Eksotis dan Filosofis, Pesona Baru Wastra Tarakan Hadir di Parade Wastra Nusantara 2025

Wuri AnggariniDiterbitkan 22 Agustus 2025, 12:42 WIB

Fimela.com, Jakarta Wastra Tarakan tampil eksotis di panggung Parade Wastra Nusantara 2025. Penampilan ini ialah wujud dari kolaborasi antara Pemerintahan Kota Tarakan dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Tarakan dengan FIMELA. Mengusung tajuk Exotica, Wignyo Rahadi, sang desainer, menghadirkan berbagai koleksi busana eksotis dari batik dan tenun khas Tarakan. Dengan pendekatan kontemporer, ia menciptakan kreasi wastra yang kekinian, tapi tetap bernilai budaya. 

Koleksi busana yang ditampilkan terdiri dari 8 busana, yang meliputi model long dress, blouse, rok, outer, hingga cape. Di panggung catwalk, 6 busana dikenakan oleh enam model profesional. Sementara itu, 2 busana lainnya digunakan oleh muse spesial: Walikota Tarakan dr. H. Khairul, M.Kes dan Ketua Dekranasda Tarakan Sitti Rujiah, S.Keb., Bdn. 

Wignyo Rahadi menjelaskan bahwa lewat hasil kreasi tangannya dalam koleksi Exotica tersebut, ia ingin menyampaikan perihal Kalimantan Utara. Menurutnya, kain tradisional tetap bisa tampil elegan dan mudah digunakan sehari-hari tanpa kehilangan pesan budaya yang kuat.

“Exotica adalah cara saya bercerita tentang Kalimantan Utara lewat bahasa mode. Kain tradisional bisa elegan, wearable, dan tetap menyampaikan pesan budaya yang kuat,” ujar Wignyo Rahadi.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Filosofi Alam dalam Balutan Mode

Wastra Tarakan tampil eksotis di panggung Parade Wastra Nusantara 2025. (Sumber: Budy Santoso/Liputan6)

Setiap corak budaya yang hadir dalam balutan busana, tak hanya memperlihatkan keindahan visual, tetapi juga sarat makna yang lahir dari kearifan lokal. Koleksi Exotica yang menampilkan batik dan tenun khas Tarakan juga menegaskan hal itu. Filosofi alam menjadi sumber inspirasi utama, yang kemudian diolah menjadi karya mode kontemporer yang memikat.

Misalnya, motif Kapah diambil dari bentuk kerang besar yang hidup di pesisir Tarakan. Motif ini melambangkan kekayaan alam laut yang menjadi sumber kehidupan masyarakat. Lalu, motif Gedabang atau Sa’ung, yang terinspirasi dari topi khas suku Dayak dan Tidung yang biasa dikenakan saat berladang atau melaut. Bentuknya dipadukan dengan ornamen rumah bangsawan, menciptakan kesan tradisional yang kuat namun elegan. 

Tak hanya itu, kekuatan wastra Tarakan juga terletak pada permainan warnanya yang kaya makna. Dalam koleksi Exotica, warna bukan sekadar pemanis visual, tapi menjadi simbol nilai-nilai kehidupan masyarakat Tarakan.

  • Kuning : Kehormatan
  • Hijau : Kedamaian
  • Merah : Keberanian dan kemuliaan
  • Biru : Persaudaraan
  • Hitam : Kekuatan
3 dari 3 halaman

Wastra Jadi Identitas Budaya Tarakan

Wali Kota Tarakan, dr. H. Khairul, M.Kes., didampingi sang istri Ketua Dekranasda Kota Tarakan, Sitti Rujiah, S.Keb., Bdn., memperlihatkan busana Tarakan. (sumber: Budy Sasonto)

Bagi masyarakat Tarakan, wastra bukan hanya kain, tetapi identitas budaya. Kehadiran Walikota Tarakan dan Ketua Dekranasda Tarakan sebagai muse menjadi simbol bahwa wastra adalah kebanggaan budaya bersama. 

Walikota Tarakan, Khairul, tampil dalam balutan kemeja panjang dengan motif Gedebang atau Sa’ung khas Tarakan. Motif ini terinspirasi dari topi khas suku Dayak dan Tidung, yang biasa dikenakan saat berladang atau melaut. Bentuknya dipadukan dengan ornamen rumah bangsawan, menciptakan kesan tradisional yang kuat namun elegan. 

Kolaborasi Pemkot Tarakan x Wignyo Rahadi di Parade Wastra Nusantara. credit:Adhib Mujaddid

Khairul mengatakan kekuatan wastra Tarakan memang terletak pada simbol-simbol alam, “Pakis, gurun, ombak, hingga perahu merefleksikan warisan budaya dan kearifan lokal Tarakan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Tarakan, Sitti Rujiah, tampil memukau dalam busana maxi dress bermotif imbaul. Motif ini diambil dari kata yang berarti “campuran” sehingga polanya memadukan ukiran kayu, tumbuhan pakis, dan buah dari tanaman bakau yang tumbuh di pesisir Tarakan. 

“Mengenakan tenun dan batik Tarakan berarti membalut diri dengan sejarah dan budaya masyarakat Tarakan. Itu artinya turut melestarikan nilai-nilai budaya yang kami jaga,” ujar Sitti.

Wignyo berharap lebih banyak pihak terlibat dalam mempromosikan wastra daerah. 

“Masih banyak kain yang belum dieksplor. Tantangannya memang ada, dari bahan tebal, motif ramai, hingga minimnya promosi. Tapi kalau semua pihak turun tangan, pasti bisa,” tutur Wignyo. 

Lewat koleksi Exotica, wastra Tarakan tampil eksotis tanpa kehilangan kenyamanan, modern tanpa meninggalkan akar budaya, sekaligus membuka jalan bagi eksplorasi kain-kain tradisional lainnya di Indonesia.

 

(*/Win)