Lawan Seksualisasi Olahraga, Jerman Pilih Baju Senam Tertutup saat Olimpiade Tokyo 2020

Hilda Irach diperbarui 27 Jul 2021, 10:37 WIB

Fimela.com, Jakarta Tim senam putri Jerman memakai seragam senam yang berbeda di Olimpiade Tokyo 2020. Mereka memilih baju yang lebih tertutup dengan bodysuit berpotongan panjang saat menjalani kualifikasi, Minggu (25/07/2021).

Biasanya, pesenam putri identik menggunakan seragam leotard mirip bikini yang telah dikenakan oleh pesenam putri sejak tahun 1970-an. Seragam itu mengikuti bentuk tubuh, menutupi lengan, dan hanya sampai bagian panggul.

Namun, Tim yang terdiri dari Sarah Voss, Pauline Schaefer-Betz, Elisabeth Seitz dan Kim Bui ini bertanding di Olimpiade Tokyo 2020 dalam balutan unitard merah putih yang merupakan kombinasi leotard dan legging hingga mata kaki.

Sarah Voss mengungkapkan hal ini merupakan sebagai bagian dari kampanye agar perempuan bisa mengenakan apapun yang membuat mereka lebih baik dan merasa nyaman. Dia berharap, aksinya bisa menjadi inspirasi bagi pesenam putri lainnya.

"Kami ingin memastikan semua orang merasa nyaman dan kami menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka dapat mengenakan apa pun yang mereka inginkan dan terlihat luar biasa, merasa luar biasa, apakah itu dalam triko panjang atau pendek,” katanya, dikutip Reuters.

 
What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Menentang seksualisasi olahraga

Identik dengan seragam leotard mirip bikini, pesenam putri Jerman justru memilih pakaian tertutup saat Olimpiade Tokyo 2020. (FOTO: Instagram/sarahvossi).

Sebelumnya, bodysuit ini telah digunakan mereka pada kejuaraan Eropa bulan April lalu. Voss mengungkapkan ini juga menjadi langkah yang bertujuan untuk melawan seksualisasi olahraga. "Kami ingin menjadi panutan dalam hal apapun, untuk membuat semua orang memiliki keberanian untuk mengikuti kami," ujar Voss.

“Kami berharap pesenam yang tidak nyaman dengan pakaian biasa akan merasa berani untuk mengikuti contoh kami," kata Voss kepada BBC saat itu.

Keputusan Jerman untuk memakai unitard membuat mereka mendapat pujian dari sesama pesaing di Tokyo.

“Aku merasa mereka sangat keren karena memiliki nyali untuk berdiri di arena yang begitu besar dan menunjukkan kepada gadis-gadis dari seluruh dunia bahwa kamu dapat mengenakan apapun yang kamu inginkan," kata pesenam Norwegia Julie Erichsen. "Saya memuji mereka untuk itu." sambungnya.

Peristiwa ini sontak viral di jagat media sosial. Tak sedikit netizen yang mendukung aksi pesenam Jerman. “Jika pria bisa mengenakan pakaian full body, maka perempuan juga bisa,” komentar netizen.

Sebagai informasi, dalam beberapa tahun terakhir kasus pelecehan seksual di dunia olahraga marak terjadi. Untuk itu, peristiwa inilah yang mendorong pengenalan protokol keselamatan baru yang dimaksudkan untuk melindungi atlet.

#Elevate Women