Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit serius yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar kita.
Anak-anak menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap infeksi DBD, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk sistem kekebalan tubuh mereka yang belum optimal dan aktivitas di luar rumah.
Pada tahun 2024, tercatat sebanyak 14.127.435 kasus dengue di seluruh dunia, dengan wilayah Asia mencatatkan 884.402 kasus dan 1.008 kematian, dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,11%. Ini merupakan jumlah kasus dengue tertinggi yang pernah tercatat sejak sistem pencatatan dengue global diperkenalkan pada tahun 2010.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat kasus dengue sampai dengan minggu ke-25 tahun 2025secara kumulatif mencapai 79.843 (Incidence Rate/IR: 28,18/100.000 penduduk) dengan 359 kematian (CaseFatality Rate/CFR: 0,45%).
Data global menunjukkan bahwa selama 30 tahun, anak-anak memiliki insiden dengue yang lebih tinggi dan Disability-Adjusted Life Years (tahun-tahun kehidupan yang hilang akibat kematian atau akibat disabilitas yangdisebabkan penyakit/DALYs) dari seluruh populasi. Indonesia sendiri merupakan negara dengan beban DALYs tertinggi akibat dengue pada tahun 2021.
Tidak hanya itu, data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia(Kemenkes RI) mencatat dalam tiga tahun terakhir (2021-2024), kelompok yang paling rentan terhadap infeksidengue adalah mereka yang berusia 15-44 tahun. Sedangkan kasus kematian akibat dengue dalam tujuh tahun terakhir tertinggi terjadi pada anak-anak dan remaja usia 5-14 tahun. Hal ini menempatkan anak-anak dan remaja sebagai kelompok yang paling berisiko terhadap dampak terparah dari penyakit dengue.
dr. Atilla Dewanti, SpA(K), Dokter Spesialis Anak – Konsultan Neurologi, menyampaikan dengue itu bukan penyakit musiman, virusnya ada sepanjang tahun dan bisa menyerang siapa saja, di mana saja, tanpa memandang usia atau gaya hidupnya. Gejalanya bisa mirip flu: demam tinggi mendadak, nyeri kepala, mual,muntah, nyeri otot dan sendi, hingga ruam di kulit.
"Tapi yang berbahaya, kalau tidak dikenali dan ditangani sejakawal, dengue bisa berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS), kondisi serius yang ditandai dengan perdarahan hebat dan penurunan tekanan darah yang drastis, bahkan bisa berujung fatal. Ini kasusnya juga banyak terjadi pada anak-anak," katanya
Mengapa Anak Lebih Rentan Terkena DBD dan Bisa Terkena Lebih dari Satu Kali
Anak-anak memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi DBD dibandingkan orang dewasa. Salah satu alasannya adalah sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sepenuhnya matang. Imunitas yang belum optimal membuat anak lebih sulit melawan virus dengue saat terpapar.
Selain itu, anak-anak seringkali lebih aktif bermain di luar rumah, meningkatkan peluang mereka terpapar gigitan nyamuk pembawa virus. Kesadaran anak untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk juga masih rendah, membuat mereka kurang waspada terhadap lingkungan sekitar.
dr. Atilla menambahkan, seseorang bisa terinfeksi dengue lebih dari satu kali karena virus dengue memiliki empat serotipe berbeda (DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4). “Seseorang itu bisa terkena dengue lebih dari satu kali. Artinya, saat seseorang sembuh dari satu jenis virus dengue, dia hanya kebal terhadap serotipe itu saja. Kalau nanti terinfeksi dengan serotipe lain, risikonya justru bisa lebih berat. Itu yang menyebabkan infeksi kedua atau ketiga bisa jauh lebih parah dari yang pertama," katanya
Namun sayangnya, sampai saat ini belum ada obat khusus untuk mengobati dengue, karena pengobatan dengue lebih kepada untuk meredakan gejala. Untuk itu,yang dapat kita lakukan sekarang adalah dengan langkah-langkah pencegahan, termasuk melakukan 3M Plus secara konsisten dan mempertimbangkan penggunaan metode inovatif seperti vaksinasi.
"Di mana saat inivaksinasi dengue telah direkomendasikan penggunaannya, baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Tetapi,untuk mendapatkan perlindungan yang optimal, seseorang perlu mendapatkan dosis sesuai dengan yang dianjurkan oleh dokter,” paparnya
Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan Setiap tahun, ribuan keluarga di Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit akibat dengue,dan yang paling menyayat hati adalah ketika anak-anak menjadi korbannya. "Kita berbicara tentang kehilangan masa bermain, pendidikan yang terhenti, bahkan kehilangan nyawa yang sebenarnya bisa dicegah dengan 3MPlus dan vaksin DBD," katanya.
Pengalaman Tasya Kamila
Tasya Kamila, seorang ibu yang juga public figure, membagikan pengalaman pribadinya sebagai orang tuadalam melindungi anak-anak dan keluarganya dari dengue. “Saya punya dua anak kecil di rumah, dan jujur, dengue itu salah satu penyakit yang paling saya khawatirkan. Bukan hanya karena bahayanya, tapi juga karena kita nggak pernah tahu kapan atau dari mana virus itu datang. Kita bisa merasa sehat, padahal sebenarnya sedang terinfeksi dan tidak sadar, apalagi kalau gejalanya ringan atau tidak muncul sama sekali. Dalam kondisi seperti ini, kita bisa menjadi sumber penularan tidak langsung, karena nyamuk yang menggigit kita bisamenularkan virus ke orang lain, termasuk anak-anak kita sendiri," katanya.
Menurutnya, banyak orangtua yang belum menyadari bahwa anak-anaklah yang justru paling berisiko mengalami dampak serius jika terinfeksi. Angka kematian akibat dengue tertinggi justru terjadi pada anak-anak dan remaja. Ini bukan cuma soal data kesehatan,tapi soal nyawa anak-anak kita. Dan sebagai orangtua, kita tidak bisa hanya pasrah atau menunggu sampaianak sakit. Kita harus proaktif.
Tasya menekankan pentingnya peran keluarga, terutama orang tua, dalam mencegah penyebaran penyakit ini. “Bukan sekadar karena takut, tapi menjaga anak dari ancaman penyakit adalah tanggung jawab dan bagian dari tugas kita sebagai orangtua. Itu artinya kita perlu lebih peduli—mulai dari menjaga lingkungan, membersihkan tempat penampungan air, memastikan anak cukup istirahat dan gizi, sampai mencari tahu upaya pencegahan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Kalau kita semua sadar dan bergerak bersama, saya percaya kitabisa menekan angka kasus dengue. Jangan sampai anak-anak kehilangan masa kecil mereka hanya karena kitalalai,” tutupnya