Hati-hati stres menyebabkan kekerasan dalam rumah tangga

Anisha Saktian Putri diperbarui 05 Nov 2018, 18:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Kekerasan dalam rumah tangga terutama pada anak memang kerap terjadi di Indonesia. Bahkan, baru-baru ini kasus pembunuhan keluarga terjadi di Palembang.

Kondisi masyarakat Indonesia, menurut Psikolog Elizabeth T. Santoso, M.Psi, Psi, SFP, ACC, banyaknya kasus kekerasan yang terjadi hingga saat ini belum dapat dihentikan.

Misalnya saja, kekerasan kepada anak dipicu dari ketidakbahagiaan suami dan istri dalam rumah tangga. Nampaknya banyak sekali amarah yang dirasakan manusia sehingga tak lagi terbendung hingga dilampiaskan kepada orang terdekat.

“Bayangkan, hanya gara-gara cekcok di lalu lintas saja dapat memicu kemarahan pengendara hingga berakhir maut. Bicara tentang kekerasan, pasti berhubungan dengan tingkat emosi,” ujarnya saat ditemui dalam acara workshop Tension and Trauma Releasing Excerises (TRE) di Jakarta, Jumat (2/11).

Tantangan hidup yang semakin berat, trauma masa lampau, tekanan dari pekerjaan dan tuntutan pemenuhan standar gaya hidup seringkali menimbulkan stres. Dari stres tersebutlah, bisa menimbulkan kekerasan dalam keluarga.

2 dari 2 halaman

Penyebab lainnya

Selain stres, Elizabeth mengatakan kekerasan juga bisa terjadi dikarenakan perilaku negatif seperti gaya hidup tidak sehat, contohnya merokok, napza, alkohol, dan kurang aktivitas fisik.

Trauman pun dapat menyebabkan reaksi yang intens, seperti ketakutan, kemarahan, kesedihan, ataupun rasa bersalah, bila tidak "diintervensi" akan berdampak panjang dan termanifestasi dengan munculnya gangguan fisik dan emosi.