.com)

Jadi merasa mendapat pekerjaan rumah?

Iya tontonan bermutu harus tetap kita usahakan. Sekarang kita sebagai aktor, yang bisa kita berikan adalah menampilkan yang terbaik. Dan film yang seperti itu (bermutu) juga tetap harus bisa dinikmati. Kita harus bisa package secara bagus dan berkualitas tapi mudah dicerna dan menghibur.

Ada keinginan berkiprah di balik layar?

Ada banget. Aku selalu tertarik dengan pekerjaan di belakang layar. Ya, Insay Allah pengen belajar jadi sutradara dan bisa jadi sutradara suatu saat nanti.

Setiap orang tentunya memiliki target pribadi. Demikian juga dengan Dian Sastrowardoyo. Pemain film AADC dan Aruna dan Lidahnya ini berharap bisa memberikan edukasi dan sesuatu yang bermutu kepada masyarakat melalui film-filmnya.