Studi Ungkap: 9 dari 10 Ibu Merasa Kesepian setelah Memiliki Anak

Endah WijayantiDiterbitkan 16 September 2025, 15:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi seorang ibu sering digambarkan penuh kebahagiaan dan kehangatan. Kehadiran anak diyakini membawa warna baru dalam hidup, menghadirkan tawa, sekaligus menumbuhkan rasa syukur mendalam. Hanya saja, di balik gambaran ideal tersebut, ada sisi lain yang jarang terungkap: rasa sepi yang menyelinap diam-diam dalam keseharian seorang ibu.

Rasa sepi ini tidak selalu tampak di permukaan. Banyak ibu tetap tersenyum, menjalani rutinitas, dan memberikan kasih sayang terbaik untuk anak serta keluarganya. Sebaliknya, di dalam hati, mereka bisa saja menyimpan rasa terisolasi, kelelahan emosional, hingga perasaan kehilangan diri sendiri. Kondisi ini kerap terjadi karena transisi besar yang dialami seorang perempuan ketika beralih peran menjadi ibu.

Faktanya, sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa kesepian bukanlah hal asing dalam perjalanan seorang ibu. Survei internasional menunjukkan bahwa sebagian besar ibu, terutama yang masih muda, pernah merasakan kesepian meski berada di tengah keluarga. Inilah yang kemudian membuka mata banyak pihak bahwa motherhood tidak hanya soal cinta dan pengorbanan, tetapi juga perjuangan batin yang dalam dan emosional.

 

2 dari 3 halaman

Kesepian dalam Perjalanan Menjadi Seorang Ibu

Kesepian dalam Perjalanan Menjadi Seorang Ibu./Copyright depositphotos.com/geargodz

Menjadi ibu adalah sebuah proses pembelajaran seumur hidup. Peran sebagai seorang ibu membawa perubahan besar serta pergeseran identitas yang mendalam. Selama ini, rasa kesepian jarang dikaitkan dengan perjalanan menjadi ibu. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa masa-masa menjadi ibu justru kerap diwarnai oleh perasaan sunyi.

Dikutip dari abstrak e-journal.unair.ac.id ("Experiencing Loneliness in Motherhood"), sebuah studi dari British Red Cross menemukan bahwa lebih dari 83% ibu berusia di bawah 30 tahun pernah merasa kesepian. Bahkan, sebelum pandemi COVID-19, sebuah penelitian lain melaporkan bahwa lebih dari 90% ibu mengaku merasa kesepian setelah memiliki anak, sepertiga di antaranya mengatakan bahwa mereka sering menangis, dan lebih dari separuh mengalami kecemasan. Dengan kata lain, berdasarkan penelitian tersebut, 9 dari 10 ibu merasa kesepian setelah memiliki anak.

Rasa kesepian bukan hanya menjadi persoalan ibu, melainkan juga berdampak pada seluruh keluarga. Ibu yang mengalami tingkat kesepian tinggi lebih rentan mengalami depresi, yang pada gilirannya menurunkan harga diri, melemahkan kondisi kesehatan, dan secara tidak langsung memengaruhi kesehatan anak. Oleh karena itu, keterlibatan yang lebih kuat dari keluarga, teman, maupun sistem dukungan lainnya sangat diperlukan.

Para peneliti menekankan pentingnya membangun hubungan dekat dengan orang lain untuk mencegah isolasi sosial pada ibu. Dukungan sosial yang kuat diyakini mampu melindungi kesehatan mental ibu dan menjaga kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

3 dari 3 halaman

Sejumlah Penyebab Ibu Merasa Kesepian setelah Memiliki Anak

Sejumlah Penyebab Ibu Merasa Kesepian setelah Memiliki Anak./Copyright depositphotos.com/odua

Kesepian yang dialami seorang ibu setelah melahirkan bukanlah hal yang muncul tanpa alasan. Perubahan besar dalam hidup, baik secara fisik maupun emosional, membuat banyak ibu merasa kehilangan ruang untuk dirinya sendiri.

Setelah kelahiran anak, fokus utama hampir sepenuhnya tertuju pada bayi, sehingga waktu untuk bersosialisasi dengan teman atau menikmati kegiatan pribadi menjadi sangat terbatas. Akibatnya, interaksi sosial yang sebelumnya rutin dilakukan perlahan berkurang, dan rasa terisolasi pun mulai muncul.

Selain itu, pergeseran identitas juga turut berperan. Banyak ibu merasa seakan “kehilangan dirinya” karena kini peran mereka lebih dikenal sebagai “ibu” daripada individu dengan minat dan kehidupan pribadi.

Perasaan ini bisa memunculkan kerinduan akan masa lalu sekaligus menciptakan kekosongan emosional. Tidak jarang, harapan yang tinggi dari lingkungan sosial mengenai “ibu yang sempurna” juga menambah tekanan psikologis, sehingga ibu merasa sendirian menghadapi semua tuntutan tersebut.

Faktor lain yang memperkuat rasa kesepian adalah kurangnya dukungan, baik dari pasangan, keluarga, maupun lingkungan sekitar. Ketika seorang ibu tidak memiliki ruang untuk berbagi beban emosional, kesepian pun semakin dalam. Semua hal ini membuktikan bahwa kesepian dalam peran sebagai ibu bukan sekadar perasaan, tetapi realita kompleks yang perlu diperhatikan dengan serius.

Jika rasa kesepian yang dialami semakin berat hingga memunculkan gejala seperti sering menangis, kehilangan semangat, atau muncul kecemasan berlebih, penting bagi seorang ibu untuk tidak menanggungnya sendirian.

Mencari bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah berani untuk menjaga kesehatan diri dan keluarga. Ibu bisa mulai dengan bercerita kepada pasangan, orang tua, atau sahabat dekat agar mendapatkan dukungan emosional.

Bila diperlukan, jangan ragu untuk menghubungi tenaga profesional seperti psikolog atau konselor yang dapat memberikan pendampingan lebih tepat. Dengan mendapatkan bantuan sejak dini, seorang ibu akan lebih mampu mengelola perasaan, menjaga keseimbangan mental, serta tetap hadir penuh kasih dalam mengasuh anak dan membangun keluarga yang sehat.