Didiet Maulana ucapkan terima kasih kepada Miss Grand International 2018 asal Malaysia

Nabila Mecadinisa diperbarui 16 Okt 2018, 12:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Gelaran Miss Grand International 2018 menimbulkan kontroversi yang membuat masyarakat Indonesia geram. Kemarahan ini disebabkan oleh Miss Grand International 2018 dari Malaysia, Debra Jeanne Poh mengunggah foto dirinya pada akun media sosial dengan balutan busana bermotif Batik Parang.

Busana tersebut merupakan atasan crop top dengan aksen lengan lonceng dari Dona Plant Base yang merupakan seorang batik enthusiast asal Malaysia dengan deretan rancangan busana bergaya tropis dan menggunakan batik sebagai tema dari setiap rancangannya.

Kemarahan para netizen dipicu akibat Sanjeda John yang merupakan pemenang Miss Grand Malaysia 2017 mengakui bahwa batik tersebut berasal dari Malaysia. Alhasil, masyarakat Indonesia pun geram dan kasus ini sukses menarik pusat perhatian.

Pada kesempatan ini, Tim FIMELA pun berkesempatan untuk mencari tahu langsung apa pendapat seorang desainer ternama Didiet Maulana atas kasus yang sedang heboh ini. Saat dihubungi, Didiet pun mengungkapkan perasaannya.

Ia justru berterima kasih kepada Miss Grand International dari Malaysia, Debra Jeanne Poh. Didiet melihat sisi positif dari batik bermotif parang yang dikenakan Debra tersebut.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Batik Parang digunakan Miss Grand International 2018 dari Malaysia

 

"Dari sisi desainer, di titik ini aku berterima kasih atas statement yang diberikan oleh Miss Grand Malaysia. karena kalau tidak begitu, anak muda kita tidak terusik untuk memahami dan mendalami motif parang. Dengan kejadian ini maka menyadarkan muda-mudi untuk mendalami dan melestarikan Batik Parang. Apalagi kini Sekarang anak muda ketika merespon suatu pernyataan selalu meriset terlebih dahulu, sehingga data yang diungkapkannya pun memiliki dasar yang kuat." Ungkap Didiet.

Didiet pun menjelaskan makna di balik batik motif Parang itu sendiri. Parang merupakan turunan dari kata pereng atau tebing. Maknanya pun beragam dan motif ini memiliki corak turunan. Namun, Batik Parang merupakan motif daleman. Di mana, hanya kaum bangsawan keraton saja yang boleh mengenakan kain ini.

Dan menurut Didiet, sisi positif dengan adanya isu ini justru akan semakin mempopulerkan Batik Parang sehingga lebih dikenal. Kasus ini seakan mengingatkan dirinya kala kekayaan wastra Indonesia di klaim oleh Malaysia beberapa tahun silam, hingga akhirnya menggerakkan Didiet Maulana untuk melestarikan kain Tenun Ikat lewat karya-karya yang dihasilkan sehingga lebih mudah diterima di masyarakat.