Penting! Prosedur Anestesi Jelang Operasi yang Wajib Kamu Tahu

Fimela diperbarui 31 Jan 2018, 17:00 WIB

Anestesi memang kerap digunakan ketika kita akan melakukan operasi. Dalam memberikan anestesi tidak bisa sembarangan, melainkan ada beberapa tahapan yang mesti dilakukan ketika melakukannya.

Menurut dr. Anna Surgean Veterini, SpAn KIC dari Rumah Sakit Bedah Surabaya (RSBS), bahwa sebelum seseorang menjalani sebuah tindakan anestesi, menjelang dan setelah operasi ada beberapa tahapan yang pasien dan keluarganya harus mengetahuinya.

Pertama, sebelum tindakan operasi seorang dokter anestesi akan melakukan pemeriksaan kepada pasien. “Pemeriksaan itu sangat penting sebab dokter anestesi bisa melihat bagaimana kondisi psikis si pasien, sejauh mana kesiapan mentalnya,” ujar Anna di dalam siaran pers yang diterima oleh redaksi Vemale.com.

Menjelang dilakukan anestesi, dokter anestesi yang dibantu perawat selalu menanyakan tentang riwayat pasien diantaranya, apakah pasien pernah mengidap suatu penyakit, apakah alergi terhadap jenis obat-obatan tertentu, apakah menjelang operasi tersebut juga tengah mengkonsumsi obat-obat jenis tertentu pula, operasi itu sendiri karena akibat kecelakaan atau tidak.

“Ini adalah standar yang harus dilalui sebelum dilakukan anestesi menjelang masuk kamar operasi. Pemeriksaan standar tersebut sangat penting sebab itu sesuai dengan treatment sekaligus jenis obat anestesi yang akan dimasukkan ke dalam tubuh pasien,” papar Anna yang juga menjelaskan bahwa sebelum operasi dilakukan pasien juga harus menjalani puasa dalam waktu tertentu.

Anestesi sendiri ada tiga macam. Pertama ada general anestesi yaitu dimana pasien ditidurkan selama jalannya operasi berlangsung. Kedua, regional anestesi, dimana yang dianestesi atau yang dimatirasakan hanya separuh bagian tubuh, misalnya dalam kasus ibu yang menjalani operasi caesar. Sedang yang ketiga adalah periperal nerve block atau anestesi hanya pada bagian-bagian yang dioperasi saja.

“Misalnya kalau yang luka adalah tangan dan mau dijahit maka hanya sekitar luka saja yang disuntik supaya mati rasa agar pasien nyaman tidak kesakitan selama jalannya operasi,” tambah Anna.

Setelah operasi, masih ada tindakan lanjutan yang harus dilakukan, yaitu begitu keluar dari kamar operasi kemudian dimasukkan ke ruang recovery room (RR) atau ruang pulih sadar.

Setelah dua jam di RR, bagi pasien yang tidak terlalu berat operasinya, maka bisa langsung dipindah ke kamar rawat inap.

Tetapi kalau selama di RR kondisinya kurang bagus maka akan langsung dimasukkan ke ICU supaya bisa dipantau lebih cermat.

“Tetapi ada operasi berat misal pembedahan kepala, usia lanjut atau selama operasi mengalami pendarahan cukup banyak maka usai keluar ruang operasi biasanya langsung dimasukkan ke ruang ICU untuk dipantau,” jelas Anna.

Untuk operasi tertentu yang paska operasi menimbulkan nyeri maka dokter anestesi akan memberikan obat tambahan sebagai penghilang rasa sakit agar pasien lebih nyaman. Kendati semua sudah direncanakan dengan sangat baik sesuai dengan standar, tetapi yang perlu ditegaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa sekecil apapun dalam sebuah tindakan medis tidak ada yang tidak mengandung resiko. Karena itu sebelum operasi dilakukan seorang dokter harus memberikan inform consent atau penjelasan yang cukup kepada pasien atau keluarganya tentang hal-hal tersebut.

“Penjelasan ini sangat penting agar pasien atau keluarganya bisa memahami meski seorang dokter sudah menjalankan tindakan sesuai dengan standar tetapi dalam hal-hal tertentu bisa terjadi di luar kendali,” ujarnya.

Anna pun menyarankan minta agar selama operasi keluarga bisa menunggu sehingga kalau terjadi sesuatu maka dokter bisa segera memberitahu kepada keluarga pasien.

(vem/asp/apl)
What's On Fimela