Rayakan Hari Film Nasional Netflix Tambah Deretan Film Indonesia dan Gelar Lokakarya Bersama JAFF

Lanny Kusuma diperbarui 30 Mar 2024, 18:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Netflix terus menunjukkan komitmennya mendukung industri film Indonesia. Merayakan Hari Film Nasional yang jatuh hari ini (30/3/2024), Netflix pada Rabu (27/3) lalu mengumumkan deretan film Indonesia baru di Netflix, termasuk Budi Pekerti, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film, dan 13 Bom di Jakarta

“Sejalan dengan perayaan Hari Film Nasional pada tahun ini, Netflix kembali menegaskan komitmennya untuk membuka jalan bagi film-film Indonesia agar dapat diakses secara global di 190 negara serta meningkatkan kualitas film-film Indonesia dengan berinvestasi pada para pekerja film indonesia," Director of Public Policy, SEA, Netflix, Ruben Hattari dalam konferensi pers yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (27/3).

Dalam kesempatan tersebut Content Lead Netflix Indonesia Rusly Eddy, mengatakan jika tahun ini ia menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk hadir di platform Netflix.

"Kami menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang sudah tayang di bioskop dan akan tayang eksklusif di Netflix, baik yang tahun lalu, termasuk lebih banyak yang tayang tahun ini. Hampir setiap minggu ada film Indonesia baru," tuturnya.

2 dari 3 halaman

Lokakarya Bersama JAFF

Sutradara, Produser, dan Founder JAFF Ifa Isfansyah. [Foto: Netflix]

Bentuk nyata lain yang dilakukan Netflix untuk mendukung insutri film Indonesia adalah salah satunya menggelar lokakarya singkat bertajuk What They Don't Talk About When They Talk About Film Production, yang mengangkat topik yang berfokus pada aspek administratif dan legalitas dalam produksi film.

"JAFF berinisiatif bersama Netflix di Hari Film Nasional ini, kita mengadakan workshop yang fokus pada legal aspek dan juga semua urusan paperworks-nya. Kita bicara tentang clearance, semua elemennya, apa sih yang harus dilakukan untuk mengamankan dengan tepat lisensi film?" kata Sutradara, Produser, dan Founder JAFF Ifa Isfansyah.

Lebih lanjut, disampaikan workshop ini diharap membawa perubahan baik dalam proses produksi film. "Karena film Indonesia ini tumbuh secara maasive dan tidak semuanya belajar dari sekolah, dari komunitas, rasanya memang sudah menjadi tugas salah satu fungsi film festival bersama dengan Netflix untuk mengisi gap ini dan harapannya dari sini precisely film making sudah mulai terisi," jelas Ifa.

3 dari 3 halaman

PR Perfilman Indonesia

Prilly Latuconsina [Foto: Netflix]

Di tengah kondisi perfilman yang tumbuh positif, masih ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dikerjakan untuk membuat industri film Indonesia tetap berada di jalur hijaunya. "Saya sangat yakin sekali kalau PR terbesar industri film Indonesia adalah archiving, karena apapun yang kita lakukan ini semua yang diperjuangkan teman-teman di sini itu enggak akan ada artinya kalau tidak bisa dibaca generasi serats tahun lagi. Sekarang kita mencari film-film awal Indonesia juga susah sekali," kata Ifa.

"Archiving ini PR sekali, tapi memang bukan PR yang simple ini pekerjaan rumah semuanya dan membutuhkan dana yang besar, pekerjaan yang besar, kedepannya ini penting sekalisampai titik ini," lanjut Ifa.

Aktris dan Produser Prilly Latuconsina yang juga berada di acara tersebut pun menyampaikan pandangan tersendiri terkait pekerjaan rumah yang harus dikerjakan untuk industri film negeri ini. 

"Salah satu PR yang aku hadapi, karena aku di divisi marketing, menurut aku PR juga di promosi dan marketing film-film Indonesia. Aku melihat banyak sekali film-film Indonesia yang sebenarnya berpotensi, bagus banget, tapi kenapa kita tidak bisa marketing-in film sendiri sampai seperti film-film Korea, yang bisa mendunia, disukai sama banyak orang di dunia, bahkan sudah bisa masuk Oscar," tutur Prilly. "Mungkin bisa terjawab dengan kehadiran Netflix, kita bisa masuk dan mendistribusikan film kita, bisa ditonton sama (penduduk) dunia," lanjutnya.

Produser
Taufan Adryan. [Foto: Netflix]

Pandangan berbeda pun disampaikan produser taufan Adryan, menurutnya yang menjadi PR film maker adalah tentang bagaimana membangun kepercayaan audience kepada mereka, begitu juga sebaliknya.

"PR yang semua kita sedang kerjakan hari ini adalah trust, baik dari sudut pandang film maker terhadap audience pun dari audience ke film maker. Aku rasa ini itu fase atau satu era yang menarik sekali buat industri perfilman Indonesia karena kita berkembang tidak sendiri, tetapi audience juga mulai kenal bukan cuma film-film Hollywood ya, tetapi juga film Indonesia dan Asia lainnya," kata produser Taufan Adryan yang juga jadi salah satu narasumber di acara tersebut..

"Aku rasa dengan terus mengembangkan segala aspek dari perfilman yang kita punya, PR build the trust secara dua arah itu jadi hal yang sedang dilakukan dan terus menerus menjadi PR film maker," tandasnya.